30. Keadaan Kritis

3.3K 275 11
                                    

Nacha akhirnya bisa bernafas lega, pekerjaannya sudah selesai, pengunjung yang datang sangat padat hari ini membuatnya harus menguras energi menghampiri meja ke meja lalu ke kasir lalu kembali ke meja untuk mengantarkan pesanan para pembeli. Walau begitu Nacha bersyukur karena ia masih di beri kesehatan untuk mencari uang demi ayahnya.

Setelah berganti baju Nacha segera keluar dari Cafe, kerjanya hanya sampai setengah hari, itu peraturan dari pemilik Cafe tersebut untuk para remaja yang masih bersekolah. "Mbak, Nacha pulang duluan ya, " Nacha pamit pada Tika, pemilik Cafe tersebut.

"Iya Cha, hati-hati ya," Nacha mengangguk lalu pergi ke laur Cafe.

Sangat beruntung dirinya mendapatkan bos yang baik dan ramah seperti Tika. Umur Tika masih sangat muda dan masih berkuliah, ia membangun Cafe ini dengan jerih payahnya sendiri, dan hal itu selalu menjadi alasan Nacha mengangumi wanita itu.

Masih muda, sudah pandai berbisnis Nacha berdoa dalam hati agar ia juga bisa mengikuti jejak Tika nanti. Kakinya terasa lemas membuat gadis itu duduk di meja bundar dekat Cafe dan memijit lutut dan kaki bawahnya yang terasa sakit dan pegal.

"Kenapa lo maksain kerja dan milih gak sekolah? " Nathan tiba-tiba datang dan berjongkok di hadapan Nacha. Lalu, lelaki itu memijit kaki Nacha.

Gadis itu terkejut tapi juga membiarkan Nathan melalukan hal tersebut. "Gue tahu kenapa lo bersikap kaya kemarin ke gue," Nathan beranjak duduk di kursi yang ada di hadapan Nacha dan menatap lekat wajah gadis itu yang semakin hari terlihat semakin pucat.

Nacha hanya diam tidak menjawab ataupun melirik Nathan. "Gue mau jelasin semuanya biar masalah ini cepat selesai," Nada bicara Nathan mulai berubah menjadi tegas dan terdengar sangat serius.

"Apa?" tanya Nacha.

"Gue bantuin lo ikhlas Cha, mungkin awalnya gue terpaksa untuk ikut misi lo tapi ketika gue tahu ternyata misi-misi itu bernilai positif gue merasa harus ngelanjutin itu semua. 8 misi itu menyadarkan kita semua bahwa masih ada orang-orang yang kekurangan dan butuh bantuan kita. Dan dari situ gue tahu apa arti sebenarnya dari bersyukur. Gue gak pernah merasa di repotin sama lo, malah gue seneng bisa bantu lo,"

"Apa yang lo denger dari orang lain, belum tentu sesuai dengan realita."

Nacha tidak berkedip mendengar penjelasan Nathan. Baru kali ini ia mendengar Nathan yang berbicara panjang lebar seperti tadi. Tapi setelah itu, seulas senyum terpancar dari bibir mungil Nacha.

**

Nathan mengantarkan Nacha ke rumah sakit di mana ayahnya di rawat di sana. Sepanjang perjalanan Nacha menangis sembari menceritakan apa yang terjadi kemarin ketika ia pulang dari sekolah. Mendapat kabar tentang ayahnya yang masuk rumah sakit dan koma lalu ibu tirinya yang merampas semua harta yang di miliki ayahnya.

"Apapun yang terjadi lo harus tetap sekolah," ucap Nathan, lelaki itu tidak suka jika Nacha terlalu sibuk bekerja hingga lupa dengan sekolahnya.

"Thanks Nat, dan gue minta maaf banget ya sama lo. Gue malah lebih terbawa ucapan Kirana dari pada penjelasan lo," gadis itu terus berucap terimakasih dan permintaan maaf membuat Nathan kesal di buatnya.

"Lo ngomong lagi gue turunin," ancaman Nathan membuat Nacha bungkam seketika.

Nathan melirik Nacha dari kaca spion motornya. Gadis itu menatap jalanan dengan senyum tipis yang tercetak di bibirnya hal itu membuat Nathan tersenyum walau tidak terlihat.

Akhirnya mereka sampai di parkiran rumah sakit yang padat baik padat oleh kendaraan motor maupun mobil. Untungnya masih ada tempat kosong untuk  Nathan memakirkan motornya.

"Nathan lo mau beli makanan dulu?" tanya Nacha, Nathan yang baru saja melepas helemnya langsung menggeleng.

"Lo aja,"

Nacha juga menggeleng, ia tidak lapar sekarang fikiran gadis itu hanya fokus kepada ayahnya yang mungkin masih dengan keadaan yang sama seperti keadaan pagi tadi. "Yaudah kita masuk," Nacha mengajak Nathan yang berjalan di sampingnya memasuki rumah sakit.

**

Mereka berjalan menyusuri koridor rumah sakit dengan para perawat yang sibuk berjalan ke sana ke sini mengecek kondisi pasien. Mata Nathan menyipit ketika melihat dua orang paruh baya yang sedang duduk di kursi tunggu depan sebuah ruangan.

"Papah?" panggil Nathan pelan.

Lelaki yang di panggil papah oleh Nathan itu menoleh. Aldran tersenyum ketika melihat putra bungsunya bersama Nacha. Aldran di temani Daren ke rumah sakit untuk menjenguk Farel.

Nathan menyalimi ayahnya dan juga Daren, "Papah ngapain di sini?" tanya Nathan yang merasa penasaran.

"Papah ini dulu kenal sama papahnya Nacha," jawab Aldran.

"Lebih tepatnya mantan rival," Daren tiba-tiba menyahut membuat Aldran menyenggol lengan pria itu.

Nathan dan Nacha masih sama-sama bingung dengan pria yang ada di hadapan mereka. "Om, gimana kondisi papah?"

Daren terdiam, ini yang ia takutkan ketika Nacha kembali ke rumah sakit. Menanyakan kondisi ayahnya.

"Om kenapa?" bingung Nacha, wajah Daren bercampur khawatir dan sedih.

Awalnya Daren menatap Aldran, dan lelaki itu memberikan isyarat bahwa Daren harus mengatakan yang sebenarnya pada Nacha. Mau bagaimanapun Nacha harus tahu keadaan papahnya.

Daren mengajak Nathan dan Nacha duduk terlebih dahulu. "Om kenapa sih?" Nacha semakin di buat khawatir dan penasaran.

"Papah kamu... " Daren menggantung kata-katanya, lidahnya terasa kelu jika harus mengatakan hal yang sebenarnya kepada Nacha.

"Papah kamu kritis Cha,"

Deg!

Nacha menangis seketika. Hatinya hancur mendengar penyataan dari omnya tersebut. Papahnya kritis?
Gadis itu berlari masuk ke ruangan walau Daren mencegahnya.

Saat pertama kali membuka pintu ruangan tubuh Nacha terasa lemas. Ia menghampiri ayahnya yang semakin pucat. Alat pendeteksi detak jantung tersebut menampilkan detak jantung sang ayah yang semakin melemah.

Air mata tak sanggup Nacha benduk saat ia merengkuh tubuh ayahnya yang masih dalam keadaan kritis. "Papah harus bangun. Bangun pah! Demi Nacha... " Nacha menangis memeluk ayahnya.

"Papah!! " Nacha berteriak memanggil nama ayahnya yang masih belum membuka mata.

3 lelaki yang melihat hal tersebut menatap kasihan kepada Nacha. Gadis itu lupa dengan semua keluarganya, hanya Farel dan Daren yang hanya Nacha ingat sekarang ini. Jika Farel tidak ada apa yang akan terjadi dengan Nacha nantinya.

"Papah bangun... Nacha sayang papah, maafin Nacha pah... " tapi ayahnya tidak merespon apa-apa hanya terdengar detak jantung yang semakin melemah entah sampai kapan.

**

8 Misi Rahasia

Vote+comen

8 Misi Rahasia [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang