☁️ Kucing Hitam dan Sanha ☁️

656 136 19
                                    

"Meong~"

"Stop! Denger, gak?" Nako sontak menahan lengan Mashiho ketika mendengar sebuah suara kecil di dekat gazebo sekolah.

"Denger lah, kamu kira aku budeg?" jawab Mashiho.

Nako diam sebentar. "Suara tadi---"

"Suara anak babi," sungut Ryujin asal.

Nako segera menengok sana-kemari, berusaha mencari keberadaan si kucing sambil menjentikkan jari beberapa kali. "Ck ck ck ck, mpushhh"

"Na ah, malu, diliatin orang." Mashiho memutar mata, kemudian mencoba berjalan menjauh, namun seragamnya ditarik paksa oleh Nako.

"Kayaknya di deket sini, deh." Tanpa memperdulikan ekspresi sang kembaran yang bete, Nako berdecak bingung. "Mana, sih?"

Mashiho menghela nafas malas berkali-kali. Di sisi lain, Ryujin tampak santai mengekor di belakang keduanya.

"Aaaaa! Ada! Ada! Ada di atas! Cio, ambilin!" Nako berteriak heboh sambil memukul-mukul lengan Mashiho dan menunjuk ke ranting pohon mangga di samping mereka. "Mpus ngapain di sanaaa? Bahaya!"

Bel masuk baru saja berbunyi, seharusnya saat ini mereka berjalan menuju kelas dan meletakkan seperangkat alat tulis serta laptop yang sebelumnya digunakan untuk kerja kelompok di meja masing-masing, bukan menatap ke atas pohon mangga dengan raut bodoh.

Mashiho menggaruk kepala. Masa manjat, sih???

Pohon itu memang tak terlalu tinggi, tapi tetap saja mau tidak mau mesti naik ke atas untuk meraih si kucing kecil.

"Sini, biar gue a---"

Ucapan Ryujin terhenti ketika melihat seorang pemuda tinggi tiba-tiba datang entah dari mana, lalu mulai memanjat pohon. Nako dan Mashiho sontak bertatapan, saling bertukar pandang cukup lama, seakan tengah berbicara dengan sorot mata.

Tak lama, pemuda itu melompat ke tanah dengan kucing kecil berwarna hitam di pelukan satu tangannya.

Mashiho, Nako, dan Ryujin hanya diam membisu. Sedangkan si laki-laki asing berseragam acak tersebut menggigit bibir ---menahan sakit setelah menjatuhkan diri dari atas pohon. Menyesal? Pasti. Harusnya turun pelan-pelan saja, dasar.

"Kucingnya gapapa?" Ryujin memecah keheningan.

"Ah--- iya." Pemuda itu mengalihkan pandangan ke makhluk berbulu hitam, lalu menurunkannya ke tanah.

"Makasih, ya, eengg ... Sanha?" Ryujin membaca rangkaian nama yang terajut di seragam pemuda yang sedang berdiri di depannya itu. "Eh, maaf, Kak! Kak Sanha maksud saya!" heboh Ryujin kemudian, tepat setelah melihat lambang kelasnya.

"Gapapa, santai aja haha." Sanha tertawa, sambil melirik sekilas.

"Makasih ya, Kak," ucap Ryujin lagi.

"Harusnya, sih, yang bilang gitu si meong." Sanha masih setia dengan senyuman di wajah. "Anyway, gue duluan, ya."

"Siap, dadah, Kak!" Ryujin melambaikan tangan riang, dibalas tak kalah semangat oleh Sanha.





















Mashiho tahu, tadi Sanha sedang caper pada seseorang. Dan seseorang itu tidak lain dan tidak bukan adalah Nako.

Gampang saja. Terlihat dari bagaimana laki-laki tiang itu kerap mencuri pandang dan seketika membuang muka dengan canggung saat ditatap balik ke Nako.

Mashiho jadi kasihan. Sanha pasti belum tahu kalau doinya sudah ada yang punya.
























Beberapa jam kemudian, Mashiho dan Nako berdiri menunggu Yoshinori yang sedang mengambil mobil di parkiran untuk pulang.

"Cio, induk kucing itu kayaknya ga ada deh, daritadi dia keliling sendirian. Kasiaaaaan." Nako memandang sedih anak kucing yang sibuk menjilati bulu hitamnya beberapa langkah di depan mereka.

"Terus mau bawa pulang?" Mashiho bertanya sambil mengangkat alis.

Anggukan pelan menjadi jawaban Nako.

Bersamaan dengan itu, Yoshinori datang dan memberhentikan mobilnya tepat di depan si kembar. "Masuk."

"Abaaaang," rengek Nako, langsung menunjuk ke arah kucing tadi sambil melemparkan kode-kode.

"Jangan ngadi-ngadi. Ayo masuk, kita pulang."

Whimsical SiblingsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang