40. Menantang Brave

3.5K 278 36
                                    

Semua sibuk menyantap makanan mereka masing-masing, termasuk Nacha, gadis itu sekarang hingga nanti akan berada di tengah-tengah keluarga Daren. Hal itu cukup sulit untuk di lalui oleh Nacha seorang diri,  tanpa ayah dan ibunya.

Gadis itu masih memikirkan tentang ibunya yang ternyata sudah meninggal terlebih dahulu daripada ayahnya. Menyadari bahwa orang tuanya sudah tidak ada sekarang membuat Nacha lebih memilih menutup mulutnya.

Oki sesekali melirik gadis itu, ia makan tapi tatapannya kosong membuat Oki menatapnya kasihan. "Cha." Panggil Oki,  gadis itu langsung menoleh ke arah Oki. Mata sembabnya masih terlihat akibat terus menangis semalaman.

"Kenapa?"

"Ikut ke basecamp?" Tanya Oki, Nacha membalasnya dengan gelengan kepala.

Dirinya ingin waktu sendiri dan menenangkan pikiran serta batinnya. Ia ingin kembali ke kondisi semula di mana dirinya menjadi seseorang yang periang, banyak bicara dan terkadang menyebalkan bagi para teman-temannya.  Tapi hal itu tidak mudah untuk di lalui karena masih dalam suasana duka.

Oki hanya mengangguk pertanda Nacha menolak ajakannya. Ia paham betul Nacha butuh waktu untuk sendiri.  Lelaki itu kembali menyantap makanannya. Bersamaan dengan itu, Daren menatap iba kepada Nacha yang kini terlihat rapuh tanpa adanya dinding kuat yang menjaganya.

**

Nathan meletakkan kakinya di atas meja sembari memainkan handphonenya dengan santai,  hari pertama libur semester ini ia habiskan waktu di basecamp bersama anggota yang dulu ikut dalam Brave. Baik satu sekolah maupun berbeda sekolah.

"Si Anjir! Kaki lu hampir kena mangkok mie gue!" Aldo mendorong kaki Nathan dari meja karena dirinya sedang menikmati mie rebus yang baru saja di makan satu suap.

Natha berdecak kesal, ia menunggu Oki datang ke basecamp tapi lelaki itu belum juga menampakan diri dari sejam yang lalu ketika mengirim pesan akan berangkat menuju Basecamp.

"Ebuset enak bener si Dodol makan mie gak nawarin, " Zivar datang dan langsung merebut mie yang sedang di makan Aldo.

"Enak aja lo main gambil aja, punya gue ini!" Aldo dengan cepat mengambil kembali mangkok mienya sebelum di makan oleh Zivar.

"Jangan pelit jadi orang!" Zivar menceramahinya.

"Jangan suka maling makanan orang makanya, dosa Zi."

Nathan menatap keduanya yang tengah berseteru. "Lo pesen aja Zi, nanti gue bayar." Ucap Nathan.

"Thanks Donat! Si donat mah baik gak kaya lu." Sindir Zivar lalu melenggang pergi untuk memesan mie pada mang Oking. "Beh, mie rebus satu di bayarin Nathan, special." Zivar memesan.

"Siap!"

Sebenarnya Zivar mampu membeli mie sendiri karena lelaki itu juga berasal dari keluarga kaya, tapi di sini Nathan anggap semuanya sama tidak ada yang kaya dan miskin. Begitupun yang lain. Berasal dari keluarga kaya sekalipun selalu minta di traktir oleh teman-temannya yang lain, contohnya Zivar.

Deru motor terdengar ketika memasuki area basecamp, akhirnya yang di tunggu-tunggu datang. Oki melepaskan helmnya dan segera menuju ke arah Nathan.

"Mana?" Oki mengerti apa yang di maksud Nathan.

Lelaki itu duduk di sofa sebelah Nathan dan melepaskan jaketnya. "Dia gak mau ikut," Jawab Oki.

"Kenapa?"

"Mungkin butuh waktu sendiri."

Nathan hanya mengangguk, ia meminta Oki untuk mengajak Nacha ke basecamp dan mengobrol untuk membuat gadis itu bangkit dari kesedihannya. Walau mayoritas anak Brave lelaki tapi semua anggotanya baik dan juga ada yang humor tak jarang para wanita juga kerap berniatan ingin bergabung dengan Brave. Tapi Nathan menolaknya.

Menurutnya, Brave terlalu keras bagi wanita. Bukan bermaksud menyinggung, tapi dirinya tidak mau seorang wanita ikut dalam perkelahian dan semacamnya walaupum terkenal badgirl sekalipun.

"Woy semuanya ada yang kangen gue kagak nih?!" Itu suara Reza, lelaki itu baru datang dan segera bersalaman dengan anggota Brave lainnya.

Lalu, menempatkan diri berkumpul dengan Nathan dan keempat sahabatnya yang lain. "Widih makan apaan lo Do?" Reza melirik ke arah Aldo.

"Makan pasir!" Jawabnya dengan kesal.

"Astaghfirullah lo beneran makan pasir? muntahin bego entar bapak Adi bin Dirdin ngamuk sama kita karena ngebiarin lo makan pasir."

"Serah lo Zebra!"

Aldo memilih kembali memakan mienya yang tersisa sedikit lagi membuat Reza terkekeh melihatnya. "Ngomong-ngomong kita gak bakal liburan nih?" Tanya Reza.

"Eh boleh tuh kemana Za?" Zivar datang sembari mmebawa mangkok mie dan duduk di sebelah Reza.

"Ke hati mu...!!" Celetuk Aldo.

"Homo dih najis." Zivar langsung menjitak kepala Aldo membuat lelaki itu meringis.

**

Prang!!!

Mereka semua terlonjak kaget karena sebuah batu di bungkus kertas sengaja di lemparkan ke arah basecamp Brave dan akhirnya mengenai kaca warung mang Oking.

"Woy!!" Seru Nathan ketika melihat seseorang yang bersembunyi di semak-semak dan sudah bisa di tebak itu adalah orang yang melempar batu tadi.

Oki berlari mengejar orang itu sedangkan Nathan segera mengambil batu yang di bungkus kertas tersebut. Siapa yang berani melakukan ini? Walau Brave sudah bubar tapi semuanya masih sering berkumpul dan menganggap kumpulan itu masih terus berjalan.

Nathan mengambil batu tersebut dan membuka kertas yang melapisi bayu tersebut. Dugaannya benar, terdapat tulisan di kertas tersebut. Nathan membacanya dengan teliti sembari membawanya ke meja tempat teman-temannya berkumpul.

"Itu apaan Nat?" Tanya Reza. Nathan duduk di sofa dan semua mendekatinya karena penasaran dengan tulisan yang terdapat di kertas kusut tersebut.

Drttt drtt!!

Nathan dengan cepat meraih handphonenya yang ada di atas meja. Dan menerima panggilan telfon tersebut dan sengaja ia memakai speaker handphonenya agar bisa di dengar oleh semua temannya.

"Udah baca? Lo semua harus datang, kalau enggak tandanya emang PECUNDANG!"

nathan menggenggam erat handphonenya dengan erat karena dirundung emosi. Begitupun yang lainnya, ada yang menggerutu kesal karena mereka tahu pasti siapa yang tengah berbicara di seberang sana.

Nathan terdiam sebentar memikirkan sesuatu. "Udah Nat lo terima aja, mereka juga gak ada kapoknya!" Aldo berucap.

"Tunggu kekalahan kalian!"

Nathan menjawab dengan pasti dan segera mematikan sambungan telfon. Walau mereka tidak lagi berstatus anggota Brave tapi tetap saja harga diri mereka lebih tinggi.

Brave pecundang!
Sagar x Brave

Jln. Kenanga

Nathan menatap kembali tulisan yang terdapat di kertas dengan rasa emosi yang mengebu-ngebu.

Mengina Brave sama dengan mencari jalan kematian! Batin Nathan.

Mereka tahu pasti arti dari tulisan tersebut,  sebuah kode untuk peperangan. Mereka memang lebih banyak melakukan hal positif, tapi jika sudha berurusan dengan Sagar semua bisa menjadi lebih beringas dari biasanya.

"Tunggu kekalahan kalian! "

**
8 Misi Rahasia

Vote+comen

Siapa ni yang kangen sama Brave??

8 Misi Rahasia [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang