Chapter | 32

824 68 44
                                    

Kiranya sudah dua hari setelah perbincangan antara Reyhan dan Disa yang kurang mengenakkan itu. Semenjak itu juga, Faska menjadi sibuk, dan Disa semakin kepikiran.

Reyhan kenapa, sih, pake ngomong kayak gitu, batinnya mulai menggerutu. Ditatapnya rantang kecil yang berisi sarapan atas meja kerja. Dia kembali merasa bimbang, karena Faska tak berada disisinya. Tapi pagi, lelaki itu tiba-tiba mengabari jika dia tidak sempat menjemputnya. Bahkan di rumah sakit juga tidak ada.

Akhirnya Disa memilih untuk mengabaikan rantang itu, dan segera keluar dari ruangan karena ingin memeriksa pasien yang kecelakaan beberapa hari lalu.

Dalam perjalanan, dia melihat Gladis yang baru keluar dari ruang operasi. Sudah lama juga tidak saling menyapa karena kesibukan masing-masing.

"Gladis!"

"Eh, Fara!" Gladis menoleh, melemparkan senyum manis. "Mau visit?" tanyanya.

"Iya, nih. Kamu sendiri habis operasi, ya?"

"Iya, tadi operasinya mulai subuh. Duh, ngantuk banget, sih," keluh Gladis. Tanpa mengatakan pun, melihat wajahnya yang lusuh sudah menjelaskan semuanya.

"Sekarang kamu mau pulang?"

"Enggak sih, palingan istirahat di ruangan. Soalnya aku ada tugas lagi nanti."

Disa mengangguk, "ya udah, aku duluan ya?" pamitnya.

"Eh Fara!"

Namun, Gladis malah menarik lengannya. Disa pun langsung menghentikan langkahnya, ia menoleh dengan menaikkan sebelah alisnya tanda bertanya 'ada apa?'

"Eugg..." Gladis tampak ragu untuk mengatakannya, bahkan dia sampai mengusap tengkuknya karena gugup.

"Kenapa, Dis?" tanya Disa.

"Enggak apa-apa, kamu pergi aja. Enggak penting, kok," tandas Gladis. Lalu menyengir polos, dan segera pergi.

Dia kenapa, sih?" batin Disa bertanya-tanya. Dia memperhatikan punggung Gladis yang mulai mengecil karena sudah jauh darinya.

Tak mau memikirkan hal yang kurang penting, dia kembali melanjutkan langkahnya. Masuk dalam salah satu ruang inap kelas biasa. Ruangan itu sendiri diisi oleh beberapa pasien, yang semuanya ditangani oleh Disa saat kecelakaan.

"Nah, itu dokternya sudah datang," celetuk Rania yang kebetulan ada di dalam sana.

"Ada apa?" tanya Disa bingung. Dia pun berdiri di samping Rania.

"Dokter, terimakasih telah menyelamatkan anak saya. Terimakasih banyak." Salah satu keluarga pasien langsung menarik tangan Disa. Mengucapkan ribuan terimakasih.

"Bu, jangan berterimakasih pada saya, tapi pada Tuhan yang telah menyelematkan anak ibu. Saya ini hanya perantara," tutur Disa yang mengelus pundak wanita itu dengan tangannya yang lepas.

"Aduh, dokter ini memang baik. Saya akan selalu ingat pada dokter Fara."

"Terimakasih sudah mau mengingat saya. Ya sudah, saya mau periksa anak ibu dulu."

Disa pun memulai tugasnya, sesekali dia tampak tersenyum tipis. Ada rasa bangga sekaligus senang, saat orang-orang merasa tertolong karena dirinya.

Sekitar beberapa jam memeriksa semua pasien yang ia tangani, akhirnya bisa istirahat juga. Disa memilih untuk kembali ke ruangannya, diikuti oleh Rania dengan di belakang.

"Rantang siapa, nih? Rantang lo, Sa?" tanya Rania sembari membolak-balik rantang kecil atas meja Disa.

"Iya," sahut Disa cuek. Dia kembali teringat akan Faska yang tidak menjemputnya. Terlebih dengan bekal yang dengan susah payah dia siapkan.

Dari Faska [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang