Chapter | 05

1.4K 94 18
                                    

Now playing | I Will fly - Ten 2 five

****
“Kini, aku kembali menapaki jalan yang sama. Menembus jarak dan waktu agar bisa bertemu. Masihkan kamu menungguku datang lagi?”

*****

Hiruk-pikuk kehidupan ibukota kembali memasuki indra pendengaran Disa. Rasanya tak sabar ingin kembali memijaki sebuah rumah kecil, yang menjadi tempat terakhir mereka tinggal sebelum pindah ke Malang.

Gadis itu mengalihkan pandangannya dari keadaan luar jendela taksi, ke jam yang melingkari pergelangannya. Waktu sudah menunjukkan pukul tujuh kurang lima belas menit. Perjalanan yang harus ia tempuh memang cukup jauh, tetapi rasanya langsung terbayar saat melihat kembali kota Jakarta.

Setelah pembicaraannya dengan dokter Tania minggu lalu, wanita itu langsung mengurus kepindahan Disa ke sini dengan cepat.

Di sini dia mendapatkan sebuah apartemen dan mobil beserta supirnya. Namun, karena Disa sudah memiliki tempat tinggal yang tidak terlalu jauh dari rumah sakit. Dia memutuskan untuk tinggal di rumahnya yang dulu. Untung saja dokter Tania tidak mempermasalahkan hal itu.

Bagi Disa, tak ada kata yang bisa mengekspresikan euforia kebahagiaan dalam dirinya. Mengingat dia akan kembali bertemu dengan Faska, bertemu teman-temannya dan kembali tinggal di kota ini. Sungguh, ini di luar dugaannya. Takdir memang sangat rahasia, dan apa saja yang sudah di gariskan tentu hal yang terbaik dari yang terbaik.

"Nona, sudah sampai," ucapan supir itu membuyarkan lamunan Disa.

Gadis itu mengangguk, lalu keluar untuk mengambil barang-barangnya. Tentu saja dengan bantuan supir yang telah di tugaskan untuk menemaninya.

"Udah, pak. Sampai depan rumah aja," kata gadis itu. Supirnya hanya mengangguk dan meletakan semua barang bawaan Disa.

Setelah memastikan supir itu pergi, Disa terdiam di depan pintu rumahnya. Rumah ini, menjadi saksi bagaimana kehidupan mereka berubah. Salah satu bukti bahwa keluarga mereka pernah berada di titik terendah. Sampai dia harus pindah ke sekolah biasa, dan di sana lah kehidupan penuh dramanya di mulai.

Gadis itu mengembuskan napasnya, dia tidak mau kedatangannya kembali dengan suasana yang sedih. Ini adalah awal untuk kehidupannya yang lebih baik. Dan ini, adalah cara Tuhan untuk mempersatukannya kembali pada Faska. Semoga!

Krieeet...

Seluruh rumah ini masih sama seperti sepuluh tahun yang lalu. Rumah yang selalu Disa rindukan. Meski kecil, setiap sudut rumah ini menyimpan begitu banyak kenangan. Andai saja semua anggota keluarga bisa ikut pindah, mungkin Disa akan membernarkan ucapan Gladis waktu itu. Jika dia akan betah di sini dan lupa untuk kembali ke sana.

Disa mengembang senyumannya. Jadi seperi rasanya kembali ke rumah. Sungguh, tak bisa di jabarkan dengan logika. Hanya bisa ia rasakan dengan perasaan.

Setelah selesai bernostalgia dengan rumah lamanya di ambang pintu, Disa menarik koper hitam bawaannya beserta boneka beruang yang selalu dia bawa bila bepergian jauh. Dia merasa terikat dengan boneka beruang itu. Meskipun usianya terbilang bukan lagi remaja apalagi anak-anak, tetapi untuk boneka ini dia tidak bisa melepaskannya.

Kembali lagi pada Rumah lamanya, beruntung karena tempat sudah bisa langsung di pakai. Itu merupakan akibat dari Papinya yang menyuruh orang untuk membersikan tempat ini sebulan dua kali selama sepuluh tahun terakhir. Ini ia lakukan karena permintaan Disa dan maminya. Mereka tak ingin jika rumah ini di sewakan, apalagi sampai di jual.

Dari Faska [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang