Setelah makan malam dan memastikan Hyunjin pulang ke habitat aslinya, Yoshinori segera bersantai di kamar sambil membaca buku bisnis karena gabut. Sudah lama dia tertarik untuk mempelajari bidang satu ini, karena latar keluarga Chiba di Jepang sana pada dasarnya memanglah pebisnis. Ayahnya saja yang banting stir ke dunia entertainment.
Ketika membalikkan halaman buku, mata Yoshinori tanpa sengaja mendapati Chiko yang sedang meminum air dengan heboh.
Ya ampun, hamsternya itu pasti sedang kelaparan. Terakhir kali diberi makan, kan, sebelum turun sekolah tadi pagi.
Yoshinori sontak meraih jaket dan kunci mobilnya, lalu turun ke bawah.
"Abang mau beli makanan Chiko. Siapa mau ikut?"
Haruto berdiri dari sofa saat mendengar pertanyaan Yoshinori. Nako yang tadinya sibuk mengerjakan tugas di meja ruang tengah pun langsung menutup bukunya dan mengangkat tangan. "Aku!"
"Lah, kalau dua-duanya ikut, nanti Cio sendirian, dong?" Yoshinori mengeryitkan dari. Ia memutar-memutarkan kunci mobil di jari telunjuk sambil menunggu respon kedua adiknya.
"Gapapa, biar aku minta 'mereka' temenin," kata Haruto enteng.
"GAK USAH BAHAS ITU, YA!" pekik Nako seketika. Ia cepat-cepat mendekat ke Yoshinori dan menggandeng lengannya erat.
Kalau kalian mau tahu, iya, Haruto bisa melihat, berbincang, dan berinteraksi dengan sosol-sosok 'begitu'. Malahan, ia berteman dengan beberapa saking banyaknya keberadaan 'mereka' di rumah ini.
Jadi wajar saja kalau Nako takut. Di rumah sebesar ini, hanya ada mereka bertiga plus dua orang satpam yang berjaga di luar. Belum lagi kalau membahas tentang jumlah dan rupa makhluk-makhluk yang menetap di sana menurut penglihatan Haruto.
"Kenapa takut sih, kan mereka pada baik. Lebih serem Mbak kalau marah."
"Kurang ajar!"
"Ya ... memang pasti ada yang nakal, sih. Tapi tenang aja, dia gak berani buat ganggu kita, apalagi Mbak. Sebenarnya, menurutku malah dia yang takut sama Mbak." Haruto tertawa kecil.
"Jangan sampai tangan Mbak ini melayang ke jidat kamu, Ru," peringat Nako sambil menatap tajam dengan tangan kanan yang sudah terangkat, dan tangan satunya masih menempel ke Yoshinori.
Haruto membalas dengan cengiran, kemudian mendorong tubuh Yoshinori ke pintu depan, membuat Nako otomatis ikut berjalan ke teras. "Udah, ayok jalan aja. Bang Cio gak bakal kenapa-napa. Di depan juga ada Pak Daesung sama Pak Eunkwang yang jagain."
Yoshinori menurut saja. Akhirnya, mereka bertiga pergi berbelanja. Yang pada awalnya berniat ke Alfamidi, malah tersasar ke mall dan menyempatkan diri untuk menikmati permainan di Amazon terlebih dahulu.
"Haus ...."
Mashiho terbangun. Ia meneguk ludah dan memegangi tenggorokan. Lalu, lelaki itu menoleh ke nakas. Sial, air di botol minuman daruratnya sudah habis.
Membuka Instagram di ponsel adalah salah satu cara yang dicobanya untuk melupakan dahaga. Sebuah postingaan dari akun hii_chan.tomi lewat di beranda, membuatnya diam sebentar dan mengetuk dua kali.
Senyum Mashiho terukir saat melihat foto menggemaskan gadis itu.
Aduh, bucin.
Saat keasyikan memainkan game di ponsel, rasa haus tersebut makin menjadi. Belum lagi saat dirinya malah ingin buang air kecil.
Tahukah bagaimana rasanya bagaimana ingin minum dan kebelet di saat bersamaan?
Tidak enak sama sekali.
Mashiho merenggut kesal. Ia menyibak selimut, memutuskan untuk pergi ke dapur.
Cklek
Mati lampu.
Sontak, Mashiho menyalakan senter di ponselnya dan bergegas pergi ke kamar Yoshinori.
Kamar Mashiho memang yang paling jauh dari kamar Yoshinori. Tapi, dia tidak mungkin pergi ke kamar Nako, karena Mashiho yakin kembarannya itu sudah lebih dulu berlari ke kamar Yoshinori.
Haruto?
Hahaha, jangan bercanda.
Anak itu pasti akan menjabarkan rupa 'penghuni lain' rumah mereka yang sedang berada di dekatnya, serta kisah kehidupan lama yang sebelumnya sempat diceritakan oleh makhluk-makhluk itu.
Benar yang kalian pikirkan. 'Mereka' sering curhat ke Haruto. Ini bukan berarti Haruto membuka sesi Curhat Bersama Mamah Haru, ya. Mereka saja yang seenaknya bercerita panjang lebar.
Dan meskipun Haruto tidak mau mendengar dan cuek tidak merespon, ia sebenarnya cukup tertarik dengan cerita hidup 'mereka'.
Bahkan, Haruto punya satu sahabat berwujud wanita 40 tahunan yang katanya meninggal karena bunuh diri akibat kehilangan anak bayinya. Yang ini sih ............ Haruto agak bagaimana menanggapinya.
Waduh, kenapa malah jadi bahas ini, sih.
Kembali ke Mashiho.
Begitu masuk ke kamar Yoshinori, ia segera duduk di pinggiran ranjang sambil ikut masuk ke dalam selimut sang abang. Dingin. Kebiasaan Yoshinori, selalu membuat suhu ruangan kamarnya sedingin mungkin, padahal dia paling mudah kedinginan.
Lengan Mashiho tak sengaja bersentuhan dengan lengan milik Yoshinori.
"Bang, kalau nyalain AC itu jangan mentok -16. Kalau mau, sekalian tidur di kulkas aja sana," ceramah Mashiho.
Yoshinori yang berbaring membelakanginya itu hanya mengangguk perlahan.
Mashiho kembali melanjutkan gamenya menggunakan paket data. "Pak Daesung kok belum nyalain genset, sih?" dumelnya pelan. Kemudian, ia menyadari jika Nako tak ada di ruangan ini. Apa anak itu sudah terlelap, ya? Padahal, ini kan masih pukul 10.
Mashiho tiba-tiba merinding.
Huft, apakah ini karena dia terlalu lama menahan kencing?
"Bang, temenin aku ke wc," pintanya.
Alih-alih menjawab, Yoshinori terdiam beberapa saat lalu tertawa.
Nafas Mashiho tercekat. Badannya langsung lemas.
Itu bukan suara milik Yoshinori yang dia kenal.
Tubuh Mashiho kaku, benar-benar tak bisa dikuasainya-seperti tertahan oleh sesuatu.
Kepala Yoshinori perlahan bergerak menoleh ke arah belakang. Mashiho langsung menutup mata saat melihat darah yang mengalir dari telinga sang abang dan tangan dingin yang perlahan menahan lengannya.
Ini jelas bukan Yoshinori.
KAMU SEDANG MEMBACA
Whimsical Siblings
FanficYoshinori, Mashiho, Nako, serta Haruto. Empat bersaudara sengklek yang hidupnya normal-normal ajaib. Dan ini adalah kisah pendek mereka.