☁️ Wony ☁️

1.3K 244 45
                                    

"Tadi hampir telat ya?"

Haruto mengangguk tak peduli, kemudian membuka buku paket di atas mejanya.

"Kenapa? Tidur kemaleman?"

Haruto menggeleng.

"Bangun kesiangan?"

Sambil membuang nafas, Haruto memutuskan untuk tak menjawab pertanyaan yang diajukan oleh Wonyoung, alias teman sebangkunya. Berisik.

"Kalau Wony bangunnya malah kepagian, hehe. Jadi sempat yoga bareng Dohyon dulu."

"Ga tanya, sih."

Wonyoung tersenyum dan mendekat ke arah Haruto, menyebabkan pemuda itu bergerak menjauh dan mengerutkan dahi risih.

"Ruto kok bisa keren banget, sih? Cool. Gak kayak Dohyon, masih kayak anak-anak."

Diam-diam Haruto merasa bangga pada dirinya sendiri, meski rasa itu disembunyikan jauh di balik wajah datar dan ekspresi bodo amat.

"Pulang sekolah mau jajan dulu, gak? Nanti Wony traktir."

"Enggak."

Wonyoung menggembungkan pipinya. "Kenapa? Ruto gak suka Wony, yah?"

Haruto mengangguk acuh tak acuh, ia lebih memilih untuk memperhatikan penjelasan guru matematika di depan.

"Padahal Wony udah lama suka sama Ruto. Dari awal masuk, loh." Wonyoung melipat tangan di atas meja.

Timing yang pas, Dohyon melirik sebentar ke belakang, membuat dirinya saling bertukar pandang dengan Haruto yang duduk tepat di belakangnya. Buru-buru Haruto melempar pandang seolah menyuruh Dohyon untuk membuat saudara kembar perempuannya yang cerewet ini berhenti berceloteh.

Namun bukannya membantu, Dohyon justru kembali melihat ke depan, berusaha tidak terlibat dengan segala drama pagi yang sebenarnya kerap terjadi di antara Wonyoung dan Haruto. Kalau boleh jujur, dia lelah sekali. Telinganya mungkin sudah siap mengeluarkan darah saking muak.

"Wony pengen lebih dekat sama Ruto."

Astaga, masih saja.

"Ruto sukanya cewek yang bagaimana?"

Haruto menutup mata gregetan. Bisakah seseorang melakban mulut gadis di sampingnya ini? Kenapa juga Haruto harus duduk bersebelahan dengannya? Salah apa Haruto sampai belajar pun tak bisa tenang?

"Lo bisa diem gak, si-"

"Chiba Haruto dan Nathalia Wonyoung, silahkan keluar dari kelas saya."

Haruto terdiam.

"Maaf Bu, tapi-"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Maaf Bu, tapi-"

"Keluar atau saya tendang."

Haruto menatap Wonyoung kesal, dibalas dengan wajah tak berdosa dari perempuan berambut panjang itu. Kemudian ia berdiri, melangkahkan kaki keluar kelas.

Pada akhirnya, walaupun tak terlambat, ia kena hukum juga.

"Kita mau ke mana? Jam pelajaran Bu Taeyeon masih dua jam lagi."

"Bukan kita. Tapi gue mau ke perpus," jawab Haruto, menekankan kata 'gue'.

"Wony mau baca buku juga."

"Ya udah, ke perpus sana. Gue ke kantin aja."

Wonyoung mengelus rambut pelan. "Wony haus deh, kayaknya mau beli minum sebentar."

APASIH NI ANAK??

Haruto mempercepat langkah, berusaha memisahkan diri dari Wonyoung yang ternyata masih saja mengikutinya.

"Jadi Ruto mau ke mana?"

"Toilet."

"Eum ... sebenarnya Wony penasaran, pengen liat toilet anak cowok itu bagaimana."




















Sebuah bendera putih dikibarkan,

Haruto menyerah.

Whimsical SiblingsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang