Empat bulan berlalu. Hubungan Yoshinori dan Mashiho biasa saja, tidak ada perubahan yang berarti. Mungkin karena Mashiho sudah memutuskan berusaha untuk move on, dan Yoshinori yang memang tidak ada rasa spesial ke gadis berpipi lucu itu-Hitomi. Sejujurnya ia hanya senang saat mendengar ada yang suka padanya. Itu saja.
Dan sekarang, di sinilah Yoshinori duduk, di salah satu bangku empuk di antara ratusan murid kelas dua belas. Menunggu namanya dipanggil ke depan, Yoshinori tersenyum pada kamera yang sedang mengambil video dirinya.
Mashiho dan Nako duduk di kursi para adik kelas-yang semuanya diwajibkan untuk hadir-, sedangkan Haruto bersama Yudai berada di bangku para tamu dan undangan. Begitu banyak orang yang mengambil gambar mereka. Wajar, aktor famous.
Oh, tentang Yudai. Kondisinya kini luar biasa baik. Bahkan, sejak minggu lalu ia sudah kembali melanjutkan syuting yang sempat tertunda karena kecelakaan kala itu.
Semua berjalan dengan tenang, semestinya. Yoshinori yang kelihatannya bodo amat terhadap pelajaran, berhasil menjadi salah satu lulusan terbaik. Mungkin mengejutkan, tetapi tidak akan seperti itu kalau kalian tahu sebagus apa nilai-nilai pelajarannya.
"Chiba Yoshinori."
Yoshinori segera berdiri dari tempatnya, berjalan ke depan dan menerima medali kelulusan yang dikalungkan oleh kepala sekolah serta beberapa penghargaan lainnya.
Terdengar riuh tepuk tangan, teriakan, bahkan siulan dari para hadirin. Changbin sampai terlonjak karena kaget.
Benar, nyatanya Yoshinori memang sepopuler itu.
Usai acara, para Chiba mengambil foto bersama. Terlihat senyum bangga terukir di wajah Yudai. Melihat anaknya telah tumbuh sebesar dan sehebat ini-tak ada lagi yang lebih membahagiakan.
"Satu ... dua ... tiga!" Ryujin memencet shuttle kamera.
Cekrek
Cekrek
Cekrek
Cekrek ckrek cekrek cekrek cekrek
Tentu saja jangan lupakan ponsel para orang-orang (bahkan beberapa kamera stasiun berita) karena berkesempatan melihat Yudai menghadiri kelulusan putranya secara langsung.
Mungkin inilah saatnya wajah-wajah anak Chiba terungkap ke publik.
"Duh, mau ke wc," kata Ryujin, lalu mencari orang untuk menggantikan tugasnya memotret.
"Dek!" panggilnya pada adik kelas yang kebetulan berada di sebelahnya. "Tolong fotoin."
"Iya, Kak." Pemuda itu mengambil alih kamera dari tangan Ryujin dan mulai mengarahkan lensanya ke keluarga Chiba.
"Pacarnya Nana, Pah," ucap Yoshinori sambil melempar tatapan jahil. Nako refleks menginjak kaki sang abang. Eunsang yang mendengar itu hanya mengulum senyum malu.
Seperti apa kata Yoshinori pada Nako dahulu, jangan berpacaran sampai dirinya lulus. Karena permintaan itu sudah terpenuhi, ditambah kini ia menyadari bahwa Eunsang tidak seburuk yang ia kira, Yoshinori akhirnya memberikan restu. Kurang lebih seperti itu.
"Beneran pacar kamu, Na?" bisik Yudai tanpa menoleh sambil tetap berpose.
"... Iya."
"Oooh, anaknya keliatan baik, ya."
"Emang ba--- eh, Papah enggak marah?" Nako menatap papahnya sekilas.
"Buat apa?" Yudai tertawa. "Kamu bilang dia baik, kan? Papah malah senang, dong. Namanya siapa?"
"Eunsang, Pah."
Syukurlah, sudah dapat lampu hijau kamu, Sang.
"Eunsang, sini ikut foto," panggil Yudai.
Asdfghjkwodnwjaisn
Eunsang menelan ludah gugup. Ia menyerahkan kamera tadi pada Asahi yang baru datang, kemudian berjalan mendekati papah Nako dengan langkah canggung dan kaku seperti robot.
Yudai menarik tangan Eunsang, memposisikan anak itu agar berdiri di tengah-tengah, lalu merangkul erat pundaknya.
Okay, malam ini Eunsang tidak akan bisa tidur.
Selain bersama keluarga kecilnya, Yoshinori juga mengumpulkan anak-anak komplek yang datang untuk memberikan selamat dan mengajak mereka berfoto.
Tahu, tidak? Sekarang Yoshinori sedang naksir seseorang. Bukan Ryujin lagi (Oh iya dong, harus bisa move on seperti Cio), tetapi perempuan yang dua tahun lebih tua dari dirinya.
Kita reveal saja.
Dia adalah Yein.
Iya, kakaknya Dahyun.
Sejak pergi ke Timezone kala itu, jujur saja Yoshinori sedikit tersihir oleh senyum manis Yein yang kelihatan lembut dan dewasa.
Haha, belum tahu saja kamu, Oci.
Maka, mengajak Yein berfoto berdua adalah hal yang mesti ia lakukan sekarang.
Ayo, Yoshinori, lo pasti bisa!
"Kak Ye-"
"Ci, foto bareng, yuk?" ajak Yein, memotong ucapan Yoshinori.
"I-iya."
Loh kok jadi gagap sih bangsattt
HAHAHAHA
Akhirnya Yoshinori punya pawang.
Setelah acara benar-benar selesai, Yudai mengajak anak-anak komplek plus Eunsang untuk makan di Pizza Hut.
"Heh, itu bukannya anak kelas bahasa, Na? Remi?" bisik Ryujin, menunjuk dengan dagu ke arah salah satu pegawai yang sedang berdiri di kasir.
Anak-anak langsung menoleh untuk melihat apa yang dimaksud oleh Ryujin.
"Iya. Pantesan tadi gak ada di acara." Nako mengangguk.
Mashiho segera menoleh terkejut, menatap si 'gadis kucing hitam' yang tengah tersenyum pada pelanggan.
Hmmm, makin cantik.
"Jangan diliatin terus, nanti dia kabur, loh," tegur Yoshinori.
"Siapa yang ngeliatin," elak Mashiho.
Yoshinori tertawa dan menepuk pundak adiknya. "Gapapa, gausah malu. Suka sama orang itu wajar, Cio."
"Iya, tapi ngomongnya enggak usah nyaring-nyaring juga." Mashiho ingin sembunyi jauh-jauh saja, melihat yang lain memandanginya dengan senyum menggoda.
"Udah, itu pizzanya ntar dingin," kata Yudai, menggelengkan kepala menanggapi tingkah mereka.
"Oh iya, makasih ya Om!" ucap Hyunjin dari meja sebelah, mengambil satu lagi potongan pizza dan melahapnya ceria.
"Jin, adab lo dijaga, please," bisik Yeji malu.
"Selamat makaaaan!" seru Ryujin.
"Pindah meja aja deh gue," dumel Yeji tak tahan, lalu berdiri dan duduk di meja satunya.
Yoshinori yang memerhatikan kelakukan teman-temannya itu kemudian jadi berpikir, sedih sekali harus meninggalkan mereka dan pergi jauh ke Jepang.
Tapi, keputusannya sudah bulat. Yang perlu ia lakukan sekarang hanyalah menikmati momen indah ini dan menyimpannya dengan baik di dalam memori.
KAMU SEDANG MEMBACA
Whimsical Siblings
FanfictionYoshinori, Mashiho, Nako, serta Haruto. Empat bersaudara sengklek yang hidupnya normal-normal ajaib. Dan ini adalah kisah pendek mereka.