☁️ Haruto's Day ☁️

1.7K 277 73
                                    

Setelah kejadian es krim rasa odol di hari sabtu itu, Haruto benar-benar menghindari hal yang berhubungan dengan mint, bahkan membuang sandal rumahan miliknya hanya karena berwarna hijau mint.

Rasa jahanam, kalau kata Haruto. Dia tak ingin mengingat bagaimana rasa aneh itu masuk ke dalam mulutnya dan menyebarkan sensasi yang tak bisa dijelaskan.

"Ru, tolong anterin ini ke rumahnya Asahi, dong."

Haruto yang kebetulan sedang memainkan laptop dengan earphone yang menempel di telinga -walau sedang tidak mendengakan apapun, berpura-pura tak tahu ketika Yoshinori datang ke masuk ke kamar dan menyuruhnya melakukan sesuatu.

"Ntar Abang beliin hp baru."

"Oke." Haruto sontak melepaskan earphone dari telinga dan bangkit dari posisi rebahan.

"Tapi tunggu ibu negara bagi gaji." Yoshinori tersenyum sambil menyerahkan sebuah tote bag.

Haruto menatap datar, merasa ditipu. Ibu negara yang dimaksud oleh Yoshinori adalah Nako. Si mungil itu bertugas mengatur keuangan keluarga Chiba setelah ibu mereka meninggal dunia. Sementara, gajian adalah sebutan untuk hari dimana Nako membagikan uang jajan dari ayah. Dan itu baru saja terjadi kemarin. Yang mana berarti ia harus menunggu dua minggu lamanya sampai hari gajian selanjutnya tiba.

Sama saja bohong. Ponsel Haruto mungkin sudah baik kembali.

Ah, tapi dia bisa saja menjual ponsel lamanya dan memakai yang baru. Lumayan, jajan tambahan.

"Bawanya jangan beringas. Gausah ngambek, ntar cepat tua." Yoshinori menepuk pucuk kepala Haruto sekilas, kemudian keluar dari kamar anak itu sambil bersenandung ria. Sungguh kejam dan licik.

Di jalan, wajah Haruto merengut tak semangat. Ia mengintip isi tote bag yang dititipkan oleh Yoshinori.

"Aelah, gara-gara jaket doang jadi mesti panas-panasan. Bang Oci gaada akhlak."

Andai saja umurnya sudah muncukupi, Haruto pasti akan pergi dengan mobil walaupun jarak kediaman Asahi SANGAT dekat dari rumahnya.

Perlu diingat, dia sangat tak suka berpanas-panasan.

Bruk

"Wah, sial."

Haruto mengelus kepalanya yang baru saja ditubruk sesuatu. Apakah ini hukuman karena diam-diam ingin memaki sang abang?

Saat menoleh untuk mencari sang pelaku yang membuat kepalanya sakit, ia mendapati seorang gadis dengan raut panik berlari mendekat.

"Ya ampun, maaf! Lo gapapa?"

Dengan gerakan lincah, gadis bernama Yein itu mengambil sebuah shuttlecock yang terletak tidak begitu jauh dari sepatu Haruto.

"Apa-apa," jawab Haruto malas.

"Aduh ... Dek! Sini cepat minta maaf!"

Gadis lain datang, merapatkan tubuh pada Yein, kemudian menatap Haruto takut-takut.

"Ma-maaf ya, Kak. Saya enggak sengaja."

Haruto diam sebentar, lalu mengangguk. "Lain kali hati-hati."

"Iya, Kak."

Haruto memerhatikan dua perempuan itu. Mereka tampak asing. Apa mungkin orang baru?

Entahlah, sebenarnya dia pun tak begitu peduli.

"Oh iya, nama gua Yein, dan ini adek gue Dahyun."

Mendengar ucapan itu, Haruto tiba-tiba teringat pada Upin Ipin. Apakah mereka merupakan versi live actionnya?

"Kami baru pindah tadi malam, di rumah ujung situ," lanjut Yein sambil menunjuk ke suatu arah.

"Oh ...." respon Haruto pelan.

Kenapa mereka malah memperkenalkan diri, sih? Haruto kan sedang buru-buru, tak suka bermandikan cahaya matahari terlalu lama.

"Gue Haruto. Semoga betah di sini."

"Oke, sekali lagi maaf ya, Haruto!" balas Yein sambil melambaikan tangan ketika menyadari gerak-gerik Haruto yang seakan ingin segera pergi dari hadapannya.

Haruto mengangguk sekali lagi, lalu pergi sambil mengayunkan tote bag di tangannya dengan gerakan pelan.














"Anjir, ganteng banget!" Yein memukul pelan lengan Dahyun yang akhirnya bisa bernafas nafas lega setelah kepergian Haruto.

"Ganteng tapi serem. Percuma, Kak."












"Makasih ya, Bahar."

Haruto menatap Asahi tajam. Kalau saja mamanya tidak berada di ruang yang sama dengan mereka, mungkin sudah ia cekik anak itu.

"Haru mau ngemil dulu, gak? Tadi Tante habis belanja," tawar Tante Yoona.

"Boleh, Tan," jawab Haruto sambil melemparkan diri ke sofa empuk ruang tamu. Kemudian, Tante Yoona tersenyum dan pergi ke dapur untuk mengambil beberapa camilan.

"Abang lo apa kabar?" tanya Asahi basa-basi.

"Seperti biasa, boros dan suka menipu adik-adiknya."

"Lo kali yang gampang digoblokin."

"Ranking 1 paralel mah mana bisa digoblokin."

"Dasar Jepang belagu."

"Bapaknya Abang juga orang Jepang ya, jaga mulutnya."

Setelah menunggu beberapa saat, wajah Haruto dibuat berseri ketika melihat sang tante kembali sambil membawa sebuah nampan berisi tiga mangkok es krim dan snack-snack.

Tapi kok ... perasaannya tidak enak, ya?

"Akhir-akhir ini Tante suka banget sama es krim mint-choco. Seger banget! Kamu mesti cobain, deh."

Hell no.























By the way, ini Dahyunnya Rocket Punch yaa, bukan Twice hehe

Whimsical SiblingsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang