Chapter | 41

701 63 14
                                    

Now playing | Teka-teki - Raisa

*****
“Semua hubungan pasti pernah mengalami masa paling sulit. Namun, haruskah kita memberi jeda sebentar agar keadaannya kembali seperti
dulu lagi?"

*****

"Saya sudah meresepkan obat agar maag ibu bisa sedikit mereda. Ibu bisa menembusnya di apotik rumah sakit."

"Terimakasih, dokter. Kalo begitu saya permisi."

"Sama-sama."

Disa ikut berdiri saat pasiennya hendak keluar. Pasien tadi mengalami maag, sama seperti Faska. Ah, mengingat lelaki itu membuat Disa kembali menjadi sedih. Apalagi sudah seharian ini dia tidak melihat lelaki itu setelah kejadian kemarin.

Dia semakin bertanya-tanya dan kepikiran. Apa kata-katanya yang kemarin itu sungguhan? Jika benar, bagaimana nasib hubungan mereka.

Ah, aku pikir apaan, sih? Faska pasti kembali, dia cuma butuh waktu, batin Disa. Dia masih saja berusaha berpikir positif sekaligus berharap jika Faska akan kembali. Jujur, dia menyesal telah mengatakan hal itu kemarin. Itu terjadi secara spontan karena dia panik saat melihat lekaki itu memukul Reyhan dengan membabi-buta.

Tok tok tok...

"Masuk," sahut Disa dari dalam. Dia sebenarnya penasaran siapa yang datang, pasalnya pasien sudah tidak ada lagi karena sebentar lagi jadwalnya selesai.

Ceklek

"Dokter Fara!"

"Eh? Dokter Reyhan?" Disa yang tadinya sudah duduk di balik meja pun, kembali beranjak.

"Apa aku menganggu?" tanyanya.

"Ah, enggak juga. Ada apa?"

"Sebentar lagi sudah waktunya pulang. Mau balik bareng?" ajak lelaki itu dengan sopan. Masih mempertahankan image korban untuk bisa membohongi Disa.

"Oke, kalo enggak merepotkan." Disa tersenyum sekilas. Dia pun langsung membereskan semua barang-barang saat Reyhan setia menunggu di sofa.

"Udah?"

"Udah."

Keduanya keluar dari ruangan Disa. Saat sudah di luar, mereka banyak mendapati suster yang berlalu-lalang. Sama seperti di rumah sakit cabang Malang, di sini pun Disa selalu digosipkan. Entah itu dengan Reyhan atau Faska. Namun, lagi-lagi dia berusaha untuk tidak ambil pusing.

"Kamu enggak nyaman, ya karena aku deketin?"

Disa menoleh cepat. Entahlah, dia merasa kalimat Reyhan bermaksud lain di pikirannya.

"Mak-sud-nya?"

Reyhan tersenyum tipis, "lupain aja," tandasnya memutuskan percakapan.

Disa berhenti berjalan, "enggak, enggak! Aku tau kalo ucapan kamu tadi bermaksud lain," sela Disa lagi.

Terlihat jika Reyhan menghela napas gusar. Juga,ada keraguan di matanya saat bertubrukan dengan mata beriris cokelat terang milik Disa.

Dari Faska [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang