Driieet...
Ban bus berdecit, itu pertanda jika kendaraan umum ini berhenti di salah-satu halte. Dari dalamnya, keluar seorang gadis berusia dua puluh enam tahun, lengkap dengan jas putih khas kedokteran. Gadis itu menyusuri pinggiran jalan dengan suara sepatu pantofel yang selaras dengan langkahnya.
Langkahnya terayun memasuki sebuah bangunan bercat abu-abu muda. Di sepanjang koridor, banyak para suster ataupun orang yang berlalu-lalang. Tak urung, sesekali ada suster yang menyapa gadis itu dengan ramah.
"Selamat pagi, dokter Fara."
Ya, di sini orang-orang memang mengenalkan sebagai dokter Fara. Dokter cantik yang baru berusia dua puluh enam tahun itu cukup kompeten di bidangnya. Selain itu, ia juga sangat ramah.
"Pagi suster."
"Wah, sepertinya ada hal baik hari ini. Dokter tampak semakin cantik saja," gurau salah-satu suster yang memang sudah dekat dengannya.
"Suster ini, bisa saja bercandanya."
"Ya, kan, siapa tahu. Udah ada calon yang ngajakin serius mungkin," goda suster itu lagi.
"Ish, Udah, ah! Saya mau ke ruangan dulu." Gadis itu tampak enggan membicarakan masalah percintaan. Baginya, hal itu masih di luar jangkauan setelah perpisahan yang pernah ia alami beberapa tahun silam.
Sesampainya di ruang kerja sendiri, dia meletakkan tas dan mulai memeriksa jadwal visitnya seperti biasa. Setelah mengetahuinya, gadis itu mengambil stetoskop dan ingin segera menuju ke ruang inap pasien.
"Dokter Fara."
"Ya?" baru saja gadis itu menutup pintu ruangannya, ada seseorang yang memanggilnya dari belakang.
"Dokter di panggil oleh dokter Tania. Katanya, ada hal yang perlu di bicarakan," ujar suster itu. Memberitahu maksud memanggil Disa tadi.
"Sekarang? Tapi saya punya jadwal visit."
"Tapi ... kata dokter Tania, diminta sekarang."
"Ya, udah, makasih suster."
Suster itu hanya tersenyum, sedangkan Disa kembali mengayunkan langkahnya menuju ruangan dokter Tania—yang memanggilnya tadi.
Tok tok tok...
"Masuk."
"Dokter memanggil saya?" dokter yang bernama Tania itu mengangguk, mengisyaratkan gadis itu untuk duduk.
"Maaf jika saya mengganggu aktivas dokter Fara," ujar dokter Tania sebagai basa-basi.
"Tidak apa-apa kok, dok. Ngomong-ngomong, ada apa ya, dokter manggil saya?"
"Jadi ... Bagaimana, ya, ngomongnya. Rumah sakit memutuskan untuk mengirim kamu ke Rumah sakit pusat, di Jakarta. Di sana membutuhkan tenaga medis lebih banyak. Dokter Fara tau sendiri, kan, jika di kota besar itu pasiennya lebih banyak." Penjelasan dokter Tania tidak mendapatkan respon apa-apa dari Disa. Jujur, dia sedikit bimbang untuk kembali lagi ke kota kelahirannya itu.
"Apa itu artinya saya akan di pindahkan ke sana selamanya, dok?" tanya Disa.
"Ah, tidak dokter Fara. Dokter hanya bertugas selama tiga bulan di sana." dokter Tania menjeda ucapan. "Jadi, bagaimana dokter Fara?"
"Apa ada pilihan lain?" Disa menangkap perubahan wajah dokter Tania yang kontras, "maksud saya, apa bisa diganti dengan dokter lain?"
"Saya percaya sama dokter Fara. Saya yakin, kalo dokter bisa mengambil tugas ini. Cuma dokter yang kompeten dan bertanggung jawab di sini."
KAMU SEDANG MEMBACA
Dari Faska [TAMAT]
RomanceSekuel cerita UNTUK DISA (DI SARANKAN UNTUK MEMBACA CERITA SEBELUMNYA TERLEBIH DAHULU. DAN JANGAN LUPA FOLLOW AKUN SAYA JUGA. Wkwkwkw) ***** Mungkin orang mengira jika perasaan Disa saat kembali bertemu Faska-mantan kekasih yang terpaksa berpisah-ad...