35. Larangan Untuk Dekat

3.4K 260 11
                                    

Nathan duduk di salah satu anak tangga yang biasa di gunakan anak kelas 11 turun untuk ke lantai satu. Bukan dirinya sedang menjadi pengemis tapi sedang menunggu Nacha turun.

Suasana sekolah sudah sangat sepi karena semua murid sudah pulang sedari tadi, awalnya Nathan ingin berkunjung ke warung mang Oding bersama teman-temannya yang lain tapi melihat Nacha yang belum pulang ia mengurungkan niatnya untuk ikut dan akan menyusul nanti.

Akhirnya yang di tunggu datang, Nathan merapihkan bajunya dan berdiri. Nacha menatap Nathan yang juga menatap ke arahnya. "Loh ngapain di sini?" tanya Nacha karena lelaki itu malah diam di anak tangga.

"Nungguin lo."

"Mau ngapain emang?" Nacha melanjutkan langkahnya dan di ikuti Nathan yang juga berjalan di sampingnya.

"Ngaterin lo pulang."

Nacha berhenti dan langsung menatap Nathan. "Dalam rangka apa nih?" Nacha curiga, sedangkan Nathan mengangkat bahu acuh. Rasanya Nacha ingin memukul wajah Nathan sekarang juga karena wajahnya itu tidak berubah sama sekali tetap datar.

"Enggak!" tolak Nacha mentah-mentah.

Nathan kemudian berlalu meninggalkan Nacha dengan wajah yang masih datar sehingga membuat Nacha bingung, Nathan marah atau tidak karena mukanya yang tidak memberikan kepastian itu.

Nathan semakin menjauh membuat Nacha merasa ada yang salah, "Apa aku salah ngomong ya?" gunamnya.

Tapi Nacha berfikir Nathan pasti tidak akan marah hanya karena masalah sepele, dan wajah datar Nathan memang sudah dari bayi mungkin. Nacha melanjutkan langkahnya ke arah parkiran sekolah dan Ziyan sudah berada di dekat mobil hitamnya.

Nacha dengan cepat menghampiri Ziyan takutnya lelaki itu sudah menunggu Nacha lama. "Kak," Panggil Nacha, Ziyan langsung menoleh dan tersenyum pada Nacha.

"Maaf, nunggu lama ya? Nacha tadi piket dulu soalnya," Nacha memberikan penjelasan.

Ziyan hanya tersenyum, "Iya gak apa-apa Cha, yaudah masuk," Ziyan mempersilahkan Nacha untuk masuk ke mobilnya.

Tapi saat Nacha membuka pintu mobil tatapan matanya bertubrukan dengan mata Nathan yang menatap lurus ke arahnya. Rasanya Nacha ingin tersenyum tapi rasanya kaku hanya untuk memberikan senyuman ke arah Nathan, karena lelaki itu menatap tajam ke arahnya.

"Cha, ayok masuk nanti kesorean!"

Nacha segera masuk ke mobil dan menutup pintunya kembali, Nathan masih saja menatapnya. Tatapan itu bukan tatapan seperti biasanya, tatapannya tajam dan tersirat rasa tidak suka.

**

Mereka berdua akhirnya sampai di Gramedia sebuah mall yang ramai. Nacha hanya mengikuti Ziyan dari belakang sembari melihat-lihat buku yang berjejer rapih. Apalagi novel-novel remaja kegemarannya. Ah iya Nacha lupa bahwa Nathan pernah memberikan satu Novel padanya waktu itu.

Nacha lupa dan belum membukanya sama sekali, mungkin nanti setelah pulang Nacha akan membacanya di rumah sakit. Ziyan mencoba melihat buku-buku sastra dan kata-kata motivasi yang ia sukai dan mengambil dua buku sekaligus.

Buset dah langsung dua. Untungnya Nacha hanya berbicara dalam hati, jika langsung pasti ia sudah malu.

Ziyan tidak memulai obrolan membuat Nacha jadi canggung, hingga Ziyan berada tepat di depan sebuah rak dengan jejeran buku novel remaja yang pasti Nacha berbinar melihatnya.

"Yang ceritanya bagus, yang mana Cha?" tanya Ziyan pada Nacha.

Gadis itu bingung sekarang, semuanya bagus tidak ada yang tidak bagus. "Semuanya bagus kak," Nacha terkekeh. Ziyan hanya mengangguk kecil dan melihat-lihat buku novel lainnya. Begitupun Nacha, tapi ia enggan membeli karena buku pemberian Nathan saja belum ia baca.

8 Misi Rahasia [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang