"Assalamualaikum, " Nathan mengintip dari balik pintu masuk apakah terdapat ibunya apa tidak.
Ia mengelus dadanya bersyukur untung Nara belum terlihat di daerah tengah rumah. Ia perlahan masuk ke dalam rumahnya dan saat memastikan memang tidak ada Nara, ia berjalan dengan santai.
"Pulang sekolah jam berapa dan sekarang jam berapa? "
Suara tajam dan dingin milik Nara terdengar di sudut rumah besar milik keluarganya ini. Pasti ibunya itu tidak suka jika Nathan pulang sekolah telat tapi tidak mengabarinya.
"Eh, bunda," Nathan malah cengengesan melihat Nara yang berdiri di lantai dua sembari menatap kesal ke arahnya.
"Dari mana aja? " Nara turun dari lantai dua dan menghampiri putra bungsunya itu.
"Baju kamu kok kotor? Kamu main pasir apa gimana? " Nara seperti meng-introgasi putranya itu jika sedang menegaskan sesuatu.
"Eum... Anu bun, Nathan jatuh dari motor, " Nara tampak terkejut tapi segera merubah raut wajahnya agar tidak terlalu panik.
"Motor kamu? " tanya Nara.
"Yaallah bun, anaknya yang jatoh di tanyainnya motor. Bunda gimana sih, " Nathan kesal di buatnya.
Sosok dingin Nathan tidak berlaku ketika ia sedang berada di keluarganya. Ketika di lingkungan keluarga, Nathan lebih suka bicara dari pada diam terus-menerus. Tapi, terkadang Nathan juga dingin pada keluarganya tapi karena ada sesuatu. Sikapnya mirip dengan Aldran--Ayahnya. Kadang dingin kadang tidak.
"Iya, bunda kan udah liat keadaan kamu sekarang, maksudnya motor kamu rusak atau gimana? "
"Udah di ambil Marco di jalan, " jawab Nathan.
Nara mengangkat halisnya sebelah. "Terus kenapa bisa pulang jam segini? " Nara menatap jam dinding yang menunjukkan pukul 7 malam.
Nathan menghela nafasnya, "Jadi bun, Nathan di tolongin temen, terus dia ngobatin di rumahnya. Mau pulang tapi hujan yaudah diem dulu. " jelas Nathan.
"Oh. Yaudah ganti baju terus makan. Panggil abang kamu sekalian, "
Nathan mengangguk dan pergi ke kamarnya. Ia melewati kamar kakaknya dan mengintip sebentar apa yang di lakukan kakaknya di dalam kamar.
Lelaki itu sedang bertelepon dengan seseorang dan tersenyum sendiri. "Aduh yang udah punya doi telfonan aja senyum senyum sendiri kaya orang gila! " goda Nathan.
Arka yang melihat adiknya di pintu langsung melempar sendal ke arahnya. "Bacot lo! " Nathan tertawa dan segera meninggalkan kamar kakaknya.
**
"Nacha! Ini masih kotor! " Jihan berteriak keras di kuping Nacha.
Nacha merasakan sakit di kupingngnya ketika adik tirinya itu membentak Nacha. "Iya sabar kenapa sih? " Nacha mencoba melawan karena Jihan pun tidak ada sopan santun kepadanya.
Beginilah keluarganya, berada di keluarga yang tidak harmonis seperti kebanyakan orang. Nacha bahkan tidak pernah tahu wajah ibu kandungnya selain ibu tiri dan ayahnya. Nacha hanya ingat samar-samar karena kata ayahnya ia pernah mengalami kecelakaan bersama ibunya dulu.
"Aw! "
Nacha terkejut melihat ibu tirinya terjatuh di lantai. Nacha segera menghampirinya. "Aduh!! Nacha kamu kenapa sih gak pernah bener ngepel kaya ginian doang hah?! " suara bentakkan Devi menggelegar ke setiap sudut rumah. Nacha hanya bisa menutup matanya.
"Kenapa kamu diam hah?! Kamu tuli?!" Nacha hanya bisa menggeleng takut. Ia takut dengan ibu tirinya karena selalu berbuat kejam padaya.
"M-maaf bu, mungkin tadi ibu yang gak hati-hati Nacha dah bener kok, "
KAMU SEDANG MEMBACA
8 Misi Rahasia [COMPLETE]
Teen Fiction[SQUEL CERITA ALNARA] Karena ulahnya sendiri, Nathan harus masuk ke dunia petualangan yang dunia tersebut sangat-sangat tidak di sukainya. Misi yang di buat Nacha membuat Nathan berfikir bahwa gadis itu konyol dan misi itu sangat tidak berguna. Tap...