Chapter | 29

886 71 20
                                    

"Dokter! Dokter!" seorang wanita dengan kisaran umur 30-an membuat langkah Disa terhenti. Dengan cepat dia berbalik, menghampiri wanita itu.

"Dokter, model saya tertabrak. Tolong dia," pinta wanita tadi yang ternyata adalah seorang manager.

"Ibu tenang, ya, kami akan menangani pasien dengan segera."

Tak menunggu lagi, perempuan itu masuk dalam instalasi gawat darurat untuk memeriksa pasien yang baru saja tertabrak.

"Mana pasiennya, Sus?"

"Ini, Dok. Pasiennya masih sadar, karena cuma ada luka di siku dan pelipisnya." Suster tadi menyingkir, membuat Disa dengan jelas melihat siapa pasiennya.

"Lena?" gumamnya. Sang pasien pun ikut terkejut saat melihat dokter yang akan menanganinya adalah Disa.

"Suster, saya mau dokter yang lain. Saya enggak mau berhutang budi sama perempuan kayak dia," maki Lena. Dia benar-benar muak melihat wajah naif Disa yang memelas itu.

"Maaf, Mbak. Dokter lain sedang sibuk, hanya dokter Fara yang sedang kosong," jelas suster yang menanganinya tadi.

"Saya enggak mau tau, pokoknya ganti dokter yang menangani saya!" Lena kembali berteriak, membuat kepalanya terasa berat dengan mata yang mulai berkunang-kunang. Detik berikutnya, kesadarannya hilang karena rasa sakit yang tak bisa ia tahan lagi.

"Suster, tolong siapkan peralatannya, saya akan menangani pasien ini," seru Disa setelah memeriksa keadaan Lena yang benar-benar tak sadarkan diri.

"Baik, dokter."

Disa mulai melakukan tugasnya, dengan telaten dia membersihkan luka pada tubuh Lena. Meskipun ia yakin Lena akan marah, jika tahu dirinyalah yang mengobati saat ini. Namun, ini adalah tugasnya. Ia telah bersumpah saat pertama kali resmi menjadi seorang dokter.

"Suster, suruh keluarga pasien untuk langsung mengurus administrasinya biar bisa dipindahkan ke ruang inap," seru Disa lagi pada suster yang setia berdiri di sampingnya.

"Baik, dokter."

Setelah suster itu pergi, pekerjaan Disa pun selesai. Sebenarnya ia hendak pergi, tetapi samar-samar dia mendengar jika Lena mengigau. Disa pun mendekatkan telinganya ke mulut Lena, mencari tahu apa yang perempuan itu katakan.

"Fas-ka... Ska..."

Meskipun terdengar lirih dan putus-putus, tetapi Disa yakin jika Lena menyebut nama Faska. Ia tahu jika hubungannya dengan Faska memanglah tidak baik, tetapi Disa sendiri tidak bisa memastikan seburuk apa hubungan mereka. Apalagi ini pertamakalinya dia kembali berbicara dengan Lena setelah sepuluh tahun.

"Dokter," panggilan itu membuyarkan lamunan Disa, perempuan itu menoleh dan mendapati suster tadi yang kini berjalan ke arahnya.

"Administrasinya sudah diurus, apa pasiennya bisa langsung dipindahkan?" tanyanya.

"Iya, pasien bisa dipindahkan sekarang."

Disa keluar dari ruangan instalasi gawat darurat, dia hendak kembali mengecek keadaan pasien di ruangan VVIP yang akan pulang. Ruangan itu berada di lantai empat, satu lantai sebelum ruangan Faska. Rencananya dia akan mengunjungi lelaki itu juga selesai melakukan visit.

"Jadi gimana keadaan anak saya, Dok? Bisa pulang hari ini?"

"Alhamdulillah bisa, tapi jangan lupa cek up sesuai dan hidup sehat sesuai anjuran ya, Buk."

"Makasih, Dok," ucap ibu pasien setelah Disa memeriksa anaknya.

Dia pun keluar setelah melakukan pemeriksaan terakhir untuk pasiennya itu. Langkahnya terayun menuju lift yang berada di sebelah ruangan tadi.

Dari Faska [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang