3R> Part 2

15 5 0
                                    

Prancis, 10 PM

Seorang Pria Tampan Yang Baru Datang Ke Apartemen Setelah Pulang Dari Pekerjaannya. Menjadi Pilot Yang Selalu Terbang Di Udara Membuatnya Letih. Tapi Itu Membuatnya Bangga Karna Cita2nya Dari Dulu Akhirnya Tercapai Dengan Lancar.

Chandika Arkhana. Pria Asal Indonesia Itu Memiliki Kharisma Yang Begitu Kuat, Mampu Membuat Para Gadis Di Negara Bagian Barat Itu Menyukainya. Tapi... Entah Kenapa Sejak Dia Datang Ke Sini, Tidak Ada Gadis Yang Menarik Perhatiannya. Masuk SMA Dan Melanjutkan Kuliah Di Jurusan Penerbangan Pun Hidupnya Selalu Monoton.

Hidup Sendiri Di Apartemen, Tak Membuatnya Putus Asa Untuk Mengejar Karir. Masalah Uang, Dia Tercukupi Karna Bram Ayahnya Selalu Mentransfer Setiap Bulannya.

Malam Yang Begitu Dingin Ini, Dia Duduk Di Balkon Apartemennya. Menampilkan Menara Eiffel Yang Jelas Di Penglihatannya. Kemeja Putih Bertengger Dasi Dan Celana Berwarna Hitam Yang Melekat Pada Area Tubuh Atletisnya Belum Ia Lepas. Hanya Topi Pilotnya Yang Putih Baru Ia Lepaskan Dari Kepalanya.

Ponselnya Yang Berada Di Saku Celana Berdering. Tertera Nomor Yang Tidak Di Kenali. Sontak Saja Chan Bingung.

Tidak Berlama-lama Dia Segera Mengangkat Telfonnya.

"Halo?"

"Halo Dika?"

Suara Itu, Chan Mengenalnya. Sangat Mengenalnya. Kalau Boleh Jujur, Dia Begitu Merindukan Dumelan Dari Kakak Perempuannya Itu.

"Mbak Thasa?"

"Iya. Ini Mbak"

"Kok Lo Tahu Nomor Barunya Gue, Mbak?"

"Sekertarisnya Mbak Sedang Mengadakan Investasi Di Prancis. Sekalian Mbak Suruh Cari Informasi Tentang Kamu. Karna Kamu Seorang Pilot Jadi Dia Gambang Dapat Nomor Ponsel Kamu"

"Oh..."

"Katanya Kalau Impian Kamu Terpenuhi Kamu Bakal Pulang Ke Indonesia? Udah Dua Tahun Kamu Gak Ke Sini-sini?"

"Gue Belum Siap, Mbak"

"Mbak Akan Memberitahukan Satu Hal. Siap Atau Tidak Siap Kamu Harus Ke Sini"

Dahi Chan Mengkerut. "Kenapa Emangnya? Satu Hal Apa?"

"Papah Terkena Serangan Jantung Dari 3 Hari Yang Lalu"

Garis Di Wajah Chan Terlihat Jelas Ke Kekhwatirannya. Jantungnya Seperti Berdetak. Aliran Darahnya Seperti Berhenti Mengalir.

"Lo Gak Ngeprank Gue Kan, Mbak?" Tanya Chan Emosi.

"Untuk Apa Mbak Ngeprank Kamu? Kamu Ke Sini Yah? Demi Papah. Dia... Selalu Sebut Nama Kamu Kalau Ngelindur"

"Gue Akan Ke Indonesia Besok Pagi" Jawabnya Seraya Memejamkan Kedua Matanya.

"Syukur Kalau Kamu Mau. Mbak Tutup Telfonnya Yah?"

"Iya"

Chan Menghela Nafas Gusar. Matanya Mulai Memerah. Dadanya Terasa Sakit Sekali Menerima Kenyataan Ini. Dia Tidak Perduli Jika Nanti Bertemu Dengan Gadis Itu. Yang Terpenting Baginya Adalah Ke Sehatan Ayahnya.

***
Pagi Ini Chan Tidak Bertugas. Dia Meminta Izin Ke Pihak Yang Bersangkutan Untuk Kembali Ke Negara Asalnya.

Di Dalam Pesawat Biasanya Dia Yang Menyetir Kini Menjadi Penumpang. Hatinya Dalam Perjalanan Was-was Tidak Karuan. Pria Tampan Itu Selalu Merapalkan Do'a Agar Papahnya Baik-baik Saja.

Memakan Waktu 15 Jam Pesawat Dari Prancis Menuju Indonesia. Pukul 14.00 Chan Sudah Menapakan Kakinya Di Negara Tanah Air. Dia Bernafas Lega Akhirnya Sampai Di Sini.

Friendship 3RTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang