Nathan dan semua beberapa temannya berjalan cepat di lorong rumah sakit, setelah lelaki itu di bawa ke IGD dan mendapat jahitan di bagian perutnya.
"Donat! Pelan-pelan kali nanti jahitan lo ngebuka." Ucap Aldo yang menyusul Nathan dari belakang.
Wajah lelaki itu tampak khawatir sekaligus dingin, ia tidak mendengarkan ucapan Aldo yang terus memanggilnya. Oki juga sama, ia takut kondisi Nacha memburuk dirinya bertanggung jawab atas Nacha setelah Farel meninggal.
Saat mereka hampir sampai ke ruang rawat inap Nacha, terlihat Daren dan Sheina tengah duduk di kursi rumah sakit dengan Daren yang memijit pangkal hidungnya. Oki di buat semakin khawatir dan takut jika Daren memarahinya.
"Pah?" Panggil Oki.
Daren menoleh ke arah Oki dan teman-temannya. Pria itu berdiri menghadap ke arah putra satu-satunya itu.
Plak!
Sebuah tamparan mendarat di pipi kiri Oki, lelaki itu hanya menutup mata merasakan perih di pipinya. "Ozitra! Sudah berapa kali papah bilang, kamu tinggalkan gang motor itu! Sekarang lihat, Nacha kena imbasnya. Kamu pasti tahu Nacha itu amanah bagi kita!" Sudah di duga Daren pasti akan memarahi Oki, tapi baru kali ini ia mendapatkan pukulan dari Daren ayahnya sendiri.
Sheina langsung berdiri dan menenangkan suaminya. Sedangkan Nathan dan lainnya terdiam saat Daren menampar Oki. "Saya yang salah om." Nathan berucap.
"Saya tidak tahu siapa yang salah dan siapa yang benar. Semuanya sudah terjadi, Nacha masuk ke dalam masalah kalian! Dan sekarang kondisinya memburuk."
Semua diam dan menunduk, dalam satu sisi bukan mereka yang salah tapi dari sisi lain mereka juga bertanggung jawab atas kejadian yang menimpa Nacha.
"Memburuk gimana Pah?" Tanya Oki, ia tidak dendam pada ayahnya itu karena di satu sisi memang dirinya yang salah.
"Dia harus melakukan transplantasi hati secepatnya."
Deg!
Mereka seketika bungkam dan tidak mengeluarkan suara masih dengan pikiran masing-masing yang entah tertuju ke arah mana.
"Saya mau bicara sama kalian semua. Apalagi kamu Nathan, kita harus bicara 4 mata lebih dahulu." Ucap Daren menatap mata tajam Nathan.
**
"Om tahu ini kehidupan kamu Nathan, tapi om minta kamu harus lebih berpikir lebih jauh." Daren mulai berucap.
Mereka menatap lurus ke arah pepohonan di taman rumah sakit yang sudah sepi dan gelap karena malam, hanya ada beberapa lampu yang menjadi sumber pencahayaan.
"Dulu om juga seperti kamu menjadi ketua gang motor di waktu SMA, selalu ada masalah yang menghampiri di tambah lagi dulu Om ketua gang motor musuh papah kamu. Tapi setelah di pikir lagi om menyadari sesuatu, hal itu malah membuat kita menjadi liar dan tidak berfikir panjang."
"Maksud Om?" Nathan masih tidak mengerti.
"Mungkin kamu belum berpikir dan menyadari kalau menjadi ketua gang motor itu punya resiko lebih besar selain babak belur. Saat kamu jadi ketua gang motor dan ada sebuah peperangan kamu gak sadar bisa saja nanti kamu menghilangkan nyawa seseorang karena terlalu terbawa emosi dan orang terdekat kamu akan kena imbasnya. Keluarga, sahabat, termasuk Nacha." Daren menjelaskan, ia harap Nathan mengerti maksudnya.
"Kalian sudah menuju kelas 12, waktunya merubah diri, om dengar Brave sudah bubar tapi kenapa di bangkitkan lagi? Om tahu Brave yang sekarang selalu memberikan nilai positif tanpa ada pertumpahan darah seperti dulu. Tapi sekarang catatan itu kembali di buat oleh kalian. Dan imbasnya kepada Nacha. Om tahu kamu peduli sama Nacha, kamu pasti gak mau dia kenapa-kenapa kan Nathan? Maka dari itu, om minta kamu harus berpikir lagi, demi diri kamu sendiri, dan juga Nacha. Kamu pasti tidak mau kejadian ini terulang lagi kan?" Daren berucap dengan panjang lebar.
Nathan diam menatap rumput taman rumah sakit itu, pikiran nya campur aduk dan terasa berputar-putar tidak ada arah yang pasti. Mencari sebuah solusi di keadaan seperti ini seakan menyiksa dirinya sendiri.
"Sekarang Nathan harus gimana om? Nathan gak pernah mau kejadian ini terjadi dan Nathan juga gak pernah mau Nacha masuk ke dalam permasalahan Nathan." Nathan sedang tidak bisa berpikir sekarang. Pikirannya hanya tertuju kepada Nathan.
"Kalau kamu gak mau Nacha masuk ke dalam lingkaran masalah kamu. Lebih baik jaga jarak daripada menyakiti tanpa di sadari."
**
Nathan kembali pada teman-teman nya yang sedang berada di kantin. Mereka belum makan sejak pulang dari sekolah tadi, Oki masih diam sembari memakan makanannya tanpa minat mungkin masih memikirkan kondisi Nacha dan juga setelah dimarahi oleh Daren.
"Bos, makan dulu sini!" Ajak Aldo dengan suara yang tidak bisa dikondisikan.
"Berisik bego, ini rumah sakit." Ucap Zivar menasihati.
"Tau ni si orang utan. Balik ke habitat lo sana!" Geram Reza.
Aldo hanya menatap tajam kedua sahabatnya yang berkomentar tadi. "Nanti kalau Dora kawinan sama Naruto gak bakal gue ajak kalian!" Ancam Aldo.
"Ogah juga sih gue deket-deket sama orang utan,"Balas Zivar sembari memasukkan bakso ke dalam mulutnya.
"Kebayang gue kalau Dora nikahan sama Naruto. Entar tamu undangannya hewan sama hokage semua." Reza tengah membayangkan hal itu.
Aldo tiba-tiba malah tertawa terpingkal-pingkal hingga bakso yang di makannya keluar dari mulutnya itu.
"Astaghfirullah ini orang utan kenapa sih jorok amat jadi cowok, bikin ilfeel aja lo!"
Zivar langsung menggeser tubuhnya agar jauh-jauh dari Aldo. "Emaknya ngidam apa sih pas ngandung si Aldo? Ngidam cacing kremi apa ya?" Bingung Reza.
"Itu mulut ngomongnya mulus bener kayak pelangi." Aldo menatap kesal ke arah Reza.
Nathan yang sudah duduk di samping Oki hanya memperhatikan perdebatan ketiga sahabatnya tadi yang menurutnya tidak berfaedah tapi selalu menjadi hiburan di kala ia sedang tidak ada kerjaaan ataupun moodnya buruk seperti sekarang.
"Kayaknya bener deh Do, emak lo ngidam cacing kremi pas ngandung." Ucap Nathan dengan senyum miringnya.
"Ini lagi si donat!"
**
Nathan menatap tubuh gadis yang tengah terbaring lemah di atas kasur rumah sakit yang ada di hadapannya itu. Hanya terdengar suara alat pendeteksi detak jantung di ruangan tersebut.
Matanya tertutup, nafasnya di bantu oleh alat. Rasa bersalah sekaligus penyesalan itu kian menusuk hati Nathan, rasa sakit di perutnya itu ikut membuat Nathan semakin tersiksa.
"Sorry Cha, gue gak bisa jagain lo." Nathan tahu Nacha tidak akan meresponnya karena belum siuman.
"Sorry juga, gue gagal lakuin amanah dari almarhum bokap lo." Lanjutnya dengan penuh penyesalan.
Nacha masih tetap menutup matanya, mukanya pucat dengan perban di tangan dan kakinya karena luka.
"Gue gak pernah mau ini terjadi sama lo Cha."
Nathan meraih sebelah tangan Nacha yang terasa dingin. "Mungkin yang di bilang om Daren bener." Nathan menghela nafasnya dengan berat hati.
Sulit rasanya untuk mengucapkan kalimat ini, otaknya memerintah untuk dirinya mengatakan hal tersebut tapi hatinya bertolak belakang seakan menentang semuanya.
"Lebih baik gue jaga jarak dari lo."
**
8 MISI RAHASIA
VOTE+COMEN
Gimana respon kalian waktu Nathan bilang kayak gitu? Minta doanya buat Nacha ya:(
KAMU SEDANG MEMBACA
8 Misi Rahasia [COMPLETE]
Teen Fiction[SQUEL CERITA ALNARA] Karena ulahnya sendiri, Nathan harus masuk ke dunia petualangan yang dunia tersebut sangat-sangat tidak di sukainya. Misi yang di buat Nacha membuat Nathan berfikir bahwa gadis itu konyol dan misi itu sangat tidak berguna. Tap...