Chapter | 40

873 63 15
                                    

Disa berlari sepanjang koridor untuk menemukan Reyhan. Memang, setelah berdebat dengan Faska, perempuan itu segara mencari Reyhan. Dia khawatir jika lelaki itu terluka parah akibat menerimanya pukulan dari Faska.

Untung saja dia melihat Gladis yang duduk di salah satu bangku depan ruang tunggu. Disa pun langsung menghampirinya.

"Gladis? Apa Reyhan di dalam? Gimana keadaannya?"

"Kamu tenang aja Fara, kak Reyhan sedang ditangani oleh dokter Adnan," sahut Gladis yang berusaha menenangkan Disa. Dia tahu jika perem didepannya ini merasa sangat bersalah.

Disa belum bisa bernapas lega sebelum melihat Reyhan dalam keadaan baik-baik saja. Perempuan itu masih khawatir, bagaimana jika keadaannya parah?

Ceklek!

"Ah! dokter Adnan, bagaimana keadaan kak Rey?" Gladis bangkit dari duduknya, menghampiri dokter berpostur tinggi yang sepertinya seumuran dengan perempuan itu.

"Dokter Reyhan baik-baik saja, lukanya juga sudah dibersihkan. Kalian tidak usah cemas, dan dia juga tidak perlu dirawat."

"Syukurlah." Disa yang sudah berdiri di samping Gladis pum bisa bernapas lega.

"Gladis, saya perlu bicara dengan kamu," interupsi dari dokter Adnan membuat Disa memicingkan matanya ke arah Gladis. Dia sempat mendengar desas-desus tentang hubungan mereka berdua.

"Hanya masalah pekerjaan," bisik Gladis pada Disa untuk menjawab pikiran perempuan itu.

"Ya, sudah, kamu pergi saja. Dokter Reyhan biar aku yang urus," kata Disa. Dia memang harus bicara dan meminta maaf kepada Reyhan.

"Kami permisi, dokter Fara," pamit dokter Adnan.

"Silakan."

Mereka berpisah di depan pintu ruang inap Reyhan. Dokter Adnan pergi bersama Gladis, sedangkan Disa masuk dalam ruangan itu.

Tampak Reyhan sedang memejamkan matanya. Pakaian juga sudah diganti dengan seragam rumah sakit khusus pasien.

"Reyhan! Apa kamu masih bangun?" tanya Disa dengan hati-hati. Takutnya Reyhan sedang istirahat.

Lelaki itu langsung mengerjakan matanya, lalu mengulaskan senyum hangat seperti biasa.

"Fara? Kamu di sini?" tanya Reyhan sedikit terkejut. Lelaki itu berusaha bangun dari tidurnya dengan dibantu oleh Disa. Lalu perempuan itu duduk di pinggir brangkar yang dekat dengan kaki Reyhan.

"Iya. Bagaimana keadaanmu? Apa yang sakit?"

Mendapat pertanyaan begitu, Reyhan langsung terkekeh geli. "Aku hanya ditonjok, bukan di tabrak truk," guyonnya.

Disa meringis saat melihat Reyhan yang masih saja tertawa meski banyak luka diwajahnya. Bibirnya robek, dan beberapa lebam di pelipis maupun pipinya. Bisa dikatakan jika Reyhan babak belur.

"Maaf ya mengenai kejadian tadi. Faska memang sering menggunakan kekerasan saat dia emosi." Disa benar-benar merasa bersalah. Yang dia tahu, Faska memukul Reyhan karena lelaki itu yang cemburu buta.

"Kamu tidak bersalah Fara. Itu urusan lelaki, jangan meminta maaf," sahut Reyhan yang masih memainkan perannya sebagai lelaki yang baik.

"Enggak, Rey. Faska begitu pasti karna dia cemburu. Dia memang enggak suka liat aku dekat sama kamu," sela Disa lagi.

"Aku mengerti perasaan Faska. Jika aku jadi dia, mungkin aku juga akan seperti itu."

"Tapi Faska sudah keterlaluan, dia sendiri bisa bebas dekat dengan perempuan lain. Tapi aku? Dia malah melukai orang yang tidak bersalah." Mulut Disa tercebik, ia kembali mengingat sikap diktator Faska.

Dari Faska [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang