"Iya, mi. Disa inget"
"Jangan anggap remeh Zavero, Sa. Mami sama papi di sini was-was karena kamu sendirian di sana," diujung telepon terdengar suara Marisa yang mendesah pelan.
Disa pun merasa bersalah, hanya karena keinginannya, kedua orang tuanya harus merasakan gelisah di setiap saat.
"Mi, Disa bakalan baik-baik aja, kok. Lagian tinggal dua bulan lagi, kan?"
"Iya, tapi..."
Disa mengernyit saat ucapan maminya terhenti, "tapi kenapa mi?"
"Gimana hubungan kamu sama Faska? Apa kalian udah ketemu?"
Disa terdiam mendengar pertanyaan yang keluar dari maminya. Perempuan itu mencengkeram lengan boneka beruang yang ia peluk sekarang ini. Dia memang belum menceritakan apapun tentang dirinya yang sudah bertemu dengan Faska, dan apa saja yang sudah mereka lewatkan.
"Udah, mi. Waktu acara nikahannya Lala, temen Disa," ia terpaksa berbohong. Menceritakan semuanya dengan detail, hanya akan memperburuk keadaan.
"Apa dia masih nungguin kamu?"
"Masih, mi. Dia masih nungguin Disa."
"Terus, kalian akan bersama lagi?" pertanyaan itu tentu saja membuat Disa bungkam. Perempuan itu menggigit bibir, merasa gelisah sendiri.
"Mi, papi udah pulang, tuh. Nyariin mami!" Suara Benua diujung sana membuat mami menyudahi telepon itu, "Disa, mami tutup dulu, ya. Papi kamu udah pulang."
"Iya, mi. Selamat malam."
Disa merebahkan tubuhnya atas kasur, "Hah~" perempuan itu hanya bisa menghela napas dengan berat.
Ternyata masalahnya cukuplah rumit. Ini bukan hanya tentang dirinya dan juga Faska, tetapi ada dua keluarga yang akan dipersatukan. Hal itu bukanlah hal yang mudah, mengingat hubungan keluarga mereka yang tidak baik-baik saja.
Drrrtt... Drrrtt...
Perempuan itu berhenti melamun, ekor matanya melirik ponsel yang tergeletak tak jauh darinya.
Kenapa mami telpon lagi? Apa ada sesuatu?. batin Disa. Ia pun meraih ponselnya, dan melihat siapa yang menelpon, "Faska?" beo-nya yang terbengong.
Buru-buru dia bangun dari duduknya, bersandar di kepala ranjang, dan tak lupa meraih boneka beruang untuk dipeluk.
"Halo,"
"Kamu udah tidur?" suara Faska di seberang sana terdengar lelah.
"Belum, kamu sekarang di mana? Masih di kantor?" tanya Disa. Pasalnya setelah mengantarkan tadi, lelaki itu katanya akan kembali ke kantor.
"Iya, masih kerja."
"Ini udah hampir jam sepuluh, loh. Kamu masih kerja?"
"Iya, besok ada meeting pagi. Makanya harus diselesain malam ini."
"Jaga kesehatan, uang enggak berguna kalo kamu sakit," nasehat Disa. Dia tidak akan bosan untuk mengingatkan Faska akan kesehatan lelaki itu.
"Iya, ini aku juga lagi istirahat,"
"Kalo istirahat kenapa nelpon aku? Seharusnya, kan, kamu tidur aja sebentar biar fit lagi tubuhnya."
"Enak ya kalo punya istri dokter, selalu diingetin. Jadi pengen cepetan nikah," goda Faska di seberang sana.
Blush
Disa tak bisa menyembunyikan semburat merah di pipinya, juga rasa panas yang mulai menggerayangi tubuhnya. Untung saja mereka sedang telponan, jika bukan, mungkin Disa akan sangat malu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dari Faska [TAMAT]
RomanceSekuel cerita UNTUK DISA (DI SARANKAN UNTUK MEMBACA CERITA SEBELUMNYA TERLEBIH DAHULU. DAN JANGAN LUPA FOLLOW AKUN SAYA JUGA. Wkwkwkw) ***** Mungkin orang mengira jika perasaan Disa saat kembali bertemu Faska-mantan kekasih yang terpaksa berpisah-ad...