"Katanya kamu mau minta tolong 'mereka' buat jagain Cio." Nako melipat tangan di depan dada, melirik ke arah Haruto.
Mereka sekarang berkumpul di pos satpam, mendengarkan cerita Mashiho yang mana orangnya sampai sekarang masih bercucuran keringat dingin. Untung saja sebelumnya dia bisa menggerakkan tubuh dan berlari ke luar rumah dengan bantuan penerangan ponsel.
Pak Daesung menyeduhkan teh hangat, kemudian menyuruh Mashiho meminumnya.
"Aku lupa bilang ke Tante Linda." Haruto menggaruk tengkuk. "Tapi tadi Tante Linda bilang dia sempat datang buat bantu lepasin pegangan tangan si jahil dari badan Mashiho, kok."
Yoshinori duduk di sebelah Mashiho, lalu memenangkannya itu dengan elusan pelan si punggung. Kentara sekali tubuh Mashiho masih bergetar ketakutan.
"Maaf udah ninggalin kamu sendirian, Cio," ucap Yoshinori, merasa bersalah.
Mashiho tak mau menoleh ke samping untuk melihat abangnga, masih parno membayangkan sosok yang menyamar sebagai Yoshinori beberapa saat lalu.
"Sialan banget itu setan, kenapa berani-beraninya cosplay jadi gue." Yoshinori berdecak.
Haruto tersentak saat bahunya tiba-tiba ditepuk lembut. Ah, Tante Linda.
Dia diam dan mendengarkan apa yang wanita itu ingin katakan.
"Ummm ... Bang, yang tadi itu sebenarnya jin yang lumayan lemah, jadi tadi udah diusir. Dia enggak bakalan datang ke sini lagi." Haruto menyampaikan ulang apa yang ia dengar. "Terus, katanya Abang jangan lupa baca doa sebelum tidur, jangan keseringan setel musik nyaring-nyaring pas malem, solat jangan buru-buru."
Mashiho tidak bergeming. Dia hanya terus menyeruput teh dan menyimak ucapan Haruto sambil berusaha mengingat wejangan-wejangan itu.
"Nak Cio malam ini tidur bareng Haruto saja, supaya tidak terjadi apa-apa," kata Pak Daesung.
Yoshinori menghela nafas. "Masalahnya, Pak." Ia menunjuk ke arah Haruto dengan gerakan dagu. "Setannya itu pada nempel ke dia."
"Jin," koreksi Haruto. "Cuma baik yang aku temenin. Kalau setan, gak bakal berani dekat-dekat karena di dekat aku ada Tante Linda."
"Bedanya jin sama setan itu apa?" tanya Pak Daesung penasaran. Ia mengecilkan volume tv di pos satpam, siap menyimak pemaparan dari Haruto.
Mashiho mengerucutkan bibir. Padahal dia baru saja melihat penampakan sesuatu yang menyeramkan, kenapa orang-orang di depannya ini malah membahas jin dan setan?
Nako pun menyahut asal, "setan jelek, Jin ganteng. Worldwide handsome."
Haruto menatap mbaknya datar. "Jin itu makhluk, ada yang baik dan jahat. Ada yang beriman, ada yang ingkar. Sedangkan setan itu sifat jin yang jahat dan suka ngerjain manusia dan menggoda supaya berbuat buruk. Contoh setan yaitu Bang Hyunjin."
"Terus kalau hantu?" tambah Pak Daesung.
Haruto melirik ke samping sebentar. "Hmm aku gabisa bahas itu sekarang. Nanti ada yang tersing- aduh!" Dia memegangi telinganya yang dijewer.
"Kamu kenapa?" tanya Nako, kaget melihat Haruto yang tiba-tiba kesakitan.
"Gapapa." Haruto memasang wajah biasa lagi. "Kalau bapak mau tau lebih lanjut, bisa tanya ke pak ustadz. Aku gak bisa, soalnya di sini ada yang sensian," katanya sambil melirik ke sebelah.
Mengenai Tante Linda, Mashiho tidak terlalu takut. Sebab, Haruto kerap membahas tentang ibu-ibu satu itu sejak kecil bagaikan seorang teman imajinasi. Yang tidak dia sukai adalah 'mereka' yang nakal dan suka mengganggu dengan tampang mengerikan dan penuh darah.
"Lagian, Haruto itu cuma bisa komunikasi sama mereka, gak bisa ngusir," celetuk Yoshinori. "Mashiho mending tidur bertiga bareng Haruto sama Nako. Kamu pasti masih takut liat muka Abang, kan?"
Mashiho mengangguk.
"Abang sok tau. Aku bisa minta tolong sama Tante Linda atau Mbak Ayu. Mereka berdua auranya paling kuat, pemimpin di sini." Haruto menyangkal pernyataan Yoshinori.
"Gausah bahas itu lagi!" Mashiho merajuk dan merapatkan jaket milik Pak Daesung ke tubuhnya yang menggigil. Dia sedang mengenakan piyama lengan pendek, di malam hari, di luar rumah, setelah melihat penampakan, sambil menahan pipis.
Sebentar.
Badannya kembali merinding.
"ADUH TEMENIN KE WC"
KAMU SEDANG MEMBACA
Whimsical Siblings
FanfictionYoshinori, Mashiho, Nako, serta Haruto. Empat bersaudara sengklek yang hidupnya normal-normal ajaib. Dan ini adalah kisah pendek mereka.