Ombak yang menghantam bibir pantai, serta matahari yang akan mencapai peraduannya, menjadi objek indah di matanya yang beriris cokelat terang itu. Rambut sepunggungnya juga menari-nari akibat hembusan angin yang semakin kencang di sore hari.
Perempuan itu memilih untuk pergi ke pantai, memenangkan dirinya yang kacau. Sekaligus mempersiapkan hatinya untuk bertemu dengan Faska nanti malam.
Keadaan langit yang kian menggelap berpadu dengan sinar matahari, membuat Disa seperti terlempar ke sepuluh tahun yang lalu. Tepatnya di hari terakhir dia menginjakkan kakinya di kota Jakarta.
Disa memilih duduk di pasir, memandang lurus ke arah lautan lepas. Di depan sana, Disa seperti bisa melihat bayangan dirinya yang bermain air dengan Faska sepuluh tahun yang lalu. Mereka berlari-lari dengan tawa bahagia yang tak pernah lekang di wajah Disa.
"Ska..." spontan Disa memanggil nama Faska dengan lirih. Air matanya juga langsung terkomando untuk jatuh.
Saat dirasa matanya yang kian basah, Disa mengatupkan kelopak matanya. Merasakan hembusan angin kencang membelai pipinya, membuat air mata itu mengering dengan sendirinya.
"Ska..." ulangnya lagi dengan mata yang tertutup.
"Aku di sini, sa."
Disa terperanjat, saat suara itu masuk dalam rungunya bersamaan dengan jari jempol besar yang mengusap pipinya. Spontan dia membuka mata dan melihat Faska berjongkok di depannya.
"Aku di sini, selalu di sini," Faska mengulang ucapannya saat melihat Disa yang menatapnya tanpa berkedip.
Disa langsung mengalihkan pandangannya ke sembarang arah. Melihat Faska, membuat dadanya sesak. Ia teringat kembali pada kejadian Faska yang menggandeng mesra kekasihnya tadi pagi.
"Ngapain kamu ke sini?" tanya Disa dengan nada tak suka.
"Aku ke sini karna kamu manggil aku, kan, tadi," ujar Faska yang belum beranjak dari posisinya.
"Anggap aja kamu salah denger," Disa berdiri, "tolong tinggalin aku sendiri," lanjutnya.
"Sa, aku minta maaf kalo aku ada salah sama kamu!" Faska berucap dengan menaikkan satu oktaf suaranya, keadaan mereka yang berada di pantai membuat suara Faska hanya terdengar samar.
"Jangan minta maaf kalo kamu enggak tau apa kesalahan kamu."
Faska kembali mengejar saat Disa ingin berbalik dan pergi, "Sa, kasih tahu apa kesalahan aku. Aku janji, kalo aku memang salah, aku akan lepasin kamu sebagai hukumannya."
Disa mendongak, menatap lekat mata Faska yang memancarkan kesedihan. Perempuan itu sendiri merasa sedih melihat Faska yang begitu frustrasi mengejarnya. Namun, bayangan Faska yang menggandeng kekasihnya kembali terbayang.
Plak!
"Aku benar-benar kecewa sama kamu. Saat kamu udah punya pacar, kamu masih ngejar-ngejar aku. Di mana hati kamu?" maki Disa yang mulai jengah dengan sikap Faska.
Lelaki itu memegang pipinya yang panas, tamparan Disa memang sakit. Namun, dia tetap menerimanya.
"Dia bukan siapa-siapa aku, sa" lirih Faska yang masih menahan sensasi panas di pipinya.
"Aku enggak tahu harus ngomong apa lagi. Kayaknya ini salah aku, gara-gara aku ninggalin kamu. Kamu jadi kayak gini, mempermainkan hati perempuan seenak—mmpp"
Faska langsung menarik Disa dalam dekapannya, mengurung perempuan itu agar berhenti membicarakan hal yang menyakitkan untuk didengar. Dia menahan semua pukulan Disa pada dadanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dari Faska [TAMAT]
RomanceSekuel cerita UNTUK DISA (DI SARANKAN UNTUK MEMBACA CERITA SEBELUMNYA TERLEBIH DAHULU. DAN JANGAN LUPA FOLLOW AKUN SAYA JUGA. Wkwkwkw) ***** Mungkin orang mengira jika perasaan Disa saat kembali bertemu Faska-mantan kekasih yang terpaksa berpisah-ad...