☁️ Lunch ☁️

1.1K 231 19
                                    

"Renjun lo apain?"

Yoshinori menaikkan sebelah alis, menanggapi pertanyaan Hyunjin yang tengah duduk di hadapannya, melahap semangkuk bakso.

"Apanya?" Yoshinori balik bertanya sambil menyeruput jus semangka.

"Tadi di ruang OSIS gue denger Renjun cerita ke yang lain. Yoshinori anak IPS 1 lumayan serem katanya."

"Pfttt---"

Hyunjin sontak saja menghindar ketika melihat Yoshinori yang nyaris menyemburkan minuman.

"Serius lo, Jin?"

"Iya lah, ngapain juga gua ngibul," jawab Hyunjin seraya menyodorkan tempat tissue pada Yoshinori. "Gaada faedahnya."

"Perasaan gue gak ngapa-apain tuh anak. Parnoan, ah."

Hyunjin menatap sahabatnya itu dari ujung rambut sampai dada. Naik-turun-naik.

"Masalahnya di muka. Tampang lo galak, kek orang yang mau ngajak ribut."

"Hah, masa?" Yoshinori mengerutkan kening, kemudian berkaca menggunakan sendoknya. "Ganteng imut kalem gini, kok."

"Tuh, ngajak gelud kan?" kata Hyunjin sambil tersenyum manis.

Yoshinori tertawa saja, tetapi dalam hati jadi memikirkan ucapan Hyunjin. Apakah benar, tampangnya segalak itu, sampai-sampai membuat anggota OSIS ciut? Padahal kata orang-orang, wajahnya ini manis dan menggemaskan.

Hmmm sebuah konspirasyen.

"BANG!" teriak Nako, langsung duduk di sebelah Yoshinori.

"---sat," sambung Hyunjin. Kepalanya langsung dipukul menggunakan buku menu oleh Ryujin yang datang bersama Nako.

"Kenapa? Ngagetin aja," kata Yoshinori, menggeser pantatnya agar gadis kecil itu bisa duduk dengan lebih leluasa. "Gak makan?"

"Cio sakit, orangnya lagi di UKS. Hari ini dia aneh banget, tau. Aku jadi penasaran, sampai akhirnya jadi enggak nafsu makan, deh."

Ryujin mengangguk setuju, lalu mencuri satu pentolan dari mangkuk Hyunjin dan kerupuk dari piring Yoshinori.

"Woy, enggak modal amat!" Hyunjin menjauhkan mangkuknya seketika. Menanggapi reaksi itu, Ryujin hanya tersenyum mengejek.

"Sakit apa?" tanya Yoshinori dengan wajah khawatir. Tentu saja, sang ayah sibuk bekerja dan membuat tiga orang adik berada dalam tanggung jawabnya. Bagaimana tidak khawatir?

"Gak tau, ah, Bang. Otaknya kegeser, kali? Di kelas ngelamun sama senyum mulu."

"Bicaranya," tegur Yoshinori terhadap kata-kata Nako barusan, mendapat balasan senyum manis dari perempuan itu.

"Lagi naksir orang gak, sih?" celetuk Hyunjin yang ternyata ikut menyimak. "Atau kesambet," sambungnya pelan.

"Naksir? Siapa?" tanya Yoshinori cepat.

"Yee mana gue tau. Emang gue emaknya?" balas Hyunjin, kemudian tersentak satu detik kemudian. Ia menyadari sesuatu dan terdiam.

Ryujin yang duduk di sampingnya membelalakkan mata, ikut terkejut mendengar apa yang dikatakan oleh Hyunjin. Di bawah sana, kakinya menginjak sepatu Hyunjin kuat-kuat.

"E-eh, maaf, gue lupa ...."

"Santai." Yoshinori lanjut menyeruput jusnya. "Na, ntar Cio Abang antar pulang aja. Kamu mau ikut? Izin buat jagain dia di rumah."

"Mau!" jawab Nako antusias. Ya siapa juga yang tidak mau pulang lebih cepat dan menghindari pelajaran matematika?

Sementara itu, oknum Hyunjin masih merasa bersalah, menghabiskan baksonya tanpa banyak bicara.

"Bego lo," omel Ryujin pelan.

Whimsical SiblingsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang