Chapter | 10

1.3K 75 22
                                    

Now playing | Usai di sini - Raisa

*****
“Aku berpikir jika bertemu denganmu kembali, maka kepingan puzzle ini akan lengkap. Sayangnya itu pemikiran yang salah.”

*****

Seharian penuh Faska menghabiskan waktunya untuk mengelilingi kota Jakarta. Setelah dia memarahi Kevin tadi siang habis-habisan, akhirnya dia tahu jika Disa telah kembali ke Jakarta.

Namun, ada satu hal yang janggal. Jika yang menemuinya di rumah sakit waktu itu memang Disa. Lantas kenapa perempuan itu pergi begitu saja dan tidak menunggunya sampai siuman.

Pertanyaan itu berkelebat di otaknya, dia tidak akan menemukan alasannya jika tidak bertemu dengan Disa langsung. Meskipun begitu, Faska tak bisa menyembunyikan rasa bahagia dalam dirinya. Rasanya ia tak pernah lagi merasakan kebahagiaan seperti sekarang ini.

Disa, kembali ke Jakarta, dan itulah adalah keinginannya setiap hari selama kurang lebih sepuluh tahun terakhir ini.

Meski keadaan jalanan macet, suasana sore hari yang masih panas dan lagi rasa lelah yang menyerangnya. Hal itu tak lantas menurutnya niat Faska untuk mencari Disa. Ia yakin, gadisnya sedang berada di suatu tempat sekarang ini. Pantas saja ia sangat merindukan Disa akhir-akhir ini, ternyata gadis itu sudah kembali.

Tunggu aku, sa, batin Faska. Lelaki itu terus saja merapalkan doa agar segara dipertemukan dengan Disa. Taj peduli jika ia tak sempat beristirahat atau pulang ke rumah.

Rumah?, ulang Faska dalam hatinya. Ya, seharusnya sejak tadi dia ke rumah gadis itu. Sudah lama juga Faska tidak ke rumah itu, biasanya setiap berangkat bekerja, ia menyempatkan diri untuk mampir ke rumah Disa. Dengan harapan suatu saat pintu rumah itu kembali terbuka, dan Disa keluar dari sana.

Namun, karena kesibukan dan juga ia yang sempat dirawat di rumah sakit kemarin. Dia tidak punya waktu untuk ke rumah itu. Bahkan ia tak punya waktu untuk kembali ke apartemennya. Dia terpaksa menginap di kantor karena pekerjaannya yang menumpuk akibat ditinggal berhari-hari.

Mobil Porsche milik Faska melaju di jalanan kompleks perumahan Disa. Faska sengaja memarkirkan mobilnya sebelum sampai ke rumah itu. Berjaga-jaga jika orang suruhan papanya mengikuti, ia tidak mau jika mereka sampai mengetahui keberadaan Disa.

Sudah hampir satu jam, Disa juga belum kelihatan di sekitar rumahnya. Padahal ini sudah menunjukkan waktunya pulang kerja. Ia yakin jika Disa sudah bekerja, tetapi mengapa belum ada tanda-tanda jika Disa pulang ke rumah itu.

Waktu terus saja bergulir, Faska sampai ketiduran karena lelah menunggunya. Setelah terbangun, ia melirik jamnya yang sudah menunjukkan pukul sebelas malam. Namun, instingnya mengatakan jika Disa memang berada di rumah. Lelaki itupun turun dari mobilnya, dia melihat ke pekarangan rumah Disa yang sepi. Lampu dalam rumahnya juga sudah paham. Apa ia menunggu sampai pagi saja, ya? pikir lelaki itu.

Akhirnya dia memutuskan untuk menunggu Disa sampai pagi hari. Tak peduli jika badannya akan pegal-pegal karena harus tidur di jok mobil. Toh, ini salah-satu bentuk perjuangannya. Dan ia yakin suatu saat ini akan berguna.

*****

Pagi yang cerah kembali menyambut lelaki tampan, mapan dan mempesona itu. Selamaman lelaki itu tak bisa tidur, dan sekalinya tidur itu sudah jam empat. Hanya dua jam karena jam enam ia sudah kembali terbangun.

Dari Faska [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang