"Makanan udah siaaaap!"
Ketiga Chiba lain langsung berjalan menuju ruang makan setelah mendengar seruan Yoshinori.
"Makan apa malem ini?" tanya Mashiho bersemangat.
"Abang order KFC. Kamu udah sembuh, Cio?" Yoshinori yang sudah duduk rapi di kursinya balik bertanya.
"Udah mendingan." Mashiho menelan ludah gugup.
Mereka mulai menikmati makan malam yang terdiri dari ayam goreng, nasi, hamburger, spaghetti, susu cokelat, dan cola.
"Papah kapan balik?" tanya Haruto sambil menyeruput susu.
"Katanya, sih, dua minggu lagi syuting kelar," jawab Yoshinori. "Jadi ya sekitaran itu."
Haruto mendesah pelan, kecewa.
"Eh, Cio, kue tadi kamu habisin?" tanya Nako yang tiba-tiba teringat pada kue buatan tetangga baru mereka.
"Iya. Haru yang beli?"
"Ihhhh, kok dihabisin, sih? Kan aku mau rasain juga," rengek Nako.
"Kirain dibeliin khusus buat aku karena sakit." Mashiho menuangkan cola ke dalam gelasnya.
"Enggak lah, itu dari keluarga yang baru pindah ke komplek ini. Yang nganter pacarnya Haru."
"Sembarangan," semprot Haruto cepat.
"IHIYYYY KIW KIW HARU UDAH GEDE NIH YE"
"Lo ngapain?" Yoshinori mendelik, menatap heran ke arah Hyunjin yang tau-tau duduk cantik di sebelahnya.
"Numpang makan. Gue diusir dari rumah sama mami," balas Hyunjin, mencomot satu paha ayam dari ember KFC, meletakkannya pada sebuah piring, lalu mengambil nasi dari dapur.
"Diusir kenapa?" Begitu Hyunjin kembali, Mashiho bertanya penasaran.
"Ketahuan ngeng-ngenggg," jawab pria itu.
"Hoo" Mashiho manggut-manggut.
"Ngeng-ngeng?" gumam Nako bingung.
"Balapan," bisik Mashiho.
"Hah? Hyunjin balapan?" Nako balas berbisik dengan tampang tak percaya.
"Jangan ditiru, Na."
"Ya gak mungkin lah, ngaco kamu. Naik motor aja aku enggak bisa."
"Pedal mobil pun gak bakal sampai, kan, Mbak?" Haruto mengambil bagian dalam acara bisik-berbisik si kembar. Tangannya langsung kena pukul.
Melihat Hyunjin yang makan dengan lahap, membuat The Chibas menggelengkan kepala.
"Lo kayak orang enggak makan tiga hari, tau?" tegur Yoshinori.
"Udah baca doa, belum?" tambah Nako.
"Tangannya udah dicuci?" Mashiho menimpali.
"Rice cooker udah ditutup?" Haruto ikut-ikutan.
"Tau, belom, belom, udah," jawab Hyunjin sambil mengunyah. Kemudian, ia mengangkat kedua tangan tinggi-tinggi dan mulai berdoa sambil memastikan kalau Nako melihatnya.
"Nah, gitu dong," ujar Nako.
"Iya kecil cerewet."
"Abang sama gue, juga tinggian gue," kata Haruto, membela sang mbak yang ingin sekali berdiri dari kursinya dan menjambak rambut Hyunjin.
"Halah bocah."
"Bocah yang lebih tinggi dari Abang," koreksi Haruto.
"Iye, iye, bacot."
"Ngelunjak amat ni anak, udah dikasih makan juga." Yoshinori menuangkan susu ke gelas Mashiho dan Nako. "Nih, minum, supaya tingginya bisa ngalahin Hyunjin."
"Kalau Nana sampai lebih tinggi dari gue, mah, jadinya serem."
"Sereman muka lo."
"Anjir ni orang."
"Udah, berisik. Makan aja yang tenang." Yoshinori memindahkan satu potong ayam lagi ke permukaan piringnya.
"Mana bisa tenang kalau ada Hyunjin," balas Nako, setengah menyindir.
"Na, gue lebih tua, ya. Panggil 'Abang' kayak Oci gitu, dong."
"Ogah ah, punya abang kayak kamu, Jin."
"Yaudah, panggil sayang aja."
"Bajingan. Lo mau gue usir sekarang, ha? Ga usah ngegombalin adek gue." Yoshinori melemparkan gumpalan tisu ke arah Hyunjin.
"Dih, jangan bilang lo kepengen gua gombalin juga, ya? Ngaku lo."
Untuk pertama kalinya, Yoshinori merasa ingin sekali membakar orang hidup-hidup.
"Oci sayang, agugugu~"
Pletak
"ADUH"
KAMU SEDANG MEMBACA
Whimsical Siblings
ФанфикYoshinori, Mashiho, Nako, serta Haruto. Empat bersaudara sengklek yang hidupnya normal-normal ajaib. Dan ini adalah kisah pendek mereka.