☁️ Cursed Flavour ☁️

745 160 20
                                    

"Oi nyet, lo beneran mo minggat ke Jepang?" tanya Hyunjin sambil mengaduk bubur ayamnya.

"Siapa yang cerita?" Yoshinori balas bertanya.

"HA? OCI NGAPAIN MINGGAT? LO LAGI NGAMBEK, YA?" seru Ryujin yang baru datang bersama Nako dan Mashiho dengan tangan yang masing-masing membawa makanan serta minuman.

Hyunjin menunjuk dengan gerakan dagu ke Mashiho. "Tuh yang cerita," katanya ke Yoshinori.

Anak sulung Chiba itu menatap Mashiho dengan wajah datar. "Gue ke sana habis lulus,"

Ryujin menghempaskan mangkok dan gelasnya ke meja. "Yang bener aja lo? Kalo Oci pergi, siapa yang bisa gue gangguin!?" rengeknya sambil menarik-narik tangan Yoshinori.

"Tuh Hyunjin," kata Yoshinori kalem. Ryujin dan Hyunjin saling bertukar pandang, sebelum akhirnya perempuan berambut sebahu itu kembali sibuk merecoki Yoshinori.

"Tau nih, si Abang ngebet banget pengen ke sana," celetuk Mashiho sambil duduk di sebelah Hyunjin.

"Mantep banget lo, titip salam sama ciwi-ciwi Jepang ya, Ci?" Hyunjin memasang senyum manis yang aneh.

"Udah, ah, gausah bahas itu lagi," kata Nako malas. Dia menyendokkan mie ayam dengan gerakan kasar.

"Awas keselek," tegur Yoshinori.

Ryujin melepaskan tangannya dari Yoshinori, lalu memeluk Nako erat-erat. "Huweee sahabat gue pasti sedih banget abangnya kabur ke Negeri Tirai Bambu."

"Tirai Bambu mah China. Bego bener." Hyunjin menggelengkan kepala, lalu memajukan badan untuk menoyor kepala Ryujin.

"Gapapa, Je. Nanti kalo udah lulus SMA juga, aku bakalan pindah ke Kutub Selatan," ujar Nako sambil memajukan bibir.

"WOI AHAHAHAHA NGACO LO NYIL. MAU MEET UP SAMA ICE BEAR?" Hyunjin yang jari telunjuknya masih menempel di kepala Ryujin itu tertawa lepas.

Yoshinori menghela nafas, lanjut menikmati makan siangnya sambil mendengarnya kebacotan lain yang dilontarkan oleh empat orang di sekitarnya ini.

Pulang sekolah, mereka mampir dahulu ke toko kue, membeli beberapa roti untuk Papah.

"Ih, yang itu lucu bangettttt." Nako menunjuk ke arah kue berbentuk kura-kura warna hijau yang dipajang di rak bagian atas. "Ambilin, Ru," suruhnya.

Haruto yang sedang berdiri di sebelah mbaknya sambil melihat-lihat roti daging pun akhirnya mengulurkan tangan, kemudian memindahkan kue kura-kura tadi ke rak paling atas.

"TURUNIN CEPET!" Nako kesal dan memukul perut Haruto kuat-kuat, membuat pemuda tiang itu mengaduh kesakitan dan terpaksa menuruti ucapannya.

Yoshinori memperhatikan mereka berdua sambil tersenyum, membayangkan jika pemandangan seperti ini tak akan terlihat lagi jika ia benar-benar berangkat ke Jepang untuk melaksanakan tujuannya.

"Ayok, Bang, keburu laper," ajak Mashiho, memeluk puluhan bungkus roti berukuran kecil di dadanya.

Sampai di rumah, mereka segera mengganti baju, cuci tangan, serta bergegas masuk ke kamar Yudai.

"Anak-anakku sayaaaaang~" sambut sang papah sambil melebarkan tangan.

"Jangan banyak gerak dulu," kata Yoshinori. Nako dan Haruto yang tadinya sudah bersiap untuk lari pun membatalkan niat untuk berhambur memeluk Papah. Yudai mendecih, sedih karena belum bisa merasakan pelukan hangat dari anak-anaknya.

"Ini kita bawain roti." Mashiho mengangkat paper bag dari toko kue dan meletakkannya di sisi ranjang Yudai.

"Waaaah makasih," ucap papahnya ceria. "Ayo makan bareng!"

"Ayooook!"

Anak-anak Chiba serempak duduk di tepi kasur, mengambil roti masing-masing dari dalam paper bag.

Di tengah-tengah aktivitas makan itu, Yoshinori terdiam. Ia berhenti mengunyah dan meletakkan rotinya di atas paha.

"Pah, mereka udah tau tentang keputusan Oci buat pindah ke Jepang."

Yudai sampai terbatuk kaget ketika mendengar ucapan Yoshinori. "Loh, katanya mau bilang nanti?"

"Nana sama Cio peka banget, tau aja kalau ada yang Oci sembunyiin," kata Yoshinori. Nako langsung memutar mata. "Abang tuh, pake ngedrama segala. Ketahuan kan jadinya."

Yudai diam dan menelan roti yang ia kunyah, lalu memperbaiki posisi duduk sambil menatap anaknya satu-persatu.

"Ini bukan keputusan yang mudah. Abang kalian udah diskusi sana-sini, sama Papah dan keluarga di Jepang. Kalian dukung pilihan Abang Oci, ya?"

Mendengar ucapan Papah, Haruto cemberut. "Harusnya diskusi sama kita juga, jadi gak pada kaget-kagetan gini."

"Ya maaf, Abang takutnya kalian enggak bakal nerima. Kalian kan sayang banget sama Abang, susah ngelepasin Abang buat pergi jauh-jauh."

"DIH PEDE!" Haruto langsung memasang wajah jijik.

"Ihiy, Haru tsundere." Yoshinori menaik-turunkan alisnya genit.

"Tsundere pala kau!"

Yudai tertawa menyaksikan tingkah konyol si sulung dan si bungsu itu. "Udah, udah, lanjut makan aja."

Haruto kembali memasang wajah dingin karena kesal, kemudian membuka bungkusan roti lain dan memakannya cepat-cepat.

"Eh, itu roti isi selai mint punya Mb-"

Belum sempat Nako berseru, Haruto segera berlari mencari tisu. "Huekkk"

"... kayaknya mint punya dendam kesumat, deh, sama Haru," komentar Yoshinori datar.



























 kayaknya mint punya dendam kesumat, deh, sama Haru," komentar Yoshinori datar

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Bonus foto~

Whimsical SiblingsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang