Tubuh rapuh tanpa penyangga, air mata menetes tanpa berniat untuk di hentikan, bibir membisu dan mata menatap kosong ke arah depan. Nacha berada di mobil bersama Daren, Oki dan Seina--Istri Daren.
Gadis itu hanya memeluk foto ayahnya yang berada di pangkuan menuju pemakaman. Rasanya seperti terlihat tidak ada jiwa di dalam tubuh Nacha. Hanya menatap kosong dengan air mata yang terus turun. Gadis berpakaian putih dan memakai kerudung yang juga berwarna putih itu hanya diam ketika di tanya.
Nathan dan Aldran berbeda mobil dengan mereka yang berada di belakang. Maafin Nacha Pah, Nacha gak ada di samping papah ketika detik nafas terakhir papah. Nacha membatin.
Sheina menatap sendu Nacha yang berada di sampingnya. "Jangan nangis lagi, papah kamu gak suka nanti." Sheina menghapus jejak air mata di pipi Nacha dan merengkuh tubuh rapuh itu.
Mereka akhirnya sampai di pemakaman umum yang terletak tidak jauh dari kediaman Daren karena dari sekarang hingga nanti Nacha adalah tanggung jawab Daren karena Farel sudah menitip amanah untuknya.
Nacha turun di temani Sheina, sahabatnya hadir di pemakaman dan menghampiri Nacha lalu memeluk gadis itu. "Lo harus kuat dan ikhlas Cha, kita masih ada buat lo." Geisha memberi semangat untuk Nacha.
Tapi gadis itu masih diam, mulutnya seakan terkunci dan susah untuk berbicara. Nathan dengan pakaian putihnya menatap punggung Nacha dari belakang. Gadis itu tengah di beri semangat oleh ketiga sahabatnya.
Sampai saat ini pun Nathan masih tidak percaya jika Farel pergi secepat ini, "Bro, kayaknya lo harus ada di samping Nacha sekarang." Reza memberi saran untuk Nathan. Ya, Aldo, Zivar dan Reza juga hadir di pemakaman Nacha.
Nathan hanya mengangguk dan menghampiri Nacha, Dira dan kedua sahabatnya melihat Nathan yang mendekat seakan mengerti apa yang di maksud Nathan lewat sorot matanya. Mereka membiarkan Nathan membantu Nacha berjalan karena gadis itu lemas dan tatapannya kosong, foto Farel yang tengah tersenyum itu terus di bawa Nacha seakan itu adalah Farel yang tengah ia peluk.
Jenazah Farel di keluarkan dari mobil ambulance rumah sakit, lalu kerandanya di bawa oleh warga yang lain menuju liang lahat, tempat peristirahatan terkahir Farel. "Nathan, gue pengen ketemu mamah. Kata papah, nanti mamah bakal ada di samping papah, tapi mana?" Nacha berucap tapi tatapannya masih kosong seakan berbicara tanpa arah.
Nathan bingung harus menjawab apa, dirinya setia memapah Nacha dari samping. "Semua di dunia ini pasti akan pergi dengan perlahan."
Mereka sampai di dekat liang lahat Farel, dan jenazah yang sudah di bungkus kain kafan itu perlahan di letakkan di liang lahatnya lalu di tutup tanah. Air mata Nacha hancur, ia memeluk Nathan tanpa sadar. Nathan juga memeluknya, karena gadis itu butuh sandaran.
"Lo harus ikhlas, papah lo udah bahagia."
**
Semua orang satu persatu meninggalkan tempat pemakaman, hanya tersisa Daren, Sheina, Oki, Aldran dan Nathan. Nathan masih setia si samping Nacha tanpa berniat meninggalkannya.
"Papah udah seneng di sana? Gak ngerasain sakit lagi?" Nacha menatap nisan sang papah.
Nacha teringat sesuatu. "Om, mamah mana?" tanya Nacha. Daren sudah menduga Nacha akan menayakan hal itu.
Daren berjalan menuju makam yang ada di samping makam Farel lalu berjongkok dan menatap nisan makam tersebut. "Mamah kamu udah ada di tempat terbaik di sisi Allah."
Deg!
"Maksud om? M-mamah udah ga ada?" Daren hanya mengangguk lemah.
Nacha kembali menangis dan Nathan memeluk tubuh yang rapuh itu. Kini dirinya tidak mempunyai orang tua lagi, semua sudah tenang di alam sana. "Kenapa semua ninggalin gue Nat? Kenapa?" Nathan menutup matanya agar tidak menangis di depan Nacha.
Hidupnya terlalu pedih untuk di ceritakan, kisah hidup yang sudah tuhan takdirkan padanya terlalu rumit. Gadis itu kehilangan dua orang tuanya. Ibunya pergi meninggalkannya, sosok ibu yang Nacha cari sekarang sudah berada dekatnya.
"Nanti papah pasti akan berada dekat dengan mamah kamu."
Ucapan Farel tempo hari kembali teringat oleh Nacha, kini ia tahu apa yang di maksud ayahnya waktu itu. "Nacha emang pengen papah sama mamah bersatu lagi, tapi bukan kayak gini pah." Entah sudah berapa banyak air mata yang keluar dari mata indah Nacha.
Daren hanya menunduk tidak tega melihat Nacha yang serapuh itu, kedua orang tuanya sudah tidak ada dan meninggalkannya seorang diri. Tapi amanah Farel akan terus Daren jalankan.
Nacha menatap makam yang berada tepat di samping makam ayahnya. Lalu membaca batu nisan makam tersebut. Katrina Aldara.
Maafin Nacha ya mah, Nacha terlambat temuin mamah.
**
Nacha duduk di pinggir kasur, sekarang dirinya berada di kamar baru di rumah Daren. Nacha tidak bisa membayangkan jika tidak ada Daren yang membantu dirinya dan ayahnya.
Tatapannya kosong mengarah ke jendela besar kamarnya yang menampilkan pemandangan luar yang mendung. Persis hatinya. Nathan, Oki dan yang lainnya masih di ruang tamu rumah besar itu.
Kini Oki juga bertanggung jawab atas Nacha karena gadis itu adalah saudaranya dan Oki sudah menganggap Nacha sebagai adiknya sekarang.
"Maaf Den, non Nacha gak mau makan." Bi Suti melapor pada Oki yang tengah duduk di ruang tamu dengan sahabatnya yang lain. Lelaki itu menghela nafas.
"Biar gue aja." Nathan berdiri dan pergi menuju kamar Nacha dan Oki tidak menahan lelaki itu karena dirinya percaya pasti Nathan bisa membujuk Nacha untuk makan.
Pintu kamar Nacha terbuka lebar menampilkan gadis uang sedang duduk menghadap ke jendela besar kamarnya. Nathan masuk sembari membawa nampan yang di atasnya terdapat sepiring nasi beserta lauk pauknya.
Nathan duduk di samping Nacha. "Cha, makan." Tapi Nacha sama sekali tidak meliriknya.
"Cha," Panggil Nathan.
"Gue gak laper. Lo bisa pergi."
Nathan menghela nafasnya, "Kalau lo kayak gini gak bakal ngerubah semuanya, hidup lo malah semakin berat. Semua di dunia ini gak ada yang abadi, gue yakin om Farel gak bakal suka lo kayak gini." Nathan mencoba memberi nasihat untuk Nacha. Ia yakin Nacha pasti mendengarkan ucapannya.
"Kenapa hidup gue suram gini Nat? Gue ketemu lagi sama mamah ketika dia udah gak ada, dan gue juga kehilangan papah. Kenapa semua ninggalin gue?" Nacha kembali menangis membuat Nathan mendekat dan memeluknya dari samping mencoba menenangkan gadis itu.
"Lo gak sendiri, ada om Daren, Oki, sahabat lo dan ada gue yang bakal jagain lo. Lo harus yakin bahwa setelah kesedihan akan ada kebahagiaan."
"Gue janji gak bakal ninggalin lo, asal lo jangan murung kayak gini. Lo bakal merasa sendiri kalau gini caranya." Lanjut Nathan.
Nacha menoleh dan menghapus air matanya, benar kata Nathan dirinya akan lebih tersiksa jika terus begini walau rasanya sangat sulit bangkit dar keterpurukan . "Lo gak marah?" Nacha masih ingat jika Nathan dingin padanya di hari yang lalu.
"Gue gak marah sama lo."
Nacha hanya mengangguk kecil. Nathan mengambil sesendok nasi dan menyodorkannya pada Nacha. "Makan, gue suapin." Nacha menatap Nathan sekilas lalu sedetik kemudian ia membuka mulutnya membiarkan Nathan menyuapinya.
"Lo harus banyak makan biar gak kecil," ucapan Nathan seperti sindiran bagi Nacha. "Lo nyindir gue Nat?" Tanya Nacha, Nathan hanya mengangkat bahunya acuh.
"Lo yang nyadar berarti."
"Gue bisa makan sendiri," Nacha mengambil piring yang di pegang Nathan dan memakan makanannya.
Nathan tersenyum melihat Nacha yang sudah tidak terlalu terpuruk seperti tadi. "Nathan, makasih ya," Ucap Nacha tiba-tiba.
"Buat?"
"Buat lo yang udah hadir di kehidupan gue."
**
8 MISI RAHASIA
VOTE + COMEN
KAMU SEDANG MEMBACA
8 Misi Rahasia [COMPLETE]
Teen Fiction[SQUEL CERITA ALNARA] Karena ulahnya sendiri, Nathan harus masuk ke dunia petualangan yang dunia tersebut sangat-sangat tidak di sukainya. Misi yang di buat Nacha membuat Nathan berfikir bahwa gadis itu konyol dan misi itu sangat tidak berguna. Tap...