Chapter | 43

827 74 11
                                    

"Disa."

Disa menoleh, dia sedikit terkejut dengan istri dari pasiennya. "Tante Monica?"

Lalu dia beralih menatap siapa yang berada atas brangkar. "Om Vero?" Matanya terbelalak, apalagi melihat pria paruh baya itu bersimbah darah.

"Dokter!" sentakan itu membuat Disa terkejut, dia pun memerintahkan Monica agar menunggu di luar.

Monica menunggu di luar ruangan dengan harap-harap cemas. Meskipun Zavero jarang memperlakukannya dengan baik, mau bagaimanapun juga lelaki itu tetap suaminya. Ayah dari anaknya.

Membicarakan anak, Monica langsung teringat pada Faska. Putranya belum tahu apa yang terjadi pada Zavero. Baru saja dia ingin menelpon, suara decitan pintu IGD terdengar, tanda jika seseorang akan keluar.

Monica beranjak dari duduknya, hendak menghampiri sang dokter. "Disa, gimana keadaan om Vero?" tanya Monica panik.

"Om Vero harus di operasi karena pelurunya sedikit dalam. Disa bakalan panggil teman Disa dulu, Tante Monica harus tenang. Oh, iya, soal administrasi biar Disa yang urus. Tante di sini aja, ya?" tutur Disa yang masih berusaha menenangkan Monica.

"Disa ... Hiks ... Tante mohon, selamatin om Vero. Tante tau kalo dia emang pernah jahat sama kamu, tapi tante mohon selamatkan dia sekarang ini." Monica tak bisa menahan isak tangisnya. Dia takut jika suaminya kenapa-napa dan pergi meninggalkannya.

Disa mendekat, lalu memegang kedua tangan Monica, "Tante, aku enggak pernah dendam sama perbuatan om Vero. Dan menyelamatkan pasien itu memang sudah tugas seorang dokter. Tante tenang dulu, terus berdoa supaya Om Vero bisa bertahan. Disa pergi ke sana dulu, Tante jangan panik ya?"

Setelah itu Disa pergi entah kemana, sedangkan Monica masih menangis tersedu-sedu. Sebenarnya dia masih shock dengan kejadian di rumah tadi. Tiba-tiba saja beberapa orang tidak dikenal datang, lalu menyodorkan pistol ke arahnya. Namun, tanpa diduga Zavero datang dan menyelamatkannya. Monica tidak tahu mereka siapa. Bisa jadi perampok atau musuh suaminya. Anehnya mereka malah datang siang hari, bukan malam hari yang nyatanya sepi.

Tak lama terdengar sepatu pantofel yang saling berketukan saat menginjak lantai. Tiga orang dengan jas dokter berwarna putih berlarian ke arahnya. Monica mengenal salah-satunya yang merupakan Disa, kekasih putranya sekaligus anak temannya. Sementara satu lelaki muda dan satu perempuan seumuran Disa tampak asing.

"Tante tunggu sebentar, ya," ucap Disa sebelum akhirnya masuk dalam ruangan IGD kembali.

Sementara menunggu dokter bertindak, Monica masih mencoba menghubungi Faska. Namun, nomor putranya itu tidak aktif. Kemana dia sebenarnya?

"Tante."

"Ah? Iya?"

"Om Vero kehilangan banyak darah. Apa ada yang golongan darahnya sama? Golongan darah om Vero A-."

Monica mengangguk cepat, "golongan darah kami sama, ambil darah Tante aja."

"Baik, kalo gitu Tante ikut sama suster ini, ya?"

"Iya."

Sementara itu, Disa hanya menunggu di luar karena Zavero sedang diperiksa oleh Gladis dan juga Reyhan. Untung saja mereka sedang tidak ada jadwal seperti dirinya. Entah apa yang terjadi sehingga pria paruh baya itu tertembak.

"Fara."

"Iya?" Disa menoleh cepat saat Reyhan memanggil.

"Apa darahnya sudah ada?"

"Istrinya lagi diperiksa. Katanya golongan darah mereka sama."

"Baiklah."

Reyhan pun kembali masuk, sedangkan Disa masih menunggu dengan cemas. Dia juga ragu untuk menelpon Faska, tetapi lelaki itu harus tahu jika papanya sedang sakit.

Dari Faska [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang