Now playing | Pura pura lupa - Mahen
*****
“Sekali kukejar, maka tak akan kulepas. Namun, sekalinya kulepas, tidak akan kukejar lagi.”
*****
Akhir pekan kembali menyapa. Hawa pagi yang sejuk masih terasa di kulitnya, tetapi Disa sudah mengambil ancang-ancang untuk joging. Langit masihlah gelap saat dia mulai keluar dari pekarangan rumahnya. Namun, itu bukanlah penghalang untuknya.
Sebenarnya dia dan kedua temannya sudah janjian untuk pergi ke car free day. Namun, sembari menunggu jemputan, gadis itu lebih dulu melakukan peregangan di sekitar kompleks.
Tin tin...
Pandangannya teralihkan pada mobil Alphard Toyota yang baru saja berhenti di depan rumahnya. Dari dalam mobil itu, turun dua perempuan yang sangat ia kenali.
"Sa!" Lala melambaikan tangannya, lalu memberi isyarat agar Disa mendekat.
Netra Disa beralih pada supir pribadi Lala yang menurunkan sepeda dari bagasi mobil. Ia pun mengernyit bingung, lalu menatap Lala penuh tanda tanya.
"Gue mau ngajak kalian naik sepeda ke car free day. Mau enggak?" tanya Lala dengan nada gembira.
Sedangkan Disa mematung di tempatnya sejenak. Perlahan, dia memegang stang sepeda itu dengan tatapan sendu. Lagi-lagi kenangannya dengan Faska berputar di otaknya.
"Mau naik sepeda?" tanya Faska melirikkan matanya ke arah sepeda.
"Eugg.. sebenarnya gue enggak bisa naik sepeda," Disa menggaruk tengkuknya karena merasa aneh, diusianya kini masih belum bisa naik sepeda.
"Lo enggak bisa naik sepeda?" tanya Faska menaikkan suaranya, berselang beberapa detik terdengar gelak tawa dari cowok itu dan tentu saja membuat Disa jadi kesal.
"Ih lo ngetawain gue yah?" Disa geram dan memukul lengan Faska kencang.
"Lo serius enggak bisa naik sepeda?" tanya Faska sekali lagi untuk memastikan.
"Tau ah," Disa mencebik bibirnya dan melipat kedua tangannya di dada. Saat itu Faska masih tertawa lepas, tetapi walaupun dia sedikit kesal, dalam hatinya Disa tersenyum melihat Faska tertawa seperti itu.
"Oke, oke, gue bakalan bantuin lo naik sepeda," terdengar ejekan yang sarat dalam pengucapan Faska sampai Disa kembali berdecak kesal.
"Gue serius, ayo naik," Faska menarik tangan Disa dan menyuruhnya untuk naik.
"Lo pegang yah di bekalang," Disa mulai naik atas sepeda dan mengayuhnya dengan sedikit takut. Sedangkan Faska sudah memegangi sepeda itu di belakang untuk menjaga keseimbangan agar Disa tidak terjatuh.
"Lo masih pegang, kan?" tanya Disa yang masih mengayuh sepedanya, dengan setengah berteriak.
"Iyah, iyah," sesekali Faska melepaskan pegangan itu. Agar Disa bisa mengayuhnya tanpa bantuannya, meskipun ia tetap mengikuti dari belakang.
Mengingat kenangan itu, membuat Disa menitihkan air matanya. Kenapa sulit sekali melupakan lelaki itu. Bukankah Faska sudah mengecewakannya, tetapi rasanya sulit menerima kenyataan.
"Sa, lo baik-baik aja, kan?" Lala yang melihat Disa menangis, langsung berdiri di samping perempuan itu.
Disa mengusap air mata dengan punggung tangannya, "gue enggak kenapa-napa, kok. Gimana? Jadi naik sepedanya?" ujar Disa mengalihkan pembicaraan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dari Faska [TAMAT]
RomanceSekuel cerita UNTUK DISA (DI SARANKAN UNTUK MEMBACA CERITA SEBELUMNYA TERLEBIH DAHULU. DAN JANGAN LUPA FOLLOW AKUN SAYA JUGA. Wkwkwkw) ***** Mungkin orang mengira jika perasaan Disa saat kembali bertemu Faska-mantan kekasih yang terpaksa berpisah-ad...