Chapter | 22

958 83 27
                                    

Kiranya sudah beberapa minggu hubungan Disa dan Faska kembali membaik. Meski tak ada hubungan yang jelas, setidaknya mereka satu komitmen untuk berjuang bersama. Berjuang mendapatkan restu kedua orang tua mereka, dan berjuang untuk menguatkan rasa cinta mereka.

Setiap harinya, Faska selalu mengantar jemput Disa kerja. Makan siang bersama, atau sesekali pergi ke suatu tempat saat akhir pekan. Rasanya, hari-hari itu ingin ia hentikan. Tak mau bila harus kembali berpisah, atau merasakan bagaimana rasanya gelisah.

"Lagi nungguin siapa?"

Disa mendongak, ia menemukan dokter Reyhan yang berdiri di depannya.

"Lagi nungguin seseorang?"

Perempuan itu hanya mengangguk, lalu diam meski dokter Reyhan kini duduk di sebelahnya. Rasa canggung langsung mengerayangi suasana diantara mereka berdua. Disa tidak tahu harus membahas apa, sedangkan dokter Reyhan malah menunggu Disa untuk bertanya.

"Sudah makan siang?"

"Belum," sahut Disa seadanya.

"Wah, pas sekali. Sebenarnya saya mau ngajak dokter Fara untuk makan siang bareng. Dokter tau, kan, kalo saya tidak terlalu tau jalan di Jakarta."

"Ta—"

Drrrtt Drrrtt

Baru saja Disa ingin mengeluarkan suara, ponselnya tiba-tiba bergetar. "Sebentar, ya, dokter Reyhan." izinnya pada dokter Reyhan, baru setelah itu dia membuka ponselnya.

Faska

Sa, maaf ya. Hari ini
aku enggak bisa makan
siang sama kamu. Ada
urusan mendadak.

Enggak apa-apa, kan?

Iya

Enggak apa-apa

Tapi kamu jangan
lupa makan, ya.

"Pacar kamu?"

Disa menoleh saat dokter Reyhan bertanya seperti itu. Ingin mengangguk, tetapi dia ingat jika hubungan mereka tidak jelas meski satu komitmen.

"Katanya dokter mau makan siang bareng, kan? Mau berangkat sekarang?" Disa mengalihkan pembicaraan.

"Oh, tentu. Ayo."

Mereka pun beranjak, keluar dari gedung rumah sakit. Namun, sebelum itu Disa sudah memberitahu Faska jika dia akan makan siang bersama teman. Jadi, Faska tidak akan salah paham nantinya.

Dengan manisnya dokter Reyhan membukakan pintu mobil untuk Disa. Meskipun sedikit risih, perempuan itu tetap menyunggingkan senyum tipis karena merasa tidak enak.

"Hmm.. dokter Fara," panggil dokter Reyhan setelah beberapa menit duduk dalam mobil.

"Ada apa, dok?"

"Panggil Reyhan atau Rey saja jika diluar pekerjaan, gimana?" pintanya.

"Baiklah, kamu juga, ya."

"Oh, ya, sampe lupa," mendengar dokter Reyhan berucap lagi, Disa menoleh padanya. "Saya mau direkomendasiin restoran atau tempat nongkrong yang enak, dong di Jakarta. Biar kayak anak muda, gitu," candanya.

Disa terkekeh kecil, tampaknya dokter Reyhan punya cara tersendiri untuk mencairkan suasana. "Kamu enggak terlalu tua, kok. Cuma..." perempuan itu menggantung ucapannya untuk melihat reaksi lawan bicaranya.

Dari Faska [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang