E P I L O G

919 45 6
                                    

Now playing | Menua bersama - Rahmania Astrini

***

Dari Faska, Disa mendapatkan kebahagiaannya.
Dari Faska, Disa tahu bagaimana rasanya diperjuangkan.
Dari Faska, Disa selalu merasa terlindungi.
Dari Faska, Disa mengerti satu hal, bahwa hidupnya agar terasa lengkap saat bersama dengan pasangan yang sudah ditetapkan.

Dan Untuk Disa, Faska rela melakukan apapun.

Kebahagiaan mereka berdua, dilandaskan perjuangan yang tak kenal lelah, rasa percaya yang hampir goyah, dan takdir yang bekerja begitu indah.

°
°

40 tahun kemudian ....

°
°

"Kamu masih aja nulis jurnal itu?"

Seorang wanita dengan uban yang hampir memenuhi rambutnya itu menoleh. Kulit keriput diwajahnya tergerak-gerak saat dia coba menarik senyuman.

"Ini, kan, kisah kita," sahut wanita itu yang kini mengalihkan pandangannya kembali, ke sebuah jurnal dalam pangkuan.

Lelaki yang sempat menganggunya tadi pun mendekat, membungkukkan sedikit badannya dengan perlahan untuk melihat pekerjaan sang istri. Karena usianya yang tak lagi muda, ia harus berpegangan pada sandaran kursi tempat sang istri duduk.

"Itu foto pas kita bulan madu, kan?" tebak Faska. Lelaki itu memperbaiki letak kacamata yang sedikit turun dari hidungnya.

Disa terkekeh, "kamu ingat enggak? Dulu aku sempat kepisah sama kamu," beber perempuan itu.

"Aku masih ingat."

Faska memandangi wajah Disa dari atas dengan sendu. Meski usia mereka tak lagi muda, baginya Disa tetap masih secantik dulu. Suaranya masih selembut dulu, dan yang paling penting, cintanya masih sama seperti masa remaja mereka dulu.

"Kamu kenapa? Kok liatin aku segitunya?"

"Kamu masih cantik," kata Faska.

Disa mendengus geli, "udah tua, masih aja gombal. Inget umur, malu sama cucu-cucu yang udah remaja," ejeknya dengan menggelengkan kepala.

Bagi Disa, Faska pun masih sama seperti awal-awal mereka menikah. Masih suka bekerja sampai lupa waktu, masih suka merayunya bahkan tak tahu tempat. Dan yang paling pasti, masih mencintainya seperti itu.

Faska menyingkir saat Disa beranjak dari duduknya. Wanita itu ingin membuat teh untuk sang suami karena biasanya dia meminum teh jam segini.

Ting nong ting nong

Namun, bunyi bel malah menginterupsi keduanya, Disa yang sedang membuat teh dan Faska yang sudah mengambil tempat di sayap kiri rumah.

Dengan langkah perlahan, wanita lanjut usia itu membukakan pintu dan melihat siapa yang datang.

"Nenek!"

Tubuh Disa hampir saja rubuh ke belakang jika tidak berpegangan pada ambang pintu. Siapa lagi pelakunya jika bukan cucu-cucunya yang sudah memasuki usia remaja itu. Dua gadis kembar yang berusia empat belas tahun itu memeluknya dengan erat.

Dari Faska [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang