Special chapter : PENYELESAIAN

930 57 19
                                    

Now playing | Kesempurnaan cinta - Rizky Febian

***

“Perjuangan kita yang sebenarnya baru saja dimulai. Untuk itu, tetaplah saling bergenggam tangan, sampai kita berhasil melewati apa saja yang akan terjadi.”

***

Pagi Senin yang cerah telah tiba, kediaman milik Disa dan Faska juga sedang sibuk dengan lalu-lalang beberapa pelayan yang dipekerjakan oleh Faska. Meski Disa menolak, Faska tetap bersikeras memperkerjakan beberapa orang untuk mambantu.

Untuk urusan dapur, Disa tidak memberikan pelayan itu tempat karena dia memang ingin memasak sendiri. Dia hanya setuju dengan tiga orang asisten, untuk beres-beres, merawat kebun yang sekaligus merangkap menjadi supir di rumah dan satu lagi seorang satpam. Kebetulan mereka satu keluarga dan tinggal di ujung gang sebelah komplek perumahannya.

Soal pekerjaan, Disa akan bekerja di rumah sakit milik Faska, tetapi nanti. Faska juga melarang Disa bekerja keras karena istrinya itu dokter umum. Jadwalnya pasti banyak, takutnya nanti perempuan itu kelelahan karena harus mengurus rumah juga.

"Sayang!"

Teriakan dari tangga membuat Disa yang berada di dapur langsung menengok sebentar. Lalu, dia menyuruh bi Rita—asisten di rumah—untuk melanjutkan kegiatan memasak.

"Iya?"

"Dasi yang warna abu-abu kemana ya?" tanya lelaki itu saat Disa sudah berada didekatnya.

"Bukannya di lemari, ya? Dekat jam kamu. Perasaan kemarin aku taruh di situ," pikir Disa begitu. Namun, Faska malah mengatakan sebaliknya.

"Bentar, aku cariin dulu."

Saat Disa tengah sibuk mencari, Faska setia berdiri di belakang sang istri. Menunggunya untuk dicariin dasi yang dimaksud tadi.

"Nah, ini dasinya," seru Disa.

Namun, saat Disa menyodorkan dasi itu ke arah Faska, dia menatapnya dalam diam.

"Ini dasinya," ulang Disa sekali lagi.

Faska menghela napas gusar, "tiba-tiba aku lupa cara pakai dasi," keluh lelaki itu dengan pandangan melihat ke arah lain.

Disa memicingkan matanya, "kalo mau dipakein, kenapa enggak bilang aja? Pake disuruh cari segala," cibir perempuan itu yang kini menarik bahu Faska agar menunduk sedikit.

"Seharusnya, kan, kamu pakein. Aku dulu sering liat mama makein papa dasi. Ya walaupun papa enggak cinta sama mama, tapi mama tetap ngelakuin itu," beber Faska tanpa diminta. Sikap lelaki itu seperti anak kecil yang sedang merajuk dengan mamanya.

"Jadi ngambek, nih, karena enggak dipakein dasi?" pancing Disa disela-sela membuat simpul di leher sang suami.

"Enggak ngambek, sih." Faska yang sudah berdiri tegak, memperhatikan wajah serius Disa dari atas.

Lelaki itu sedikit terkejut saat Disa menarik dasi yang telah tersimpul di lehernya. Ditambah dengan sebuah kecupan dari Disa, membuatnya mematung. Jadi begini rasanya dicium tanpa aba-aba seperti yang sering ia lakukan?

Dari Faska [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang