37. Kini Kita Berjarak

3.2K 272 6
                                    

Kita kini berjarak, cukup diam untuk merasakan.

Semua bersiap untuk berangkat ke SMA Citra Cahaya untuk menghadiri acara seminar yang di laksanakan di sana. "Kalian mau pakai kendaraan sendiri?" tanya lagi Bu Rima. Sudah beberapa kali guru itu menanyakan pertanyaan yang sama.

"Iya ibu cantik." Jawab Raihan dengan sangat manis membuat bu Rima malah tersenyum.

"Gak usah gombal kamu Raihan." Balas Bu Rima.

Mereka berjalan menuju parkiran, bu Rima membawa mobilnya sendiri dan yang lain akan pergi dengan kendaraan masing-masing. "Lin lo sama gue Lin," ucap Raihan sembari memundurkan motornya dari jajaran motor lain yang terparkir rapih.

"Raihan gue sama lo aja deh." Pinta Nacha ketika melihat tatapan Nathan yang tertuju ke arahnya.

"Yakali kita bertiga Cha. Udah lo sama Nathan aja."

"Tap-"

"Lo sama gue Cha," Ucap Nathan memotong pembicaraan Nacha dengan Raihan.

Nathan menuju motor ninjanya dan memakai helm. Lalu, setelah menghidupkan mesin motor, Nathan memundurkan motornya agar bisa keluar dari barisan motor lain.

Nathan memberikan helm untuk Nacha pakai. Cewek itu langsung memakainya dan naik ke atas motor Nathan. Mobil bu Rima berada di barisan depan menunjukkan jalan walau mereka semua tahu SMA Citra Cahaya itu di mana.

Mereka akhirnya melajukan kendaraan masing-masing menuju tempat tujuan. Di perjalanan Nacha dan Nathan hanya terdiam tidak saling buka suara. Nacha yang biasanya cerewet kini diam membisu.

Kita jadi berjarak Nat, dan gue belum tahu kesalahan gue di mana.

**

Suara deru motor yang bising terdengar ketika memasuki halaman sekolah SMA Citra Cahaya. Sudah banyak murid perwakilan sekolah yang datang. Nathan dan teman-temannya menjadi sorotan ketika mereka pergi ke arah parkiran.

Setelah memarkirkan kendaraan, mereka mengikuti bu Rima untuk mendaftar di depan aula SMA Citra Cahaya. Nathan tidak melirik Nacha sedikitpun, lelaki itu hanya memasang muka datarnya.

"Lo kenapa sama Nathan?" Raihan berbisik. Memang sedari tadi Nacha memilih dekat Raihan dari pada Nathan.

"Gue gak tau."

Hanya itu jawaban yang bisa Nacha berikan. Raihan, cowok berkulit kuning langsat itu hanya mengangguk. Raihan cukup tampan dan penyuka warna abu. Hampir setiap barang yang Raihan punya semuanya berwarna abu-abu.

Mereka di persilahkan masuk setelah mendaftar. Aulanya cukup besar dan di dalamnya terdapat banyak kursi yang berjejer rapih. Bu Rima duduk di kursi bagian guru pembimbing sedangkan Nathan dan yang lainnya duduk di kursi khusus untuk para murid perwakilan sekolah.

Nathan masih tidak bicara atau mengucapkan sepatah katapun. Nacha semakik gugup apalagi cewek itu duduk tepat di samping Nathan. Tapi lelaki itu seolan enggan menoleh dan  tidak perduli.

**

Materi sudah selesai, kini giliran para murid mengerjakan tugas mereka. Semua di minta membuat artikel yang berkaitan dengan materi yang sudah di sampaikan oleh para mentor tadi.

Raihan fokus mengetik di laptopnya sedangkan kedua temannya yang lain mencatat hal-hal penting yang perlu di cantumkan di dalam artikel nanti dan Shelin, gadis itu tengah menanyakan suatu hal pada panitia. Artikel yang paling kratif akan mendapatkan penghargaan dari panitia penyelenggara acara ini.

Nacha baru saja selesai mencatat, tapi sakitnya tiba-tiba kambuh. Tubuhnya lemas dan perutnya sakit. Raihan menoleh ke arah Nacha yang wajahnya memucat. "Cha, lo sakit?" tanya Raihan.

Nathan ikut menoleh ke arah Nacha dan melihat gadis itu memegangi perutnya. "G-gue ke toilet dulu ya." Nacha berdiri dengan susah payah karena perutnya yang sakit.

Nathan tahu pasti kondisi cewek itu, ia berdiri dan membantu Nacha berjalan. "Gue anter Nacha dulu. Catatan gue dah selesai." Ucap Nathan. Raihan mengangguk dan mempersilahkan mereka pergi karena Nacha membutuhkan bantuan Nathan.

Nacha yang di bantu Nathan hanya diam merasakan sakit di daerah perut kanannya. "Obat lo?" Tanya Nathan. Lelaki itu membawa Nacha ke kantin dan membeli air putih agar Nacha bisa meminum obatnya.

Gadis itu menggeleng, "Obat gue abis." Jawabnya. Obat Nacha sudah lama habis tapi gadis itu tidak membeli lagi obatnya karena terlalu fokus mengurus sang ayah di rumah sakit.

Nathan menghela nafasnya, bagaimana Nacha bisa baikan jika gadis itu tidak membawa obatnya. Nathan mulai berfikir dengan cepat. "Lo pulang, gue anter." Ucap Nathan.

"Enggak! Acaranya belum selesai." Tolaj Nacha.

"Gue mau balik ke aula. Raihan butuh bantuan kita." Nacha berdiri dan pergi meninggalkan kantin membuat Nathan mengacak rambutnya frustasi.

Keras kepala!

Nathan akhirnya mengikuti Nacha dari belakang, gadis itu tergolong wanita kuat bisa menahan sakitnya itu walau terkadang Nathan mendengar gadis itu mengaduh kesakitan dan meringis. Nacha merasa tidak kuat berjalan lagi akhirnya memilih duduk di kursi lorong sekolah SMA Citra Cahaya.

"Jadi orang jangan keras kepala."

Nacha menoleh ke arah Nathan. Sungguh, kini dirinya tidak mau berdebat atau malah menyinggung masalah yang sedang terjadi di antara Nacha dan Nathan yang membuat jarak di antara mereka.

"Gue lagi enggak mau ribut," Nacha membalas. Membuat Nathan mendengus kesal.

"Cepet Nat, waktunya bentar lagi." Nacha kembali berdiri dan melangkahkan kakinya menuju aula dengan perutnya yang masih teramat sakit.

Sekuat tenaga gadis itu menahan sakitnya karena acara belum selesai dan mereka harus segera menyelesaikan artikel yang sedang di buat. Sekolahnya harus menang!

Kapan lo bisa nurut Cha? Nathan bertanya dalam hati.

"Nathan, gue udah tahu kesalahan gue sampai lo marah kaya gini." Ucap Nacha tiba-tiba. Nathan masih diam sembari memasukkan kedua tangannya di saku celana abu-abunya.

Nacha sudah tahu sekarang apa yang yang membuat Nathan marah kepadanya, mungkin karena masalah dirinya dan Ziyan juga Fael. Ia tidak mau pertemanannya dengan Nathan hancur, mau bagaimana pun lelaki yang ada di sampingnya sekarang itu adalah orang yang selalu membantunya.

"Gue minta maaf Nat. Gue cuman bingung aja kenapa lo minta gue buat jauhin Ziyan sama Fael."

"Jangan sampai lo ada di tengah-tengah mereka." Balas Nathan tapi tatapan lelaki itu masih tertuju ke arah depan.

Nacha masih bingung dengan maksud Nathan. Memangnya kenapa jika Nacha berada di tengah-tengah Ziyan dan Fael, apa yang akan terjadi? Tapi mau bagaimanapun pertemanan mereka harus tetap berlanjut jangan sampai hanya karena keegoisan Nacha semuanya menjadi hancur.

"Kalau dengan cara jauhin mereka bisa bikin lo maafin gue. Gue bakal lakuin itu."

**

8 MISI RAHASIA

VOTE+COMEN

Selamat menunaikan ibadah puasa bagi yang menjalankan

8 Misi Rahasia [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang