☁️ Cake Again ☁️

695 156 13
                                    

Haduh, kenapa harus kakak ini yang bukain pintu.












Dahyun meringis, menggerakkan ujung jari kakinya sambil melihat ke bawah. Di sisi lain, Haruto menatap lekat wajah gadis itu sambil menyeringai setelah melihat reaksinya yang ... sedikit lucu.

"Lo kenapa?"

"Ma-mau ngantar kue." Dahyun menyerahkan bungkusan berisi bolu buatan mamanya.

"Sori, no offense, tapi lo emang gagap begini, ya?"

Dahyun menggeleng. "Enggak! Saya cuma takut!"

Setelah sadar akan ucapannya yang agak aneh, ia segera menutup mulut. "Eh, maksudnya-"

"Gue gak makan orang," potong Haruto, membaui kue yang diberikan Dahyun. "Gausah takut."

"Maaf ...."

"Mama lo hobi bikin kue, ya?" Haruto sendiri agak terkejut ketika mendapati dirinya sedang melemparkan kalimat basa-basi pada anak gadis yang sedang berdiri canggung di hadapannya.

"Iya, dan dibagiin ke tetangga-tetangga. Terus yang ngantar kak Yein sama saya."

"Gak usah ngomong pakai 'saya'. Gue jadi ngerasa gak sopan." Haruto mengelus tengkuknya pelan. "Eng ... mau masuk bentar, gak? Ada es krim."

Haruto udah gila lo, udah kayak mau nyulik anak orang aja

Ia langsung menyesali perkataannya.

"Gak usah, kak. Ini masih mau ngantar sisanya." Dahyun menunjukkan bungkusan lain. "Ke rumah sebelah, sama sebelahnya juga."

"Sini gue temenin. Lagi gabut."

Loh?

Dahyun bingung. Kok kakak yang menyeramkan itu tiba-tiba menjadi baik? Apa dia salah makan? Sedang tak sadar? Kepalanya terhantam sesuatu? Ataukah yang ini hanya kembarannya yang berbeda sifat?

Sementara Dahyun sibuk berpikir keras, Haruto meletakkan bolu yang diberikan padanya di atas meja ruang tamu, setelah itu berjalan melewati pintu.

"Ayo."

"A-ayo."

Dahyun sebenarnya tahu, kalau Haruto hanya satu tahun lebih tua darinya. Yein yang cerita.

Tapi, dia tak bisa berhenti memanggil Haruto dengan sebutan yang sopan. Ia terlalu gugup karena tatapan yang diberikan oleh Haruto setiap kali mereka bertemu mata selalu tajam, seakan mempunyai dendam terhadapnya.

Setelah satpam rumah sebelah membuka pagar, mereka segera berjalan menuju teras dan mengetuk pintu.

"Lo mau ap- eh, ini gadis cantik nan aduhay siapa namanya?"

Jaemin yang tampak berantakan -sepertinya baru bangkit dari tidur panjang- berhenti bertanya ketika melihat Haruto tidak datang sendiri, melainkan bersama seorang gadis manis di sebelahnya.

"Permisi, Kak. Ini, mau ngantar kue. Mama yang buat." Dahyun menyerahkan satu bungkusan bolu pada Jaemin, disambut oleh senyum ramah oleh sang pemilik rumah.

"Pacarnya Haru, ya?"

Dahyun tersentak, lalu cepat-cepat menggeleng, merasa tak enak pada Haruto yang terlibat dalam kesalahpahaman dengannya.

"Enggak, Kak, bukan! Saya dan keluarga saya pindah ke rumah ujung sana."

Haruto kesal. Wajar saja Dahyun kaget setelah mendengar tuduhan tak berdasar dari Jaemin. Tetapi, melihat sikap kagetnya yang berlebihan -seakan menjadi pacar Haruto adalah sebuah dosa saja- membuat pemuda itu merasa tersinggung.

"Kalau emang bukan pacarnya Haru, jadi pacar gue aja, gimana?"

"Yaudah, ayo ke rumah Chenle." Haruto menarik tangan Dahyun, membawa gadis itu berjalan ke bangunan sebelah.

Jaemin hanya menggelengkan kepala melihat itu. "Bocah kebanyakan gaya." Ia pun menutup pintu.

Whimsical SiblingsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang