☁️ Kucing Hitam Pertanda Sial? ☁️

567 122 6
                                    

"Cepetan, ya." Yoshinori mengeluarkan ponsel dari kantong almamater, memutuskan untuk mencari sedikit hiburan selagi menunggu Mashiho yang tiba-tiba bilang kalau dia meninggalkan laptopnya di kelas.

Sedikit berlari, Mashiho segera menuju kelasnya di lantai dua. Kalau saja ia tidak ada tugas yang sudah dikerjakan 90 persen di laptop itu dan mesti dikumpul besok, mana mau repot-repot naik turun tangga.

Segera setelah meraih tas laptop dari dalam laci meja, Mashiho berniat untuk langsung kembali ke parkiran. Sudah pasti. Buat apa juga berlama-lama di sekolah? Seperti tidak ada kerjaan saja. Tetapi kemudian dia mendengar suara lucu dari balik semak-semak.

Kucing yang kemarin?

Menghentikan langkah, Mashiho menoleh ke samping. Di sana ada rentetan semak-semak yang agak tinggi. Dia berjalan pelan mendekati dedaunan hijau segar tersebut dan mulai mencari asal suara.

Hm, bahkan Mashiho sendiri sedikit heran. Padahal, dia bukan tipe orang yang bertindak hanya karena penasaran. Bukan pula dia seorang pecinta kucing.

Apa karena sudah pernah menatap tampang lucu makhluk berbulu hitam itu, sehingga ia agak bersimpati? Entahlah.

Setelah usaha yang dilakukan selama beberapa detik, akhirnya ia berhasil menemukan keberadaan si meong. Mashiho diam sebentar, lalu berjongkok dan kembali membisu.

Sekarang apa?

Akhirnya mereka hanya bertukar pandang. Mashiho jadi ingat satu thread menheramkan yang dibacanya dari Twitter beberapa hari lalu. Kucing hitam biasanya menandakan kesialan. Berhadapan dengan hewan satu itu -seperti apa yang dilakukannya sekarang- bukanlah ide yang bagus.

Mashiho mengalihkan pandangan. Dirinya baru menyadari bahwa terdapat wadah makanan serta minuman mungil tak jauh dari keberadaan mereka. Sepertinya, ada seseorang yang sengaja memberikan makan si kucing hitam.

Baru saja berdiri dan membalikkan tubuh, ia malah berhadapan dengan seorang gadis berambut hitam tanggung.

"Eh-"

Mashiho jadi salah tingkah. Ia minggir ke kiri, tetapi perempuan itu juga berjalan ke arah yang sama. Suasana makin canggung, Bung.

Sambil mengusap leher kaku, Mashiho cepat-cepat beranjak ke kanan. Aman, karena gadis tadi memilih untuk tidak bergerak sementara dan menunggu Mashiho.

Tak mau berlama-lama berada di dalam situasi aneh tersebut, Mashiho mempercepat langkah ke tempat parkir mobil sembari memiringkan kepala. Ujung bibirnya sedikit tertarik ke atas.

Bertatapan dengan kucing hitam, apakah benar-benar menandakan kesialan akan datang menghampiri?










Tidak, Mashiho rasa tidak begitu.

Dia justru melihat pemandangan yang agak membuatnya senang -entah kenapa. Gadis dengan ukiran huruf membentuk nama Remi di seragamnya itu terlihat bersemangat membawa satu kemasan makanan kering untuk kucing dengan senyum cerah.

Kemudian, Mashiho masuk ke mobil dan meletakkan tas laptopnya di pangkuan. "Bang, nanti mampir ke pet shop bentar, ya."

Yoshinori melirik sekilas dan kembali menatap layar ponsel di tangannya. "Memang mau beli makanan Chiko, kok."








"Tapi kamu tumben? Mau cari apa?"

Whimsical SiblingsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang