Chapter | 14

1.1K 76 13
                                    

Now playing | Pesan dari hati - Ruri Repvblik feat Ivana

*****
“Kita sudah sama-sama dewasa. Seharusnya kita tahu, mana yang harus diperjuangkan, dan mana yang harus direlakan.”

*****

"Jadi, ska, apa lo udah urus soal resort lo yang bakalan gue jadiin tempat acara resepsi entar?" Vano buka suara, memecah keheningan antara dua temannya yang lebih sering diam itu. Siapa lagi jika bukan Faska dan Keano.

"Udah," sahut Faska singkat.

Mereka sedang duduk di salah satu café untuk membicarakan kerjasama mengenai perusahaan Faska yang banyak melanggar hukum. Dan tentu saja dia meminta Vano untuk membantunya. Meskipun Zavero melarangnya, Faska masih memiliki simpati untuk membuat perusahaan itu tetap berjalan.

Sedangkan Keano sendiri, ia mempunyai urusan dengan Angkasa mengenai hotel lelaki itu dengan perusahaannya. Namun, sudah hampir satu jam menunggu. Batang hidungnya belum juga kelihatan.

"Sebenarnya Lena sampenya jam berapa, sih? Perasaan si Angkasa enggak balik-balik," Keano mulai menggerutu. Pasalnya ini adalah akhir pekan, tetapi karena urusannya dengan Angkasa. Dia harus merelakan akhir pekannya untuk menunggu lelaki itu.

"Jam sebelas, gue udah cek jadwalnya," sahut Faska merasa bersalah. Pasalnya dia yang menyuruh Angkasa untuk menjemput Lena. Persetan dengan amukan Zavero jika sampai Lena mengadukannya.

"Mungkin Lena ngambek karna Angkasa yang jemput dia. Lo tau sendiri, kan, tuh cewek banyak dramanya," celetuk Vano yang ikut-ikutan kesal.

"Faska,"

Ketiga lelaki itu kompak menoleh, sedikit terkejut dengan kehadiran perempuan yang tak mereka tunggu itu.

"Kamu kenapa, sih, nyuruh dia yang jemput aku?" Lena mulai melayangkan protes, dia bahkan tak sudi melihat ke arah Angkasa yang baru saja duduk di sampingnya.

"Gue sibuk," balas Faska dengan datar.

"Tapi om Vero, kan, udah nyuruh kamu jemput aku di bandara. Aku enggak minta kamu jemput aku ke Paris, loh," Lena masih saja cemberut. Dengan kasar, perempuan itu duduk di kursi dekat dengan Faska.

"Kalo gue bilang sibuk, ya berarti sibuk," Faska menekan ucapannya. Ia sungguh muak dengan kelakuan perempuan di sampingnya ini

"Terus kalo om Vero nanya, gimana?"

"Ya, lo bohong aja, biasanya juga gitu," sahut Vano sengaja menyindir perempuan itu.

"Gue enggak ngomong sama lo, ya, Vano. Gue lagi ngomong sama pacar gue," tegas Lena.

Vano berdecih, kemudian terkekeh dengan nada meremehkan. "Kayak Faska mau aja sama lo," timpalnya.

"Lo—"

"Udah cukup," potong Faska yang mulai geram, " Lena, dengerin gue baik-baik, sampai kapanpun gue enggak bakalan tunangan apalagi nikah sama lo. Jadi stop ngejar-ngejar gue," ujar lelaki itu dengan nada rendah. Dia masih menjaga citra Lena di muka umum.

Mata Lena mulai berkaca-kaca, dia merasa sangat malu saat Faska mengatakan itu. Apalagi di depan teman-temannya yang tentu saja akan mengejeknya, terutama Vano yang sudah tersenyum penuh kemenangan.

"Kamu tega, ska. Selama ini aku selalu ada buat kamu, tapi apa balasannya? Aku udah nungguin kamu sejak kita masih kecil, aku rela buang waktu aku cuma buat selalu ada di dekat kamu," Lena mulai mengeluarkan unek-uneknya yang selama ini ia pendam.

"Lena, kita bukan lagi anak SMA. Seharusnya lo tau, mana yang harus lo perjuangin, dan mana yang harus lo relakan," ujar Faska yang kini mulai bersikap lunak, "gue? bukan orang yang harus lo perjuangin, relain gue Lena. Ada banyak orang di luar sana yang mau sama lo," Faska melirik ke arah Angkasa yang masih diam. Dia memberi isyarat pada Lena agar bisa melihat Angkasa yang selalu ada untuknya.

Dari Faska [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang