Yoshinori sontak tertawa setelah mendengarkan cerita Nako.
Bukan tertawa lucu, tapi karena ini semua sama sekali tidak masuk akal.
Gila saja, adiknya itu sudah menjalin hubungan bersama seorang lelaki sejak SMP dan dia sama sekali tidak tahu menahu? Dunia sedang bercanda?
"Ru, kamu percaya?" Yoshinori bertanya ke arah Haruto yang asik bersandar di sofa, mengelus perutnya yang penuh.
"Entah."
Yoshinori menghentikan tawanya, lalu menatap Nako serius. Menyeramkan. Mashiho bahkan diam-diam menjauh dari sana, berusaha tak terlibat.
"Kalian putus, kan?"
Nako mengangguk.
Tapi udah balikan lagi, hehe
Nako hanya bercerita tentang bagaimana mama Eunsang mengajak makan karena rindu padanya yang merupakan mantan Eunsang, tidak dengan kenyataan bahwa mereka makan ke restoran karena peristiwa 'balikan'.
"Mulai sekarang, jangan dekat-dekat lagi sama dia. Cio, kamu awasin Nana."
Mashiho tercekat, kaget. "Iya!"
Nako cemberut. Apa, sih? Kenapa Yoshinori harus sampai mengurusi hubungan asmaranya juga, sih? Nako kan sudah besar dan mengerti mana yang baik untuk dirinya sendiri.
Namun, Nako tak ada niat untuk membantah karena hanya akan membuang waktu dan tenaga. Tahu sendiri Yoshinori orangnya seperti apa kalau sudah menyangkut hal seperti ini. Jadi, mengiyakan lebih baik, walau sebenarnya Nako tak benar-benar akan menuruti semua itu.
Yang penting Yoshinori puas mendengarnya dan berhenti memberi wejangan.
"Iya, aku bakal jauh-jauh dari dia."
"Siapa nama anak itu?"
Nako mengeryit. "Untuk apa Abang tau?"
"Buat jaga-jaga."
Nako melirik ke arah Mashiho, sekali lagi berharap pemuda itu bisa diajak bertelepati, agar bisa bekerjasama dengannya.
"Umm ... Eden."
Yoshinori memutar badan, kini menatap ke arah Mashiho.
Nako mengambil nafas dalam-dalam, gugup. Ia kemudian ikut melirik ke Mashiho dengan penuh harap.
"Betul itu namanya, Cio?"
"Iya." Mashiho mengangguk ragu.
"Oke, Abang tanya Erje. Kalau bohong, bakal Abang laporin semuanya ke Papah." Yoshinori berjalan ke arah sofa, duduk di sana dan mengeluarkan ponsel yang berada di dalam jaket hitam miliknya.
Nako buru-buru berlari dan berlutut di lantai, menghadap ke abangnya sambil memajang wajah tersedih yang bisa ia tampilkan.
"Bang, namanya Eunsang. Puas? Udah, gausah nanya Erje. Jangan lapor ke Papa juga, pleaseee."
Yoshinori mengerjapkan mata, dibuat heran atas tingkah tiba-tiba Nako.
"Hoo, jadi tadi kamu beneran bohong, ternyata?"
Nako memajukan bibir, dahinya dikerutkan, dan pandangan menempel ke ambal.
"Ga tau, ah!"
Gadis itu bangkit, menghentakkan kaki, kemudian berlari ke kamarnya di lantai dua.
"Lah, harusnya kan Abang yang marah karena dia bohong." Yoshinori meletakkan ponselnya di atas sofa.
"PMS mungkin, bang," celetuk Haruto.
Yoshinori baru saja ingin mengintrogasi Mashiho, tetapi matanya tak berhasil mendapati keberadaan anak itu di mana pun.
"Dasar si kembar."
"Beneran putus?" Mashiho membuka pintu kamar Nako sambil memicing curiga.
"He'em. Tapi udah balikan lagi."
"Dasar."
"Apa? Gak boleh?"
"Ya enggak nyangka aja, sih, Na. Beneran serius sama adek kelas?"
"Emang kenapa kalo adek kelas? Masalah?" Nako malah jadi sedot sendiri. Dia memasang ekspresi jengah.
Masiho menggeleng cepat dan kembali menutup pintu. Seram.
KAMU SEDANG MEMBACA
Whimsical Siblings
FanfictionYoshinori, Mashiho, Nako, serta Haruto. Empat bersaudara sengklek yang hidupnya normal-normal ajaib. Dan ini adalah kisah pendek mereka.