*****
Now playing | Intuisi - Yura Yunita
*****
Perempuan itu pun mendorong handle pintu di depannya, bersiap mengucapkan kalimat surprise. Namun, bibirnya tiba-tiba kelu, begitu juga dengan seluruh tubuhnya yang membatu.
Di dalam sana, terlihat punggung Faska yang sedikit menunduk untuk mensejajarkan kepala dengan wajah seorang perempuan di depannya. Kedua tangan lelaki itu memegang wajah dia, sedangkan tangan perempuan itu mulai bergerak untuk mengalungkan leher Faska. Dari belakang saja sudah bisa ditebak apa yang mereka lakukan dalam ruangan itu. Terlihat jika mereka saling memajukan wajahnya satu sama lain. Mereka akhirnya ... berciuman.
Bruk!
Kantung berisikan pecel lele tadi terlepas dari tangan Disa, membuat dua orang di depan sana terkejut. Bahkan Disa sendiri terkejut karena melepaskannya secara spontan. Disa dan Faska saling berpandangan selama beberapa detik. Sampai suara Clara menginterupsi.
"Kak Fandhi!" rengeknya dengan manja, "kenapa enggak dilanjutin? Aku belum puas ngerasain ciuman pertama kita."
Faska menatap Clara tajam, sedangkan Disa membagi tatapannya antara Faska dan Clara dengan air mata yang berlinang. Dadanya sesak seperti dipukul dengan Godam, bahkan rasanya untuk bernapas saja sulit. Dia ingin berlari sejauh mungkin, tetapi kakinya terpaku pada pijakan. Apa yang harus ia lalukan sekarang.
"Disa—"
Dengan sedikit kekuatan yang tersisa, Disa mengangkat tangannya yang masih gemetaran agar Faska berhenti mendekatinya.
"Aku—"
"CUKUP!" Jeritan Disa menggema di ruangan itu. Dengan langkah yang tertatih-tatih, dia mundur dan akhirnya berlari keluar ruangan laknat itu.
Dengan air mata yang masih berlinang, dan sesak di dada, Disa berlari menuju lift tadi. Dia bahkan tak mengindahkan Wina yang bertanya kepadanya. Perempuan itu langsung masuk dalam lift, untung saja dia masuk lift khusus, jadinya tidak ada orang lain.
Disa terduduk di lantai lift, memukul dadanya yang terasa sesak. Kenapa sakit sekali rasanya. Jujur, ini untuk pertamakali dia merasakan hal seperti ini.
Bahkan saat Clara mengatakan dia pacarnya Faska dulu, tidak sesakit ini. Dia masih bisa menolerir keadaan karena dirinya yang sudah lama tak bertemu. Namun, hal tadi sungguh menyakitkan. Setelah Faska mengatakan seribu janji padanya, dia malah berkhianat.
Disa memeluk lututnya yang ikut bergemetaran, menelungkupkan wajahnya atas lekukan itu untuk membekap mulutnya yang masih terisak-isak.
Ting!
Perempuan itu segera bangkit. Masih dengan air mata yang berlinang, dia berlari di loby kantor. Sesampainya di luar, ternyata keadaan sedang hujan. Tak ada pilihan lain selain menerobos, rasanya ini lebih baik daripada harus bertemu dengan Faska. Ia yakin lelaki itu akan mengejarnya atau setidaknya bertemu karena sudah jam pulang kerja.
Langkahnya kembali tertatih, berusaha agar tidak oleng karena menerobos hujan. Rasa sakit dari air hujan pun tak terasa di tubuhnya. Ia merasa mati rasa karena hatinya jauh lebih sakit.
Air matanya bercampur dengan air hujan, ia terus melangkah di trotoar. Menjadi objek bisikan orang-orang yang berteduh di depan supermarket atau toko.
Kejadian tadi kembali terulang diingatannya. Dia merasa jijik sendiri.
"Arghh!" Disa menjerit bersamaan dengan kakinya yang bertekuk di tanah. Dia terduduk di trotoar tadi, dengan memukul dadanya yang terasa sakit.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dari Faska [TAMAT]
RomanceSekuel cerita UNTUK DISA (DI SARANKAN UNTUK MEMBACA CERITA SEBELUMNYA TERLEBIH DAHULU. DAN JANGAN LUPA FOLLOW AKUN SAYA JUGA. Wkwkwkw) ***** Mungkin orang mengira jika perasaan Disa saat kembali bertemu Faska-mantan kekasih yang terpaksa berpisah-ad...