☁️ ByeBye Fever ☁️

826 166 20
                                    

"Haru bisa sakit juga ternyata."

Yoshinori lantas menatap Hyunjin yang berkata demikian, lalu lanjut memotong ayam goreng di hadapannya. Tak berniat membalas karena memang tak ada gunanya.

"Habis main hujan dia?" tanya Ryujin sambil mengunyah bakso.

"Enggak, kok," jawab Mashiho.

"Random bener mimpinya," lanjut Ryujin sambil menggelengkan kepala tidak mengerti.

Nako sudah menceritakan kejadian tadi pagi pada keempat orang yang sedang duduk di bangku kantin bersamanya saat ini. Respon yang diberikan normal, yaitu tertawa karena membayangkan Haruto yang selalu bersikap sok akhirnya berubah menjadi bocah manja.

"Mungkin itu artinya Abang dilarang ke Jepang," celetuk Nako.

"Ya Tuhan, masih aja." Yoshinori membuang nafas. "Gak lama kamu Abang bawa sekalian ke Jepang."

"Ogah!" tolak Nako dengan wajah tidak santai. "Mana mau aku diperlakukan seenaknya sama orang sana."

"Yeuuu suudzon amat idupnya," sindir Hyunjin.

"Biarin suudzon, yang penting enggak alay kayak seseorang bernama Hyunjin," balas Nako seraya meraih botol kecap yang terletak di depan Mashiho dan menuangkan isinya ke dalam mangkok.

"Si Unyil akhir-akhir ini julid banget perasaan."

"Jilid bingit pirisiin~" respon Nako.

"Weh, lo makan mie ayam pake kecap, apa kecap pake mie ayam? Kuahnya buseeet item banget, macam jiwanya Changbin," komentar Ryujin saat melihat isi mangkok putih milik Nako.

"Bukannya manis, malah jadi pait," tambah Hyunjin.

"Pait kayak muka lo," celetuk Ryujin yang sedetik kemudian kepalanya kena toyor.

"Gapapa, aku mau belajar ngerasain pahit, biar terbiasa menghadapi kepahitan hidup." Nako bodo amat dan menyuapkan garpu yang melilit mie berwarna kuning itu ke dalam mulutnya.

"Udah, udah. Kalian cepetan habisin makanannya, keburu bel ntar." Yoshinori menengahi. Berkat itu, akhirnya Ryujin, Hyunjin, serta Nako melahap makanan masing-masing tanpa suara.

Dari sini, Mashiho paham seberapa penting peran sang abang di antara mereka. Kalau saja tidak ada Yoshinori, pasti satu meja ini berisik sekali, pasalnya tidak akan ada yang mau mengalah. Bisa-bisa telinganya keluar darah saking lelah mendengar bacotan mereka yang tiada tanding.

Di perjalanan pulang sekolah, ketiga Chiba meminta pada Pak Nichkhun-supir baru mereka-untuk mampir sebentar ke Indomaret. Oh iya, bicara tentang Pak Nichkhun, supir yang satu ini lumayan tampan meski sudah bapak-bapak. Nako saja sampai mengajukan diri untuk duduk di samping kursi pengemudi supaya bisa sekali-sekali mencuri lirik, hoho

"Beliin ByeBye Fever, ga?" tanya Mashiho yang berdiri di depan rak obat-obatan.

"Ambil aja banyak-banyak, nyetok sekalian," jawab Yoshinori, melihat-lihat ke bagian makanan ringan dan mengambil hampir semua yang di kemasannya tertulis rasa coklat.

"Gajadi sakit Haru kalau ngeliat ini," kata Mashiho sambil mengamati apa saja yang ada di dalam troli belanjaan.

"Langsung sembuh," tambah Nako.

"Ga beli Milo juga, Bang?" tanya Mashiho ke Yoshinori yang sibuk mencari snack lain.

"Kan masih banyak di rumah."

Mashiho memasukkan ByeBye Fever tadi ke dalam troli. "Enggak papa, biar dia makin girang."

Yoshinori mengangguk saja akhirnya. "Yaudah, beli aja lah."

"Oke"

Sebelum pergi ke kasir, mereka berjalan menghampiri lemari beku penyimpanan es krim terlebih dahulu. Tentu saja, kan mereka memang pecinta es krim.

"Ini serius, orang sakit dikasih es krim?" Mashiho bertanya sambil mengambil beberapa es krim berbentuk cup.

Yoshinori menoleh ke adiknya itu. "Siapa bilang buat Haruto?" tanyanya, lalu memindahkan banyak-banyak es krim ke dalam troli.

"Bang," panggil Nako.

"Kenapa?"

"Menurut aku, ini udah saatnya kita punya freezer khusus buat es krim."

Yoshinori merenung sebentar untuk berpikir.

Iya juga.

"Belinya patungan, kan?" tanya Yoshinori memastikan.

"Iya lah, masa minta uang Papah lagi. Kan udah dikasih jajan lebih," jawab Mashiho.

"Siapa tau mau dibebankan ke Abang lagi," balas Yoshinori sambil memasang senyum masam.

Tempat terakhir yang mereka datangi pada hari itu adalah toko elektronik. Tentu saja usai membeli sebuah freezer, merekal langsung pulang agar es krim-es krim tadi tidak meleleh.

Setelah mengganti seragam dengan pakaian santai, Mashiho pergi ke kamar Haruto untuk meletakkan ByeBye Fever pada dahi sang adik yang masih berbaring di ranjang empuknya.

"Masih pusing, Ru?" tanya Mashiho sambil duduk di kursi meja belajar Haruto.

"Eungggh" Haruto malah merancau tidak jelas. "Aku mau Milo."

"Bentar, Abang ambilin." Mashiho beranjak, tetapi suara Haruto menahan langkahnya.

"Beliin di Hypermart Mall Sukahati."

Mashiho langsung mengeryit malas. "Haa? Ngapain, sih. Udah ada di kulkas juga."

"Cepetan."

"Kamu ini mentang-mentang sakit, nyari kesempatan buat ngerepotin abangnya."

Haruto diam tak membalas. Ia memilih untuk kembali menutup mata dan mengabaikan perkataan Mashiho.

Di sisi lain, tangan Mashiho sudah mengepal, ingin sekali rasanya melampiaskan kekesalan pada Haru lewat tinjuan atau semacamnya. Sayang saja adiknya itu sedang sakit, kalau dipikul nanti Mashiho sendiri yang jadi orang jahat.

Beberapa menit berlalu. Akhirnya Mashiho kembali bersama Yoshinori yang sedang memakai jaket kulit sambil memainkan kunci mobil. Milo yang mereka beli pun diberikan pada Haruto.

Tentu saja dia tidak benar-benar pergi ke Mall Sukahati hanya untuk membeli Milo di Hypermart. Mashiho menunggu sebentar di ruang tengah sambil menonton Shinchan bersama Nako, lalu mengajak Yoshinori untuk berakting seakan baru saja kembali dari pusat perbelanjaan itu dan mengambil Milo dari kulkas.

Seraya menerima Milo yang disodorkan oleh Mashiho, Haruto kembali melemparkan permintaan ngadi-ngadi, "Bang ... panggilin Pak Daesung."

Yoshinori yang tadinya mengeluarkan ponsel untuk membalas chat dari Ryujin pun menghentikan sejenak aktivitasnya untuk melayangkan tatapan penuh tanya. "Buat?"

"Mau main catur."

Tanpa banyak babibu, Yoshinori mendekatkan diri pada Haruto untuk memastikan suhu badan si bungsu. "Kamu ini demam apa lagi ngidam, sih?"





















Guys btw jangan lupa komen juga ya 🥲 aku tuh suka banget bacain komen-komen kalian

Whimsical SiblingsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang