Chapter | 26

888 69 26
                                    

***
“Kita bukan lagi anak kecil, yang sulit membedakan antara prioritas dan urusan sampingan.”

***

"Ganteng banget anaknya mama, kayak mau kencan aja."

Faska sedikit terkejut karena kedatangan Monica dalam kamarnya. Tadi, dia memang membuka pintunya sedikit karena hendak keluar.

"Jadi bener, nih, mau kencan?" goda Monica lagi. Wanita itu memindai penampilan Faska dari atas sampai ke bawah. Kaus oblong putih yang dibalut kemeja hitam, dengan kancing terbuka. Juga dilengkapi jeans yang membuatnya terlihat santai, tetapi tetap keren.

"Enggak, ma," sanggahnya.

"Kamu itu enggak bisa bohong sama mama, dari gelagatmu saja mama udah tau."

"Iya, iya, Faska ngaku. Faska emang mau kencan sama Disa, dan...."

"Dan apa?" tanya Monica cepat.

"Aku bakalan ngelamar Disa hari ini. Doain, ya, ma," pintanya dengan senyuman yang perlahan terpatri di wajahnya yang tampan.

Monica meraih tangan Faska, dan menggenggamnya erat. "Mama bakalan selalu ada di pihak kamu, Faska. Meskipun mama enggak bisa ngelakuin apapaun, tapi percayalah, mama selalu ada buat kamu."

"Doa mama hal yang paling penting, selalu doain Faska, Ma."

"Itu selalu mama lakukan, sayang. Cuma itu yang bisa mama lakuin," kata Monica. Bahkan kini ia tak sanggup melihat wajah putranya, wanita itu menunduk untuk menyembunyikan matanya yang berkaca-kaca.

"Mama jangan sedih, sebentar lagi Faska bakalan bawain temen buat mama. Semoga dia nerima, Faska, ya," canda lelaki itu, dia bisa melihat Monica yang langsung terkekeh karena gurauannya.

"Ya, udah. Cepat pergi, gih. Kasian kalo Disa nungguin kamu," ujar Monica lagi. Ia senang saat melihat rona bahagia yang terpancar di wajah putra semata wayangnya.

"Faska pergi dulu, Ma." Pamitnya sekali lagi saat ia sudah sampai ke depan rumah.

Lelaki itu juga menyapa salah satu supir yang memanaskan mobilnya dengan ramah. Para pelayan yang sudah bekerja puluhan tahun di rumah itu, mengulum senyum saat melihat tuan muda mereka yang tampaknya sangat senang.

Mobil Porsche milik Faska keluar dari kediaman Adalwine, mulai melaju di jalanan kompleks dan berakhir di jalan raya.

Sekali lagi Faska menatap kotak kecil beludru yang ia pegang sekarang, dalam kotak itu berisi sebuah cincin bermata berlian untuk melamar Disa. Ya, lelaki itu memang akan melamar Disa nanti di kota tua, kota kenangan mereka berdua.

Drrrtt... Drrrtt...

"Halo," sapa Faska setelah menekan tombol answers atas panggilan tadi.

" .... "

"Baik, saya ke sana sekarang juga."

*****

"Kayaknya ini terlalu heboh deh, enggak!"

Sruk!

Dari Faska [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang