Chapter | 09

1.3K 85 20
                                    

Now playing |  Tak mampu pergi - Sammy Simorangkir

*****

Waktu terasa melambat, meski sudah banyak jejak-jejak kaki yang berlalu-lalang di depan mata, tetap saja rasanya waktu berhenti ditempat.

Keadaan dokter baru bernama Faradhisa Aurora yang mulai berubah, menciptakan opini-opini tidak enak didengar dari berbagai pihak. Ada yang mengatakan jika dokter itu hanya pencitraan diawal kerjanya di sini. Ada juga yang mengatakan untuk tidak menilai seseorang terlalu cepat, buktinya dokter itu yang awalnya ramah mendadak diam seribu bahasa.

Disa, gadis itu tak menepis atau membenarkan opini-opini yang mulai berkembang di kalangan pihak rumah sakit. Dia terlalu lelah untuk menjelaskan, dia juga tidak punya waktu untuk membela dirinya.

Beberapa hari sejak pertemuannya kembali dengan Faska, Disa memilih untuk tetap di rumah. Dia meminta izin kepada dokter Tama dengan alasan sakit. Tentu saja dokter Tama percaya, melihat tubuh ringkih Disa dan juga wajahnya yang pucat. Menandakan jika dia memang benar-benar sakit, ya, sakit hati lebih tepatnya.

Saat saat ia mulai kembali bekerja, jika biasanya dia akan disapa dengan ramah, maka jangan harap lagi. Kini, suster atau staf rumah sakit banyak yang menatapnya datar, kecuali Rania yang memang mengenal baik siapa dirinya. Meskipun suster manis itu tidak tahu penyebab Disa berubah.

"Permisi," ujar Disa saat masuk dalam ruangan berkapasitas VIP. Dilihat dari jadwalnya, dia akan memeriksa seorang pasien perempuan yang masih remaja.

"Pasien bernama Fira, dimana?" tanyanya melihat brangkar yang kosong. Dia berpikir jika Fira ke kamar mandi, tetapi melihat gelagat aneh orang tuanya membuatnya tiba-tiba ikut khawatir.

"Dokter, Fira tiba-tiba menghilangkan. Tadi saya pamit sebentar untuk membeli makanan, dan suami saya baru saja datang," adu seorang wanita yang Disa'rasa adalah ibu dari Fira

"Ibu tenang dulu, ya," gadis itu kemudian menoleh pada Rania, "Ran, suruh satpam untuk mencari Fira di luar rumah sakit. Sedangkan kita dari di area saja," perintahnya diangguki cepat oleh Rania.

"Pak, buk, sebaiknya kita cari Fira sekarang. Semoga saja dia tidak keluar dari rumah sakit."

Setelah mengatakan itu, mereka bergegas mencari pasien bernama Fira. Dimulai dari menyusuri setiap lorong rumah sakit, taman-taman dan juga area belakang yang jarang terjamah kecuali petugas kebersihan.

Mungkin dewi fortuna berpihak pada Disa, gadis itu tidak sengaja melihat sosok remaja perempuan yang berpakaian rumah sakit. Duduk termenung di bawah pohon dengan tangan kiri memegang tiang infus.

"Fira?" tanya Disa dengan takut-takut, bisa saja itu pasien lain.

"Dokter," pemuda itu tampak terkejut. Disa rasa jika gadis ini memang pasien bernama Fira yang kabur dari ruangannya.

"Kamu beneran Fira?"

Fira menundukkan wajahnya, sorot matanya tampak takut-takut karena ketahuan. Apalagi yang menemukannya adalah seorang dokter.

"Fira?" panggil Disa dengan lembut. Entah mengapa, dia merasa Fira mempunyai suatu masalah. Untuk apa dia kabur, jika tidak ada sesuatu yang salah.

"Kita duduk di bangku dulu, yuk?" ajaknya dengan baik-baik, "baju kamu bisa kotor kalo duduk di akar pohon, sewaktu-waktu kamu juga bisa pingsan karena menunduk terus," lanjutnya.

Dari Faska [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang