"Nana sayang, sini masuuuk."
Nako baru mendaratkan kaki kanan di permukaan ruang tamu ketika dirinya secara tiba-tiba ditarik oleh seorang wanita berumur empat puluh tahunan ke dalam pelukan hangat.
"Mama kangen banget, kamu kok gak pernah datang lagi?"
Naeun mencubit pipi Nako, lalu membawa anak itu ke ruang makan sambil terus mengelus kepalanya.
"Soalnya Nana sama Eunsang kan udah ... gitu, Tan. Jadi, kan aneh ajaaa gitu kalau mau main ke sini."
Naeun menarik sebuah kursi, lalu menyuruh Nako untuk duduk di sana. Sementara itu, Eunsang hanya memperhatikan keduanya sambil duduk dan tersenyum tipis.
"Kamu kok manggilnya Tante, sih? Panggil Mama aja, kayak biasa."
"Siap, Ma, hehe." Nako meletakkan tangan di depan alis, hormat ke Naeun. Tentu saja pipinya langsung diuyel-uyel lagi.
Setelahnya, Naeun bergegas mengambil kue yang telah matang, masih berada di dalam oven.
"Tuh, kangen banget, kan?"
Nako tertawa menanggapi perkataan Eunsang. "Iya, haha."
"Makanya kamu sering-sering ke sini."
"Nanti kalau keseringan jatohnya malah ganggu."
"Enggak lah. Sama pacar gaada yang namanya ganggu-ganggu."
"APA? SERIUS?" Teriakan Naeun sontak membuat Nako dan Eunsang menoleh terkejut.
"Ya ampun, jadi kalian pacaran lagi? Beneran? Mama enggak halu?" tanya Naeun heboh.
Eunsang mengelus dada kaget, sedangkan Nako hanya tersenyum dan mengangguk pelan.
Naeun cepat-cepat meletakkan loyang kue di atas meja, kemudian menatap anaknya, lalu beralih pada sang calon menantu #ea
"Ulangin lagi, Sang, tadi kamu bilang apa?"
"Apa, sih."
Naeun mencubit lengan Eunsang gregetan, kemudian menatap Nako tak sabar. "Kalian pacaran lagi?"
"Iya Ma, hehe."
Naeun tersenyum lebar, akhirnya harapannya terkabul juga. Ketahuilah, dia adalah penumpang nomor satu kapal Nako-Eunsang sejak dahulu.
Karena hanya punya dua anak laki-laki, Naeun tentu saja mendambakan kehadiran seorang anak perempuan yang bisa diajak bercerita, memasak, dan menghabiskan uang bersama.
Pertemuannya dengan Nako beberapa tahun silam adalah keajaiban. Ya, terdengar lebay, tetapi nyatanya memang sebahagia itulah Naeun. Sayang saja, hubungan antara Nako dan Eunsang sempat berakhir beberapa bulan yang lalu.
"Mama mau ngapain?" Eunsang bertanya heran ketika sang mama sibuk mengutak-atik ponsel.
"Nelpon Papa. Malam ini, pokoknya kita harus dinner sama Nana."
Eunsang hampir tersedak jus yang tengah diminumnya.
"Eh, gak usah, Ma." Nako ikut panik.
Mana bisa ia makan malam bersama keluarga Eunsang. Yoshinori, Mashiho, dan Haruto pasti akan menerornya dengan panggilan-panggilan tanpa henti jika Nako tak kunjung pulang hingga malam hari.
"Enggak apa-apa, sekalian ajak sodara-sodara kamu. Kita rayain rame-rame."
Tambah parah! Nako memandang ke arah lain. Bagaimana ini?
Memang Nako dan mama Eunsang sering curhat satu sama lain, mengerti sedikit tentang kehidupan masing-masing. TAPI Nako tidak pernah bercerita kalau anak-anak Chiba yang lain tak tahu dirinya sedang menjalin hubungan.
"Mama kambuh lagi nih alaynya," gumam Eunsang sambil berdecak.
"Diem, atau nanti selama seminggu, kamu sarapan pake bubur ayam sampai eneg," ancam Naeun dengan ponsel yang menempel ke telinga, sedang menghubungi Taemin. Kemudian, ia beralih ke Nako, "kamu mau, kan, Na?" tanyanya dengan mata penuh harap.
"O-oke, Ma."
Mana bisa Nako menolak.
KAMU SEDANG MEMBACA
Whimsical Siblings
FanfictionYoshinori, Mashiho, Nako, serta Haruto. Empat bersaudara sengklek yang hidupnya normal-normal ajaib. Dan ini adalah kisah pendek mereka.