48. Menyusul Sang Bunda

3.7K 312 81
                                    

Fael masuk ke dalam rumahnya dengan keadaan babak belur. Pastinya akibat ia kembali berulah di sekolahnya, bahkan di sekolah baru. Fael terpaksa masuk sekolah swasta akibat tidak di terima di sekolah Negeri karena catatan dirinya yang di keluarkan dari SMA Danendra II, sekolah yang mencetak murid-murid berprestasi.

Hari ini Fael membuat ulah dengan salah satu kakak kelasnya yang terkenal dengan sikapnya yang selalu semena-mena pada adik kelas, tidak tanggung-tanggung  Fael bahkan sampai mendorong tubuh kakak kelasnya itu ke pembatas tembok lantai 2. Jika guru tidak segera melerai mereka mungkin kakak kelas itu sudah terjatuh dari lantai 2 sekolah.

Lelaki dengan badan tinggi itu melempar tasnya ke atas meja dengan kasar, ia langsung membaringkan tubuhnya di atas sofa dan menutup matanya menggunakan  tangan kanannya. "Fael langsung ganti baju." Seseorang berucap sembari menghampiri Fael.

Lelaki itu tampak mengepalkan tangannya menahan emosi, ia sangat mengenali siapa pemilik suara tersebut. Yang menurutnya suara dari seseorang yang menghancurkan hidupnya. "Fael." Seseorang itu kembali memanggil Fael.

"Lo bisa diem? Enggak usah sok peduli sama gue!" Fael berdiri dan menatap ibu tirinya dengan tatapan tajam dan penuh kebencian.

Helen terdiam saat anak tirinya berbicara dengan nada tinggi. Sudah bukan hal baru baginya, kehadiran Helen dalam hidup Fael seakan ancaman kematian bagi lelaki itu. Fael sangat membenci Helen, karena wanita itu sudah merebut ayahnya hingga almarhumah ibu Fael bunuh diri akibat frustasi dan meninggalkannya bersama ayah dan ibu tirinya.

"Tapi, mamah peduli sama kamu Fael." Helen mencoba mendekat walau dirinya tahu Fael masih belum bisa menerimanya dan juga menerima kematian Firna ibunya.

"Gue bukan anak lo! Berhenti bilang lo ibu gue.  Gue benci lo!"

"Lo cuman pelakor! Lo ngerebut papah gue, emang wanita murahan!"

Plak!

Helen menampar Fael dengan air mata yang terus turun di pipinya. Sedetik kemudian ia menyadari kesalahannya, sudut bibir lelaki itu mengeluarkan darah. Helen mendekat ingin meminta maaf.

"Jangan deket-deket gue." Fael tersenyum miring sembari menyeka sudut bibirnya yang mengeluarkan darah.

Helen terdiam, air matanya kembali turun. Kalau begini Fael akan semakin susah menerimanya. Ia juga merasa bersalah telah menampar Fael hingga sudut bibirnya berdarah.

"Kenapa lo liatin gue? Nyesel?" Tanya Fael.

"Maafin mamah Fael." Ucap Helen dengan suaranya yang serak.

"Cih, minta maaf ke nyokap gue. Nyokap gue meninggal gara-gara lo, PELAKOR!"

BUGH!!

Bogeman mentah di layangkan Ziyan pada rahang Fael. Kesabaran lelaki itu sudah habis pada Fael, adik tirinya. Helen melihat Ziyan yang hendak memukul Fael yang sudah tersungkur ke lantai segera menahan anak kandungnya. "Ziyan jangan!" Helen menahan Ziyan yang sudah di rundung emosi.

"Jangan pernah bilang nyokap gue pelakor!" Ucap Ziyan dengan penekanan di setiap katanya.

Fael tersenyum miring dan kembali berdiri seakan bogeman dari Ziyan tidak berefek apa-apa baginya. Ia mendekat ke arah Ziyan dan menatapnya dengan tatapan merendahkan. Fael di tambah membenci Helen ketika wanita itu membawa Ziyan ke rumahnya. Hingga saat ini Ziyan dan Fael saling bermusuhan, sebetulnya Fael yang lebih sering mengibarkan bendera permusuhan pada Ziyan hingga lelaki itu terpancing emosi.

"Kenapa, lo mau marah? Mau pukul gue? Ayok! Gue habisin lo sekarang juga!" Ucapan Fael  menambah emosi Ziyan. Jika Helen tidak menahannya sekarang pasti Ziyan sudah menghabisi Fael lebih dulu.

8 Misi Rahasia [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang