"Tadi itu ibu kandung lo? " tanya Nathan.
Dirinya tengah fokus memakaikan perban di tengan Nacha, gadis itu menolak di bawa ke rumah sakit. Ia takut jika di sana banyak darah.
"Ibu tiri, " jawab Nacha, ia sangat bersyukur bisa di bantu Nathan.
Lelaki yang di kenal sangat dingin dan tidak banyak bicara ini bisa di bilang menyelamatkan hidupnya. Awalnya Nacha hanya mendengar Nathan dari beberapa gosip teman sekelasnya tak lebih. Tapi entah takdir atau bagaimana ia bisa sampai bisa di bilang dekat sejauh ini dengan Nathan.
"Bokap lo? " tanya lagi Nathan.
"Di luar kota," jawab Nacha. Nathan hanya mengangguk beberapa kali.
"Emang bokap lo gak tahu kelakuan ibu tiri lo? " Entah kenapa Nathan jadi seperti reporter sekarang.
"Engga, dia selalu baik ketika ayah pulang," Nathan rindu ayahnya. Sudah 2 bulan ayahnya meninggalkan dirinya di rumah yang bisa di bilang neraka itu.
Nathan akhirnya selesai memasangkan perban di tangan Nacha. Nathan menatap Nacha, entah kenapa ia suka dengan wajah gadis itu. Cantik, hidungnya yang mancung, bulu matanya yang lentik, bibir pink sedikit pucat, kulit putih pucat, halisnya hitam, rambut dan matanya berwarna coklat.
"Kenapa liatin kaya gitu? " tanya Nacha pada Nathan yang memperhatikannya sedari tadi.
"Enggak, rambut lo keturunan? " tanya Nathan tiba-tiba.
Nacha mengangguk sembari tersenyum, "keturunan papah, jadi kadang gue kena rajia karena rambut gue coklat tua, padahal emang keturunan, sampe waktu itu papah klarifikasi ke sekolah, " Nacha sangat mengingat kejadian di kelas 10 saat dia pertama kali berada di dunia anak SMA.
"Makan dulu, muka lo pucet, " Nathan beranjak berdiri.
"Kemana?"
Nathan menunjuk sebuah warung pinggir jalan yang menjual nasi goreng dekat apotek yang Nathan membeli perban di sana. Nacha mengikuti langkah Nathan dari belakang.
Mereka duduk di kursi yang di sediakan. "Mang, nasi goreng dua, yang 1 pedes, yang satu lagi jangan."
"Lo jangan makan pedes," peringat Nathan.
Nacha tersenyum. "Thanks ya Nat, gue gak tahu gimana keadaan gue sekarang kalau lo gak nolong gue tadi, "
"Iya, "
Suasana kembali hening, "gue mau tanya sesuatu. " Nathan tampak menaikkan sedikit halisnya.
"Lo yakin mau ikut ngejalanin 8 misi rahasia itu? " tanya Nacha sedikit tak enak.
"Emang kenapa? "
"Gue gak enak aja sama lo, gue takutnya lo terpaksa ikut karena mau nebus salah lo itu. Gue jadi gak enak hati, dan sebenernya gue juga dah maafin lo karena lo dah banyak bantuin gue," jelas Nacha.
"Ya emang awalnya gitu kan?" Nathan menaikkan sebelah halisnya lagi.
Oh iya ya, Nacha menggaruk tengkuknya yang tak gatal.
"Jadi, lo masih mau ikut? " tanya Nacha hati-hati.
"Hm, "
"Kenapa? " bingung Nathan, wajah lelaki itu tampak tak memungkinkan.
"Tertarik,"
**
Nacha berada di rumah Dira sahabatnya. Nathan sempat menawarkan agar Nacha ikut saja dulu ke rumahnya dan berbincang dengan ibunya. Tapi Nacha menolak karena malu dan tak enak hati.
Badannya sudah tidak lengket lagi seperti sepulang sekolah. Ia juga sudah mencuci syal berbentuk segitiga milik Nathan. Karena tadi berlumuran darah olehnya. Phobia darah itu memang sangat sulit. Bahkan jika Nacha datang bulan saja. Ia menangis melihat darah dan menutup matanya. Begitupun tadi.
"Ini syal apaan sih? Kok serem gini gambarnya? " Nacha melihat Syal milik Nathan dengan teliti.
"Brave Solidarity? " Nacha membaca tulisan yang ada di syal tersebut. Ia tampak memikirkan apa itu Brave solidarity.
Semacam grup band luar negeri kah? Atau bagaimana? Nacha yang pusing lebih memilih masuk ke dalam kamar, karena ia sedari tadi berada di balkon untuk menenangkan fikirannya.
"Dir, maaf ya gue ngerepotin lo, " Nacha duduk di kasur Dira. Gadis itu tampak sedang memainkan handphonenya.
"Ih, gak pa-pa kali! Lo ka sahabat gue, " Dira memeluk Nacha dengan erat.
Nacha tersenyum dan membalas pelukkan Dira. Mereka tertawa dan melanjutkan dengan menonton tv.
"Eh apaan nih? " Dira mengambil Syal yang di pegang Nacha.
"Punya Nathan, " jawab Nacha.
Dira mengangguk enteng, "Hah?! Punya Nathan?! " kagetnya tiba-tiba dan langsung memberikan syal itu kepada Nacha.
"Kenapa lo? " bingung Nacha dengan tingkah laku sahabatnya.
"Ogah ah megang barang milik di Nathan mah. Takut keramat entar kualat gue, " Dira bergidik ngeri.
"Ah masa sih? " Nacha menatap syal tersebut.
Tapi tidak ada yang aneh, masa iya Nathan memiliki barang-barang seperti itu.
Tapi ia juga penasaran syal apa ini."Eh Brave Solidarity tuh apaan sih? " tanya Nacha pada Dira.
Dira tampak berfikir mengingat sesuatu. "Kayak pernah denger deh, "
Dira segera beranjak dari kasurnya dan menuju meja belajar yang berada di dekat kasur, ia mengambil laptop miliknya dan membuka halaman pencarian di google.
Ia mengetik seputar pertanyaan Nacha tadi. Ia menemukan sesuatu, tampaknya memang sangat tak asing.
"Oke gue inget. Ini seinget gue sih. "
Nacha mulai serius mendengarkan Dira yang siap untuk menjelaskan jawaban dari pertanyaannya.
"Seinget dan sedengernya gue dari orang. Brave itu adalah gang motor yang di ketuai sama ini nih Aldran Gidbadesta. Nah Brave solidarity ini slogannya Cha, gue denger sih gang ini masih ada tapi gak tahu kaya gimana. Sekian terima gajih. " Dira mengangguk.
Nacha mengangguk mengerti, jadi rupanya ini syal gang motor. Nacha sangat kurang update tentang hal yang seperti itu.
Jadi penasaran deh, Nacha.
**
Hallo hari ini aku double up yeaayy!!! Siapa nih yang kangen sama Brave?
Jangan di fikirin berdiri tahun berapa nih 😂 nanti pusing pusing.
Kalau kalian suka cerita ini jangan lupa vote+comen....
See you.
Staysafe semuanya!!
Tbc
KAMU SEDANG MEMBACA
8 Misi Rahasia [COMPLETE]
Teen Fiction[SQUEL CERITA ALNARA] Karena ulahnya sendiri, Nathan harus masuk ke dunia petualangan yang dunia tersebut sangat-sangat tidak di sukainya. Misi yang di buat Nacha membuat Nathan berfikir bahwa gadis itu konyol dan misi itu sangat tidak berguna. Tap...