Now playing | Cokelat biru - Giorgino Abraham
***
Pengumuman dari Bandara internasional Schiphol berdengung, menandakan jika pesawat sudah mendarat dengan selamat. Orang-orang langsung keluar dan hendak mengambil barang mereka.
Begitu juga dengan pasangan pengantin baru, Disa dan Faska. Mereka memutuskan untuk berbulan madu di negeri kincir angin itu. Semuanya karena Faska ingin mewujudkan keinginan Disa yang memang ingin pergi ke Belanda, seperti saat dia kecil dulu bersama keluarganya.
"Ska! Kita ke apartemen kamu naik apa?" Disa bertanya saat Faska sudah mengambil koper.
"Naik taksi. Enggak apa-apa, ya? Soalnya kalo pake mobil itu sulit banget di sini," jelas lelaki itu.
"Iya, enggak apa-apa."
Keduanya pun keluar dari area Bandara internasional Schiphol. Satu tangan Faska menarik koper, sedangkan yang lainnya memeluk pinggang sang istri.
Binar kebahagiaan tampak dari kedua mata Disa saat melihat suasana kota Amsterdam dari dalam taksi. Perempuan itu benar-benar senang karena bisa kembali mengunjungi Belanda seperti saat kecil. Dulu, Papinya yang memang memiliki sahabat sekaligus rekan kerjanya sering memboyong keluarga mereka jika musim semi telah tiba.
Sementara Faska, lelaki tiu sibuk memperhatikan wajah Disa. Rasanya dia tak pernah bosan memandangi istrinya itu walau sudah menjadi milik dia sepenuhnya.
"Kamu kenapa, sih, liatin aku terus?" Disa merasa aneh jika ditatap seintens itu.
"Aku ... masih ingat sama yang malam itu," bisik lelaki itu ditelinga Disa.
"Ingat ... Ih! Lupain."
Mendengar hal itu, otomatis wajah Disa langsung memerah. Dia memalingkan wajahnya saat mendengar Faska yang tertawa.
Faska semakin kencang tertawa, dia bahkan lupa jika supir taksi sesekali melihat ke arah mereka melalui spion.
"Apa kita bisa lanjutin di sini?"
"Faska!"
Lagi-lagi Disa mendelik, meskipun wajah perempuan itu bereaksi sebaliknya. Jujur, dia sangat malu karena Faska terus saja mengingatnya pada kejadian malam pertama mereka.
Lelaki itu masih saja terkekeh geli. Meskipun begitu, tak urung Faska tetap merangkul bahu Disa.
"Maaf, maaf! Becanda, kok," bujuknya.
Disa menundukkan kepala, "tapi, kan, aku malu," cicitnya dengan suara sangat kecil.
"Buat apa malu? Aku, kan, udah liat—mmphh!"
Ucapan Faska terpotong karena Disa sudah lebih dulu membungkam mulut lelaki itu dengan tangannya.
"Jangan ngomong lagi!" tegur perempuan itu dengan kesal.
Dengan wajah yang sengaja dibuat sememelas mungkin, Faska minta dilepaskan. Baru setelah itu Disa melepaskan tangannya.
"Kamu sekarang lebih sensian, ya?" Faska kembali buka suara.
"Kenapa? Kamu enggak suka?"
Faska menggeleng cepat, "aku malah semakin tertantang," sahutnya dengan bangga.
Disa berdecih, tetapi perempuan itu tetap bermanja pada Faska dengan merebahkan kepalanya atas bahu lelaki itu.
"Kamu tau enggak, Ska?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Dari Faska [TAMAT]
RomanceSekuel cerita UNTUK DISA (DI SARANKAN UNTUK MEMBACA CERITA SEBELUMNYA TERLEBIH DAHULU. DAN JANGAN LUPA FOLLOW AKUN SAYA JUGA. Wkwkwkw) ***** Mungkin orang mengira jika perasaan Disa saat kembali bertemu Faska-mantan kekasih yang terpaksa berpisah-ad...