☁️ Ngerujak ☁️

1.2K 243 34
                                    

"Cio ...." Nako membalikkan badan sambil membentuk perahu terbalik menggunakan bibirnya, sesaat setelah Hitomi selesai menyampaikan hukuman untuk para siswa yang terlambat; memetik beberapa mangga dan mengolahnya menjadi hidangan rujak.

"Anak OSIS pada kenapa sih ... hukuman apa ini huhu ...."

Mashiho memegang pundak Nako dan berusaha menghibur sang saudari kembar.

"Gapapa, Na. Malah bagus, dong, hukumannya ringan begini."

"Tapi ini aneh, aku gak suka ... Untuk apa bikin rujak? Aneh .... Emangnya kita punya tampang mamang tukang rujak?"

Melihat Nako yang terus-terusan cemberut dan mengeluh, Yoshinori kemudian merangkulnya. Mereka bertiga—serta lima siswa lain—segera berjalan menuju kebun sekolah yang letaknya di belakang gedung laboratorium untuk memetik mangga.

"Ngambilnya gimana, nih?" tanya pria dengan tangan masuk ke dalam saku celana.

"Masa manjat?" tambah seseorang.

Yoshinori memansang pohon dan melihat sekawanan semut merah sedang berbaris menyusuri batang pohon. Lelaki itu segera mlepaskan rangkulannya pada Nako, kemudian mengambil sebuah pipa tak terpakai yang menganggur di tanah.

"Pake ini," katanya sambil menyerahkan pipa itu entah pada siapa -dia sendiri tak kenal. Yang penting ini cepat selesai saja.

Setelah mengambil beberapa mangga muda, para siswa yang kena hukum tersebut pun kembali ke sisi lapangan, menunggu anak OSIS datang dan memerintahkan mereka melakukan langkah pembuatan rujak berikutnya.

Bagaimana rujak bisa jadi kalau alat dan bahan lain tak ada?

"Kenapa belum selesai?"

Seorang anggota OSIS bernama Renjun melipat tangan di depan dada, menatap sinis ke arah mangga-mangga yang terkumpul di depan pot bunga.

"Bahan lainnya, Kak ...." jawab seorang gadis dengan pelan sambil menunduk.

"Mandiri, lah. Cari di kantin kek, masa gitu aja enggak bisa?" jawab Renjun dengan suara keras.

Yoshinori menggeram. Renjun adalah teman satu angkatannya, walau mereka tak pernah mengobrol satu sama lain. Yang ia tahu, anak itu sok sekali. Sok dan minta dicaci, seperti saat ini.

Namun, mencaci Renjun tidak akan membuatnya bisa masuk ke kelas lebih cepat. Jadi, Yoshinori melengos pergi ke kantin untuk meminjam mangkok, pisau, dan membeli beberapa bahan untuk membuat rujak. Sementara itu, anak-anak lain masih diam di tempat karena canggung.

Jujur saja Renjun sedikit terkejut melihat Yoshinori yang langsung pergi seperti itu. Ada sedikit rasa ... mungkin, takut? Karena mengira dia marah atau semacamnya.

Renjun dengar dari anak-anak kelas, Yoshinori adalah putra dari seorang aktor terkenal dan punya kekayaan yang bisa membuat mulut menganga, serta teman-teman yang 'hits'. Jangan macam-macam dengannya, nanti 'sircle'-nya akan beraksi.

Tapi Renjun berusaha untuk tidak peduli. Kalau pemuda satu itu melanggar peraturan, ya harus dihukum. Dirinya adalah anggota OSIS, punya hak untuk memberikan hukuman pada para pelanggar aturan. Jadi kalau sang 'anak aktor' berontak dan mengganggunya, Renjun punya alasan untuk terlihat tak bersalah, karena ia memang merasa tak punya salah.

Renjun berlebihan. Seandainya dia tahu kalau saat ini Yoshinori sedang berjalan kembali dari kantin sambil bersiul dan biasa saja—walaupun sempat ingin melayangkan tangan padanya karena bersikap minta dihujat.

"Nih, siapa yang mau ngupas mangga?" tanya Yoshinori sembari meletakkan mangkok plastik berisi alat dan bahan lain di atas pot.

Akhirnya, setelah para siswa yang terlambat itu saling bahu-membahu menyelesaikan pekerjaan, hukuman rujak terselesaikan.

Mereka boleh kembali ke kelas, dan rujak tersebut dibawa ke ruang OSIS.

Ketika Yoshinori melewati Renjun, ia berkata pelan, "lo yang kembaliin mangkoknya. Awas aja nyuruh gue lagi."

"I-iya," jawab Renjun sedikit bergidik.

Haha, ketakutan juga kan.

Whimsical SiblingsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang