"Jelas banget, tau, Bang."
"Masa iya?
Setelah terus-terusan disudutkan oleh kedua adiknya, Yoshinori akhirnya mengaku juga kalau dia memang mempunyai perasaan yang lebih dari sekedar teman kepada Ryujin.
"Iya. Abang perhatian banget ke Erje. Biar sok enggak peduli, nyatanya bucin." Mashiho melemparkan kaleng cola yang telah kosong ke tempat sampah yang terletak di pojok ruang makan.
"... menurut kalian, dia sadar?"
"Gak. Karena mbak Erje lola, tulalit tulalit." Haruto ikut melemparkan kotak Milonya. Tidak masuk.
"Saran aku, ya, abang harus gercep. Karena Hyunjin orangnya gak kira-kira, semua digebet."
Haruto mengangguk setuju, sembari berjalan ke ujung ruangan untuk memasukkan kotak Milonya tadi ke tempat sampah.
Pizza masih tersisa separuh ketika panggilan masuk dari Nako muncul di layar ponsel Mashiho.
"Halo?"
"Cio, jangan berisik. Kamu gak usah jawab, cukup dengerin."
"..."
"Kalau kamu lagi bareng bang Oci atau Haru, diem. Kalau kamu lagi sendirian, ngomong aja."
"..."
"Berarti kamu lagi sama mereka."
"..."
"Nanti malam kamu datang ke restoran Jepang di jalan Pemuda Bangsa. Sendiri aja, dan jangan sampai yang lain tau. Harus pakai baju bagus."
"..."
"Aku tau kamu bingung dan punya banyak pertanyaan. Simpan aja, nanti pasti aku jawab, tapi gak sekarang."
"..."
"Jam tujuh, oke? Eh, jangan respon omongan aku. Pokoknya datang aja, yaaa."
"..."
"Oke, dadaaah. I love you! Awas kalau sampai ketahuan!"
"Dadah"
Nako memutuskan sambungan.
"Dari siapa, Cio?"
Mashiho meletakkan ponselnya di atas meja. "Dari teman, katanya mau kerkel nanti malam."
"Oh iya, kamu telpon Nako gih, tanyain kapan pulang. Perlu dijemput, gak? Udah mau maghrib, nih."
Mashiho perlahan meraih ponselnya, lalu menghubungi Nako.
"Kenapa, Cio?" Suara Nako terdengar sedikit panik ketika kembarannya itu menelpon.
"Na, Kamu kapan balik?" Mashiho melirik ke arah lain, berusaha bersikap natural agar Yoshinori tak menyadari akting buruknya.
"Bilang aja aku lagi nugas di rumah temen, malam baru pulang."
Okay, Mashiho baru saja mendapatkan ide bagus.
"Hmm, sip. Bye."
Mashiho menutup telpon, kembali menaruh ponsel di permukaan meja. "Nako sampai malam, bang. Aku kerkelnya di sana juga, kok, bareng dia. Ntar kami pulangnya bareng aja, deh."
"Gitu?" tanya Yoshinori, seakan tidak yakin dengan ucapan Mashiho.
"Iya, gitu ... Kenapa?"
"Enggak, enggak." Yoshinori menggeleng.
Mashiho menghela nafas lega, mudah-mudahan semuanya berjalan dengan lancar.
By the way, apa yang sedang Nako lakukan? Apalagi ulah Nako kali ini sampai membawa-bawa dirinya? Apa? apa???
KAMU SEDANG MEMBACA
Whimsical Siblings
FanfictionYoshinori, Mashiho, Nako, serta Haruto. Empat bersaudara sengklek yang hidupnya normal-normal ajaib. Dan ini adalah kisah pendek mereka.