"Bang."
"Uy?"
"Bangbangtut."
Mashiho yang masih sibuk dengan ponsel di tangannya, hanya menggeleng menanggapi kegabutan Haruto.
"Banggg"
"Apa?"
"Bang Toyib ...."
Mashiho diam, tak mau memperpanjang obrolan tak faedah itu.
"Bang Cio."
Kali ini, dia bahkan tak menyahut.
"Abanggg"
"BANG!"
"Bang bang bang~"
Mashiho mem-pause gamenya, kemudian menolehkan kepala pada Haruto, dan mendapati anak itu sedang menyedot satu kotak Milo berukuran sedang sambil berbaring di atas ambal. Mentang-mentang hari sabtu, santai sekali.
"Apa sih, Ru? Kalau gak ada kerjaan, sana main sama Dahyun aja."
"Abang tau namanya dari mana?" tanya Haruto sedikit terkejut. Sepersekian detik kemudian, bersikap sok cool lagi.
"Nana cerita. Dia kenalan sama keluarga Dahyun waktu ngembaliin tempat kue."
"Hoo."
"Btw, Ru."
"Pa?"
"Kakaknya Dahyun ngira kamu udah dua puluh tahunan, lho."
"Ck, matanya picek kali." Haruto mendecih tak suka. "Suruh ke optik coba."
"Dia kira seumuran, eh taunya kamu masih bocah."
"Kalo seumuran juga kenapa? Emang dia mau gebet aku?"
"Ya mana abang tau. Makanya muka jangan boros. Just sayin."
"Gausah sok inggris deh, masih belepotan."
"Ini nih, yang bikin Indonesia enggak maju-maju. Orang masih belajar aja dihujat. Edan, bocah raksasa."
Hampir saja terjadi perang antara Chiba dua dan Chiba empat, kalau Yoshinori tidak datang sambil membawa sebuah tote bag.
"Kalian ngapain?" tanyanya ketika melihat Haruto yang siap melayangkan kotak Milo ke arah Mashiho.
"Bang Cio ngajak berantem."
"Nuduh!!! Haru nih, yang ngajak gelud!"
"Main yang akur. Abang barusan ke mall, ada pizza, tuh."
Mashiho dan Haruto serentak berlari ke bawah, menyantap makanan yang dibawa oleh Yoshinori. Lapar, sudah pasti. Sekarang pukul empat sore, dan si abang baru menampakkan tulang hidung.
Ah, ngomong-ngomong, Mashiho sekarang juga sudah sedikit demi sedikit melupakan kejadian mati lampu hari itu. Sekarang, ia bisa menatap wajah Yoshinori dengan berani tanpa memikirkan darah yang berceceran ke mana-mana lagi.
"Nana mana?" tanya Yoshinori, turun dari tangga sambil melepas jaket.
"Katanya main di rumah temen. Baru aja jalan," jawab Mashiho sembari membuka kemasan pizza.
"Siapa? Rumahnya di mana? Ke sana naik apa?"
"Suyun, rumahnya deket sekolah. Naik gojek sih, mungkin."
Yoshinori mengangguk, lalu duduk bergabung bersama kedua adiknya dan ikut mencicipi pizza yang dibelinya.
"Mumpung Nana gak ada, boys time yuk." Yoshinori menaikkan alis.
"Boleh tuh, Bang." Haruto mengacungkan jempol.
"Mau ngapain, emang?" Mashiho bertanya bingung.
"Pertama, kita gibahin Nana."
KAMU SEDANG MEMBACA
Whimsical Siblings
Fiksi PenggemarYoshinori, Mashiho, Nako, serta Haruto. Empat bersaudara sengklek yang hidupnya normal-normal ajaib. Dan ini adalah kisah pendek mereka.