Chapter | 25

929 81 26
                                    

"Besok, kan, weekend. Kamu maunya jalan-jalan kemana?"

Disa yang duduk di samping Faska pun, menoleh. Ia tampak berpikir sambil memperhatikan wajah lelaki itu.

"Kota tua aja, gimana?" usul perempuan itu dengan semangat.

"Kencan, kok, ke kota tua, sih?"

"Kamu lupa? Di kota tua, kita banyak buat kenangan," kata Disa.

"Termasuk ngajarin kamu naik sepeda?" goda lelaki itu, ia langsung terkekeh karena melihat Disa yang misuh-misuh tidak jelas.

"Tau, ah!"

"Oke, oke. Kita ke kota tua besok. Jangan sampe telat, ya," ujar Faska dengan lembut. Bersamaan dengan itu, mobilnya berhenti karena sudah sampai.

"Siap, kapten!" seru Disa dengan posisi yang kini memberikan hormat. Padahal mereka masih dalam mobil, dan lagi-lagi Faska merasa terhibur dengan sikap Disa.

"Kamu langsung masuk. Aku bakalan balik ke rumah mama," ucapan Faska barusan, membuat kegiatan Disa yang sedang melepas safety belt pun terhenti.

"Emangnya selama ini kamu enggak tinggal serumah sama orang tua kamu?" tanyanya.

"Enggak. Aku tinggal di apartemen deket kantor, biar enggak jauh pulang perginya."

"Kalo gitu, salam ya, buat tante Monica. Aku juga udah lama banget enggak ketemu sama mama kamu." Disa baru ingat, terakhir kali mereka bertemu saat dirinya masih SMA. Bisa dikatakan sepuluh tahun yang lalu.

"Iya, nanti aku sampein."

Setelah Faska mengatakan itu, Disa pun keluar dari mobil. Dia tidak langsung masuk, melainkan berdiri di depan pagar dan ingin melihat mobil Faska melaju.

"Masuk aja duluan," ujar Faska menyuruh Disa untuk masuk, sedangkan dirinya masih di sana.

"Enggak apa-apa, kamu jalan duluan aja," tolaknya.

"Masuk Disa." Seruan itu tak bisa ia bantah, dengan berat hati akhirnya Disa masuk duluan. Meskipun begitu, dia tetap mengintip mobil Faska melalui jendela.

Mobil Porsche milik Faska melaju di jalanan ibukota, sudah hampir beberapa minggu dirinya tidak pulang ke rumah. Selain karena rindu bertemu dengan mamanya, dia juga ingin menyampaikan sesuatu pada sang papa. Ia pikir, sudah saatnya dia bertindak.

Sekitar tiga puluh menit, mobil itu memasuki kawasan perumahan elite tempat orang tuanya tinggal. Setelah membunyikan klakson, pintu gerbang yang tinggi itu pun terbuka.

"Selamat datang kembali, tuan muda," ujar salah satu pelayan yang berkerja di rumah itu.

"Apa mama masih bangun?" tanyanya.

"Masih tuan, biar saya yang panggilkan." Pelayan itu menawarkan diri, Faska langsung mengangguk.

Ia pikir hanya ada mama dan papanya di rumah, ternyata perkiraannya salah. Di sana juga ada Lena yang sedang mengobrol dengan Zavero.

Faska menghela napas panjang, ia sudah memprediksi pasti akan terjadi drama memuakkan sebentar lagi. Padahal dirinya pulang ke rumah untuk istirahat sekaligus bertemu dengan mamanya.

"Faska!"

Panggilan dari mamanya tentu saja mengalihkan pandangan Zavero, dan juga Lena yang belum menyadari kedatangannya. Faska tidak peduli, lelaki itu mengabaikan mereka dan menyuruh fokus pada sang mama.

"Mama apa kabar?" tanyanya saat wanita itu masuk dalam pelukannya.

"Kabar mama baik, mama kangen banget sama kamu," ujar Monica yang kini semakin mengeratkan pelukannya.

Dari Faska [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang