☁️ Sad Boi ☁️

772 173 4
                                    

"Je."

Ryujin berhenti memainkan ponselnya, menatap ke arah Yoshinori yang tengah memainkan jenga seorang diri.

"Apa?"

"Gak jadi."

"Apa sih," sungut Ryujin malas, kembali berkutat dengan ponsel tercinta, membalas pesan dari Hyunjin.

"Erje."

"Oi?"

"... gak deh, gajadi."

Ryujin meletakkan ponsel di sofa, lalu duduk di sebelah Yoshinori yang melantai. "Kenapa, Sayang? Mau bilang apa, hmm?"

Yoshinori menarik satu balok, tak disangka membuat bangunan tinggi jenga-nya bergoyang dan jatuh berhamburan.

"Lo ... lagi pacaran?" Akhirnya, ia memutuskan untuk bertanya.

Ryujin mengerutkan dahi. "Enggak, pacaran sama siapa, coba. Nako ngomong macam-macam, ya?"

Yoshinori tertawa hambar. "Kasian aja, lo kelamaan ngejomblo soalnya."

"Lo sendiri gimana, Ci? Nomor cewek doang dibanyakin. Cari pacar sana."

"Gak pengen pacaran ah gue, mau langsung nikah biar afdol."

"Eh, btw lo emang gak pernah pacaran, kan?"

Yoshinori kembali menyusun balok-balok jenga. Memalukan sekali untuk mengaku bahwa ia memang tak pernah menjalin hubungan dengan seseorang. "Iya, single with pride."

"Single with pride taek. Gak laku lo. Ntar gue kenalin ke teman gue, dah. Tapi diseriusin, jangan jadi barang koleksi doang."

"Dibilangin gue emang enggak mau pacaran."

"Orangnya baik, manis. Lo jaga baik-baik, ya."

"Ngapa si, Je, ngasih petuah segala macem? Emang lo emaknya? Gue udah nolak juga."

"Pokoknya nanti gue kirim kontaknya." Ryujin bersikeras. Ia berdiri dan menyalakan televisi.

"Paman sama Tnte mana? Jam segini kok belum balik?" Yoshinori merangkak menuju sofa, lalu duduk di atasnya. Ia melirik jam. Pukul sembilan malam.

"Ke undangan sodara di kota sebelah. Besok pagi pulang."

Yoshinori menelan ludah. Jadi, hanya mereka berdua?

Well, tentu saja ada para ART, supir, dan satpam keluarga Ryujin. Tapi tetap saja, ia tak melihat kehadiran orang lain di ruang tengah yang besarnya minta ampun ini.

Jam makan malam sudah lewat. Artinya, mungkin saja tidak ada lagi kerjaan bagi ART yang membuat mereka mondar-mandir keliling sudut rumah.

Intinya, mereka sedang berduaan.

B e r d u a a n

Hanya dua orang.

Yoshinori dan Ryujin.

Yoshinori benci bagaimana pikirannya melayang ke sana-kemari, memikirkan adegan aneh yang membuatnya mengutuk diri sendiri. Terlebih ketika mengingat kejadian di rumah Hyunjin kala itu.

Ah, jadi ingin mencobanya juga.

TIDAK

Ini bukan sesuatu yang benar.

"Je, gua pulang." Yoshinori memakai jaketnya, berjalan menuju pintu depan.

"Loh, kenapa? Baru aja nyalain tv." Ryujin mengekori pemuda itu, mengantarnya sampai teras.

"Banyak setan," jawab Yoshinori, wajahnya memerah, entah mengapa.

"Hah?" Ryujin kelihatan bingung mendengarnya.

"Yah, gue juga belum ngasih makan adek-adek."

"Parah lo. Kasian banget, kelaparan pasti."

Yoshinori terkekeh. "Tapi gue berani taruhan, mereka pasti udah pesan Gofood. Mereka tuh jenis manusia yang paling gak bisa nahan lapar. Dikit-dikit makan."

Ryujin berpikir sebentar, kemudian mengangguk. "Iya juga."

"Oke, gue balik, ya." Yoshinori pergi menuju garasi.

"Iyaa, bye sayaaang! Hati-hati! Kalo ketemu begal, ajak tukeran isi binder aja!" teriak Ryujin.

Yoshinori menggelengkan kepala sambil tersenyum. Begitu masuk ke dalam mobil, senyum itu luntur seketika.

"Gila, mikirin apa gue tadi, anying. Kebanyakan main sama Hyunjin, ketularan mesum." Ia mengacak rambut.

Whimsical SiblingsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang