Chapter | 31

849 70 10
                                    

"Dokter! ada pasien yang kritis."

"Dokter! detak jantungnya tak terdengar."

"Dokter, bagaimana dengan pasien yang baru masuk?"

Semua dokter dan suster sangat sibuk. Mereka gelagapan, saling berlarian karena baru saja ada rombongan yang kecelakaan.

Pasiennya diperkirakan mencapai dua puluh orang, dengan berbagai keluhan dan luka. Belum lagi pasien rawat inap dan rawat jalan lainnya. Hal itu tentu saja membuat Disa sangat lelah. Bahkan dia sampai melewatkan jam makan siangnya.

"Bagaimana? Apa masih ada pasien lagi?" tanya Disa pada Rania yang kebetulan di sebelahnya.

"Semua sudah tertangani, mereka juga sudah dipindahkan ke ruang inap masing-masing."

Disa menghela napas lega, "syukurlah," gumamnya.

"Kalo begitu, saya permisi."

Perempuan itu hanya mengangguk, dia mengambil ponsel dalam saku jasnya untuk melihat jam. Namun, dia mendapati banyak sekali panggilan masuk dan juga pesan dari Faska.

"Huff... Dia pasti masih nungguin," gumam Disa lagi. Pasalnya Faska mengirimkannya pesan, mengatakan jika dia berada di ruangan.

Dia pun bergegas menuju ke ruangannya kembali. Ingin memeriksa apakah Faska masih di sana atau sudah tidak ada lagi.

Krieeet

"Kamu ... masih di sini?" Disa menatap Faska dengan lekat. Merasa lebih tidak enak.

"Kamu sibuk banget, ya?" Faska balas bertanya. Ia yang tadinya duduk di sofa, langsung beranjak saat melihat Disa masuk.

"Iya, tadi ada rombongan yang kecelakaan, makanya enggak sempat liat HP. Kamu udah makan?"

Mendengar pertanyaan seperti itu, Faska melangkah mendekati Disa dengan bersedekap, "Kamu sendiri udah makan belum?"

"Belum." Disa menggeleng dengan polos.

"Gimana kamu bisa tanya orang lain, sedangkan kamu sendiri belum makan, hm?"

"Kamu kan, belum makan karna nungguin aku, Ska," sela Disa.

"Tapi aku lebih khawatir sama kamu," balas Faska tidak mau kalah.

"Tapi—"

"Cukup! Enggak usah banyak ngeles lagi. Sekarang, kamu duduk dan makan." Faska memutar bahu Disa, mendorongnya sedikit dari belakang agar berjalan menuju sofa.

"Eh? Sejak kapan kamu pesan makanan?" Disa menoleh, menatap Disa penuh pertanyaan.

"Sejak tadi."

"Terus kenapa enggak makan duluan? Kalo maag kamu kambuh gimana?" protes Disa lagi.

"Gimana aku bisa makan kalo kamu belum makan," pungkas Faska. Dengan santai dia menarik satu box isi makanan dan melahapnya.

Dia bilang enggak bisa makan kalo aku belum makan, dan sekarang dia duluan yang makan. Ckckck, dasar, gerutu Disa dalam hati. Dia memicingkan matanya ke arah Faska, membuat lelaki itu mengernyitkan bingung. Namun, hanya sesaat karena setelah itu dia kembali melahap makanannya.

"Oh, iya. Gimana urusan kamu sama Clara?"

Tangan Faska berhenti mengudara di depan mulut, dia yang ingin makan pun mengurungkan niatnya.

"Clara sempat nolak pas aku nyuruh Wina jadi sekretarisnya. Tapi karna aku paksain, dia malah nyusahin Wina. Sekarang Wina ngirim surat resign karna enggak tahan sama sikap Clara."

Dari Faska [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang