Chapter | 02

1.7K 100 13
                                    

Now playing | Takkan terganti - Marcell

“Tak ada kisah yang berakhir bahagia dengan sebuah perpisahan. Apalagi untuk kisah kita yang terpaksa berakhir di tengah jalan.”

*****

Pelukan tangannya, semakin mengerat pada boneka beruang yang berukuran besar itu. Disa, mencoba mencari kenyamanan dengan memeluk benda berbulu itu. Namun, sayangnya sampai setengah jam melakukannya, tak didapat hal yang ia cari itu.

Dia pun akhirnya beranjak, melirik jam di nakas yang sudah menunjukkan pukul sepuluh malam. Tulang-belulangnya terasa remuk, badannya juga pegal-pegal. Namun, matanya tak kunjung mau mengantuk juga.

Akhirnya dia turun dari tempat tidur, beralih duduk di meja belajarnya yang di terangi lampu kecil. Dengan ragu, dia menarik laci pada meja itu dan langsung menampilkan sebuah foto yang senantiasa ia simpan.

"Ska, apa aku sanggup ketemu kamu lagi?" tanyanya dengan lirih. Dipandanginya foto usang itu sampai satu bulir air mata kembali jatuh, untuk kesekian kalinya.

Dalam foto itu, Disa dan Faska tampak menampilkan wajah bahagia. Meski sudah masuk satu dekade terakhir, rasanya Disa masih bisa merasakan kebahagiaan waktu itu. Ramainya tempat itu, dan bagaimana dia menikmati hari itu.

Disa memeluk semua barang-barang pemberian Faska. Mulai dari miniatur pohon cemara, suratnya dan juga foto yang masih ia pegang. Air matanya terus saja mengalir, membasahi tangan yang masih memeluk barang tadi.

Ska, apa kamu juga merindukan aku?, batin Disa. Tak bisa dipungkiri, kejadian sepuluh tahun silam masih berbekas dalam ingatannya. Selama sepuluh tahun juga, tak ada seorang pemuda pun yang berhasil menerobos pintu hatinya. Karena bagi Disa, hatinya sudah bertuan. Meskipun Faska tak berada disisinya, bukan berarti hati Disa sudah kosong begitu saja.

Alasan dia bertahan di sini selain keluarganya, adalah Faska. Dia yakin suatu saat nanti akan kembali ke Jakarta, dan bertemu dengan kekasih hatinya. Gadis itu juga yakin, jika Faska akan menepati janjinya.

Mungkin, ini saatnya dia kembali. Tuhan telah memberinya jalan untuk pulang. Meski banyak rintangan, akan Disa lalui. Bukankah sebuah proses tidak akan mengkhianati hasilnya.

Disa sudah memantapkan hatinya,  akan berbicara dengan orang tuanya mengenai pemindahannya ke Jakarta. Ya, Disa memang belum mengatakan apapun kepada mami dan papinya.

Perempuan itu meletakkan kembali barang yang dipeluknya tadi, dia bergegas keluar kamar untuk berbicara dengan orang tuanya.

Suara riuh dari ruang tamu menandakan jika keluarganya belum tidur. Baru saja keluar dari kamar, dia mendapati adik kembarnya yang berlalu begitu saja.

"Kalian mau tidur?" pertanyaan Disa langsung menghentikan langkah Samudra dan Benua.

"Eh, kak Disa. Kakak belum tidur?" Benua balas bertanya.

"Kakak enggak bisa tidur."

"Ya, udah. Kita masuk dulu ya, kak?"

Samudra dan Benua kembali melanjutkan langkahnya. Disa masih memperhatikan adik kembarnya yang sudah beranjak remaja. Waktu memang berlalu dengan cepat, tanpa sadar kini mereka sudah berusia empat belas tahun, atau kelas tiga SMP.

Dari Faska [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang